Tentang Sekolah, PruCerah, dan Senyum Sumringah

Belajar membuat komik di Kreasa

 

Di setiap kisah, ada semangat untuk tak mau menyerah.

Dengan sekolah, sambut hari depan cerah.

***

 

 

Agustus menyapa. Ini bulan bahagia semestinya. Bulan saat bangsa Indonesia merdeka. Lahir sebagai bangsa, nusantara, menjadi Indonesia. 

Bagi kami sekeluarga, bulan ini juga akan menjadi lembaran baru. Tiga krucils sudah efektif mulai bersekolah. Meski kata orang sekolah online lebih santai, di rumah justru inilah yang jadi tantangan. Ketiga krucils, masih harus dalam pendampingan penuh. Yang tua kelas 2 dan dua adiknya masih sekolah TK, pendidikan usia dini. 

Dua minggu pertama sekolah pada Juli lalu, riwehnya ampun-ampunan. Karena masih totally PJJ, setiap pagi harus menyediakan tiga perangkat untuk mendukung belajar anak-anak Emaknya harus mondar mandir mendampingi. Baru si sulung Bintang yang sudah mulai bisa dilepas zoom sendiri meski sesekali masih harus disupervisi. 

Yup. Riweh memang. Repot memang. Sementara di luar sana beberapa anak-anak masih santai berkeliaran meski sudah jam sekolah. Mungkin karena memang masih belajar online jadi belum ketat dengan jadwal. Berbeda dengan sekolah krucils dunia biza yang sudah full dan padat. 

Layaknya sekolah di hari biasa anak-anak tatap muka setiap mata pelajaran dengan guru. Bedanya tatap muka maya. Tetap memakai seragam sekolah. Tetap masuk sesuai jam belajar sekolah. Dan emaknya yang jadi makin sibuk karena harus jadi pendamping dan supervisor tiga anak sekaligus. 

Yap. Tidak boleh ada kata menyerah. Gunung tinggi kan didaki, lautan luas kan disebrangi. 🙂  

Vaksin anak

 

Seketika ingatan saya melayang pada masa kecil kami dulu. Saat kami masih kecil-kecil. Di rumah saya empat bersaudara. Usia anak 1, 2, 3 berdekatan, Nyaris seperti saya sekarang. Saya langsung berpikir bagaimana dulu repotnya Mak untuk menyiapkan kami setiap kali pergi ke sekolah. Apalagi mengurus saya yang relatif selebor semau-maunya saja. 

Meski dengan segala macam drama, nyatanya Amak dan Abak terus mendorong kami sekolah tinggi. Meski hanya petani dan bukan PNS, semangat Amak dan Abak untuk menyekolahkan kami tak berempat tak pernah berhenti. Sampai alhamdulillah akhirnya kami berempat menjadi sarjana. 

Saya jadi ingat. Dulu waktu kami masih sekolah, beberapa saudara dan tetangga pesimistis pada Amak dan Abak. Mereka ragu apakah kami bisa melanjutkan pendidikan tinggi, Alhamdulillah dengan kemauan dan tekad yang kuat, sekarang semuanya bisa terwujud. Bahkan di kampung, banyak yang terinspirasi dari kegigihan abak dan amak mengantarkan kami berempat sekolah tinggi 

Semangat dan kegigihan Abak dan Amak ini yang membuat saya terinspirasi sampai kini. Tak mau kalah dan menyerah untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak. Suami pun kurang lebih kisahnya sama. Jadi kami sudah satu suara. Tak boleh menyerah demi sekolah.

Pak misua  punya prinsip, biarlah tidak punya banyak emewahan duniawi asal bisa menyekolahkan anak-anak ke sekolah yang baik dan bermutu. 

Manfaat pendidikan tinggi

 

Ada banyak alasan kenapa soal sekolah ini menjadi nomor satu di keluarga kami yang tak bisa diganti. Lewat sekolah, kami berdoa agar banyak kesempatan yang terbuka untuk anak-anak di masa depan. Dengan pendidikan yang baik kami berdoa anak-anak bisa memiliki masa depan yang lebih baik, masa depan cerah. 

Sudah sangat banyak kisah yang membuat keyakinan kami tak goyah. Bawa pendidikan yang baik menjadi prasyarat mutlak yang harus dimiliki untuk bertahan di kehidupan yang keras. 

Bukan soal harta atau kekayaan yang akan didapa dari pendidikan. Tapi soal pemaknaan dan syukur akan hidup. Kami percaya pendidikan akan mendatangkan pola pikir yang lebih terbuka sehingga lebih bisa menjalani hari dengan lebih baik. 

Yap. Semangat untuk memberikan pendidikan yang tebaik sudah bulat. Satu hal yang tak boleh ketinggalan adalah bagaimana persiapan yang sudah dilakukan. Yup. Pendidikan itu mahal. Makanya perlu diperjuangkan. 

narasumber dan pembicara dalam webinar PRUCerah

 

Saya jadi ingat beberapa waktu lalu ikut webinar bertema Wujudkan Masa Depan Cerah Buah Hati dengan pendidikan tinggi. Webinar yang sekaligus dilakukan untuk pelunuran Asuransi Jiwa Syariah PRUCerah dan Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia ini membuat saya makin tersadar pentingnya menyiapkan bekal untuk menyongsong masa depan anak-anak. 

Jujur saya sangat tergugah dengan webinar ini. Apalagi sambil mengikuti acara saya juga langsung berdiskusi dengan suami. Betapa biaya pendidikan itu sangat perlu disiapkan sejak dini. Betapa kita tak selamanya akan muda. Pada saat anak-anak tumbuh besar dan butuh biaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi, saat itu pula usia kami akan terus berkurang. 

Belum lagi bila membayangkan bila suatu saat suratan takdir berkata lain. Meski sama-sama berikhtiar bisa melihat anak-anak tumbuh besar, tapi siapa yang tahu akan takdir. Yang bisa dilakukan hari ini tentulah hanya menyiapkan diri dengan baik. 

Coba saja bayangkan perhitungan sederhana. Saat ini biaya rata-rata untuk bisa menamatkan pendidikan S1 di universitas negeri adalah Rp 154 juta Dengan kebutuhan yang sama, inflasi dan berbagai faktor ekonomi lainnya akan membuat biaya pendidikan S1 bisa mencapai Rp 664 juta. Jangan ditanya biaya pendidikan swasta, pasti akan lebih mahal lagi. 

Peningkatan biaya pendidikan

 

Penjelasan Ivan Ahda, Pegiat Pendidikan dan Ketua Jaringan Semua Murid Semua Guru dalam webinar membuat saya makin tersadar. Menurut Ivan Dengan makin kompleksnya kebutuhan di masa depan, orang tua harus mempersiapkan masa depan anak dari berbagai sisi, mulai dari pendidikan formal hingga pelatihan soft-skill.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa persaingan akan makin ketat dan kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi akan diperlukan. Selain bekal pendidikan formal, generasi mendatang harus mampu memiliki fleksibilitas kognitif, berpikir kritis, memecahkan masalah, kreatif, dan bekerja sama dengan orang lain, yang semuanya bisa berkembang dan terbentuk selama di pendidikan tinggi..”

Donita Nugroho, seorang ibu yang juga konsern pada pendidikan anak, membenarkan pernyataan Ivan. 

Besarnya biaya pendidikan yang harus disiapkan untuk masa depan anak-anak inilah yang juga menjadi perhatian Prudential. Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia, menjelaskan bahwa membekali anak dengan pendidikan yang memadai menjadi penentu bagi lahirnya sumber daya manusia berkualitas. 

“Menyediakan akses ke pendidikan seharusnya tidak hanya menjadi ambisi, namun juga menjadi tanggung jawab setiap orang tua.” 

Sayangnya menurut Jens, meski sudah ada 74,7 persen masyarakat yang menempatkan pendidikan dalam prioritas utama, namun baru 25 persen masyarakat yang mempersiapkan perlindungan untuk dana pendidikan anak. Faktanya,berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi dari sektor pendidikan mencapai 3,81 persen pada 2019, sedangkan rata-rata kenaikan uang pangkal pendidikan mencapai 10-15 persen per tahunnya. 

 

 

Siap Senyum Sumringah dengan PruCerah 

Memikirkan masa depan anak-anak ditambah dengan menerima pemaparan dari narsumber membuat saya makin tersadar bahwa tak ada alasan untuk menunda. Mempersiapkan biaya pendidikan anak sejak dini sudah tak bisa diundur lagi. Sebelum semakin terlambat. 

Mengerti akan pentingnya perlindungan dan persiapan biaya pendidikan tinggi sejak dini ini, menjadi latar belakang lahirnya PruCerah. Inovasi PRUCerah yang diluncurkan merupakan produk asuransi jiwa yang diharapkan dapat membantu memastikan bahwa perjalanan panjang orang tua. 

Himawan Purnama, Managing Director for Customer Solution & Delight Prudential Indonesia menjelaskan PRUCerah tak hanya membantu persiapan tetapi juga memberi perlindungan. PRUCerah diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengantisipasi risiko biaya serta proteksi dibutuhkan karena pandemi membuktikan bahwa beragam risiko kehidupan berpotensi menghambat atau menghentikan keberlangsungan pendidikan tinggi anak. 

“Kami yakin PRUCerah dapat menjadi jawaban dengan manfaat perlindungannya yang beragam, mulai dari manfaat dana pendidikan hingga manfaat bebas kontribusi, termasuk yang disebabkan oleh kondisi kritis; manfaat unggulan yang tidak dimiliki produk sejenisnya,” ujar Himawan. 

PRUCerah ditujukan bagi orang tua berusia 19-55 tahun yang sedang mempersiapkan pendidikan anak untuk 1-18 tahun mendatang,  Produk asuansi ini tentu saja sangat cocok dengan kami. Apalagi PRUCerah memiliki masa pembayaran kontribusi yang fleksibel yaitu selama 5 tahun atau hingga anak mencapai jenjang pendidikan tinggi. 

 

 

Tidak hanya menawarkan manfaat dana pendidikan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk pendidikan tinggi, namun PRUCerah juga memberikan manfaat bebas kontribusi ketika orang tua meninggal dunia, menderita cacat total dan tetap atau kondisi kritis. 

Saat ini, PRUCerah memperluas portofolio inovasi dan solusi berbasis Syariah dari Prudential Indonesia serta memperkuat komitmen “Syariah untuk Semua” yang diusung perusahaan. PRUCerah juga menjadi bagian penting dari aspirasi perusahaan untuk menjadi kontributor terkemuka ekonomi Syariah Indonesia dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera agar mereka bisa mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan.

Dan yup! Pada akhirnya tak boleh ada kata menyerah. Haru semangat untuk sambut masa depan Cerah.  Menjemput hari esok dengan senyum sumringah. 

18 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *