Tentang Penulis yang Menginspirasi

 

Verba Volant, Scripta Manent 

Segala yang terucap akan lenyap, segala yang tertulis akan abadi…

***

 

Harus saya akui ini adalah challenge yang cukup membuat pusing tujuh keliling. Bukan! Mungkin bukan begitu tepatnya. Bukan challengenya yang membuat pusing. Tapi temaya; penulis yang menginspirasi!

Yup. Membuat tulisan dengan tema penulis yang menginspirasi menjadi tantangan pertama One Week One Post yang digelar komunitas blogger kesayangan, Warung Blogger. OWOP ini baru saja dimulai, masih minggu pertama. Terwujud dari obrolan spontan member komunitas sebagai respon berbagai keluh kesah urusan perbloginggan.

Ada yang ingin mentrigger diri agar rajin menulis lagi, ada yang ingin menyeimbangkan blog dari kerumunan postinga pesanan. Ada juga yang ingin terlibat dalam seru-seruan, meramaikan hajatan profesional. Saya ikut karena gabungan semua alasan.

Ada 13 peserta yang ikut. Masing-masing menyumbang satu tema. Temanya disetor pada PIC secara personal, lalu digabung dan dipilih secara acak. Jadi peserta saling tidak tahu tema siapa yang terpilih setiap minggunya, -kecuali yang punya tema tentu saja. Pekan pertama, tema penulis yang menginspirasi terpilih secara acak.

Saat tulisan ini dibuat, sudah lima hari tantangan berjalan. Tinggal hitungan jam menjelang tenggat. Tapi saya masih berkutat memikirkan siapa figur yang akan ditulis. Didapuk menjadi penulis yang menginspirasi.

***

Sejak tema diumumkan, sejak itu pula kami –saya dan suami– mulai mendiskusikan beberapa nama. Ya, saking bingunnya, saya memang setengah merengek meminta suami terlibat, berharap ia yang punya preferensi bacaan agak beririsan dengan saya bisa membantu menentukan.

Di luar buku-buku ekonominya yang menurut saya serba alien, rata-rata bacaan kami sama. Sejak masih berstatus ‘teman’ dan saling bertukar cerita mengenai masa kana-kanak, saya menemukan banyak bacaan kami yang beririsan, padahal kita tinggal di dimensi yang jauh berbeda. Saya besar di kampung nun di lereng Gunung Marapi di Sumbarm dan dia besar di Jakarta.

Saya baca donald bebek dkk, dia juga. Saya baca lima sekawan dia juga. Saya baca Jarongar dari rimba mahato, surat dari siti, bekantan, Miyamoto Mushashi, Kho Ping Hoo, Wiro Sableng, Pendekar Raja Wali Sakti, dll, dia juga. Ups, jadi ketahuan kan angkatannya.

Eh iya ada beberapa bacaan kami yang tidak sama. Dia baca Dragon Ball, saya tidak. 🙂 Saya baca Candy-candy dia tidak:-)

Kembali ke urusan tema, penulis yang menginspirasi. Selama hampir seminggu ini kami berdua-dua tiba-tiba menjadi semacam panitia dan juri Oscar, atau semacam juri untuk menentukan peraih hadiah nobel. Mengurasi sejumlah nama untuk mendapatkan satu kandidat yang akan saya tulis untuk menjawab tantangan.

Persoalannya, tak sulit menemukan nama-nama penulis yang masuk kriteria. Dari penulis lawas hingga yang belia. Puluhan bahkan ratusan nama penulis hebat dan inspirasional bertebaran di bumi pertiwi. Namun, menemukan satu figur yang pas untuk dituliskan, inilah peer terberatnya. Siapa yang paling menginspirasi? Yang paling mengilhami?

Bohong bila saya bilang tak ada yang menginspirasi. Justru terlalu banyak yang menginspirasi. Saya belajar banyak dari para penulis tanah air, terkenal atau tidak terkenal, mereka yang karya-karyanya sudah pernah saya baca sampai tuntas pastilah sudah banyak memberi insight dalam perjalanan hidup saya.

 

 

Zaman SD, penulis lima sekawan Enid Blyton boleh jadi memberi banyak ilham, dan inspirasi tentang dunia di luar sana. Bagi seorang gadis kecil kampung, membaca cerita tentang petulangan di pulau mercusuar, tinggal di peternakan, dan segalacerita khas anak dataran Eropa seperti membuka mata pada dunia luar yang terbentang luas untuk dijelajah.

Waktu SMP dan SMA ada banyak nama. Rata-rata dari penulis angkatan tua seperti Sutan Takdir Ali Syahbana, Hamka, YB Mangun Wijaya, Marah Rusli, NH Dini, dkk. Selain karena untuk kebutuhan pembelajaran Bahasa Indonesia, saya memang suka membaca tulisan mereka. Cair dan mengalir, cukup untuk menjawab rasa ingin tahu tentang kemelut dunia di luar sana.

Waktu SMP dan SMA akses buku bacaan saya terbatas hanya koleksi di perpustakaan. Ya boleh dibilang semua bukunya hasil sortir dari kementerian. Hanya buku yang ‘boleh beredar” yang bisa saya temukan. Bila ingin sedikit membaca buku yang keluar pakem, saya pergi ke sebuah warung penyewaan komik dan buku satu-satunya yang ada di kecamatan kami. Di sinilah saya mengakses bacaan dengan aura berbeda, wiro sableng, pendekar raja wali, mira w, dkk.

Apakah bacaan-bacaan di warung penyewaan ini menginspirasi? Hmmm, berpengaruh mungkin iya. Setidaknya berpengaruh dalam milestone dan perkembangan cakrawala pemikiran. Namun bila merujuk makna menginspirasi sebagai mengilhami seperti disebut dalam KBBI, hmmmm rasanya tidak. Bacaan-bacaan semasa SMP dan SMA ini seperti karya-karya yang jadi teman menemani milestone hidup.

Selepas SMA, saat menjadi mahasiswa dan hingga kini barulah sejumlah nama penulis berkelebat dalam hari-hari. Karyanya, pertemuan dengan mereka, atau juga lewat media bedah karya/buku dan diskusi. Banyak yang menginspirasi, hampir semua malah. Mungkin karena fase membaca di masa ini bukan lagi sekadar pengisi waktu atau menjawab rasa ingin tahu.

 

Membaca karena mencari sesuatu berbeda dampaknya dengan membaca lalu menemukan sesuatu.

 

Kembali (lagi) ke soal penulis yang menginspirasi. Dari deretan nama yang akhirnya masuk dalam daftar nominator akhirnya saya bingung sendiri, harus menuliskan yang nama yang mana. Menuliskan satu nama dalam postingan berjudul penulis yang meginspirasi bagi saya seperti mendapuk seseorang untuk mendapat penghargaan tertinggi dari DuniaBiza sebagai penulis paling menginspirasi.

Rasanya saya tak bisa memilih. Atau lebih tepatnya belum bisa menuliskan untuk saat ini. Bila harus dipaksa untuk tetap menyebut satu nama, sebenarnya saya sudah punya kandidatnya. Dia penulis yang telah melewati banyak masa. Saya belajar banyak dari beliau. Dia juga penulis yang telah membuat saya pernah berucap bahwa pada suatu masa, saya ingin menjadi penjaga bahasa.

Saat kabar kematiannya sampai ke telinga, hati saya bergetar. Semua memori akan ucapan dan petuahnya terkenang. Saya pun bertekad suatu saat akan menuliskan satu kisah tentang dia. Dan sayangnya itu bukan kali ini. Saya masih butuh banyak waktu untuk mengumpulkan semangat dan energi agar bisa menulis lebih dalam dan lebih baik tentang sosoknya. Tak ingin saya merusak kenangan akan dia dengan tulisan yang tak sepadan. 

Untuk kali ini, izinkan saya katakan bahwa penulis yang menginspirasi itu adalah temans semua. Para blogger, dan para penggiat literasi di manapun berada. Kita semua yang terus menyimpan nyala untuk bercerita dan berbagi pada dunia, mememenuhkan setiap ruang hampa dengan aksara. ***

 

 

 

One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *