Cegah Anemia Defisiensi Besi, Yuk Penuhi Nutrisi Lintas Generasi
|
Satu langkah kecil bisa berdampak besar untuk semua. Penuhi nutrisi keluarga, cegah anemia defisiensi besi selamatkan lintas generasi.
***
“Sekarang badan jadi lebih mudah lemas, pusing kalau berdiri.”
Curhatan seorang sahabat saat kami ngobrol via Whatsapp beberapa hari lalu mengingatkan saya akan kejadian beberapa tahun lalu saat masih aktif bekerja.
Dalam sebuah siklus haid bulanan, tiba-tiba saya merasa badan lebih lemas dari biasa. Selain itu, saya juga merasa pusing saat berdiri dan terlihat lebih pucat. Padahal biasanya kalau datang bulan, saya termasuk yang tidak terlalu merasakan sakit atau nyeri.
Karena situasi yang tak biasa itu, dan tak mau keadaan menjadi lebih buruk, saya pun memeriksakan diri ke dokter. Dan temans tahu? Dokter menyebutkan kalau saya menunjukkan gejala anemia. Itulah kali pertama saya menyadari kalau anemia itu sangat dekat dan bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Saat itu dokter menjelaskan pada saya bahwa anemia sebetulnya penyakit yang biasa terjadi di masyarakat. Hanya saja banyak yang tidak menyadarinya karena menganggap gejala anemia sebagai hal yang biasa. Padahal, kalau tidak ditangani dengan tepat anemia bisa berakibat buruk seperti gangguan tumbuh kembang, depresi, gangguan fungsi jantung dan bahkan bisa berakibat kematian.
Waktu hamil anak pertama, dalam sebuah konsultasi, dokter yang memeriksa waktu itu juga wanti-wanti akan bahaya anemia dan dampaknya buat anak dalam kandungan. Mengingat saya punya riwayat gejala anemia sebelumnya, jadinya harus lebih aware agar tidak mengalami hal buruk saat kehamilan seperti preeklamsia dan perdarahan.. Selain mengingatkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan kaya zat besi, dokter pun menambahkan asupan suplemen zat besi untuk saya.
Nah, apa sih sebenarnya anemia itu. Anemia yang biasa dikenal masyarakat sebagai kurang darah adalah kondisi saat kadar kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari yang seharusnya. Hemoglobin merupakan salah satu komponen dalam sel darah merah yang berperan penting dalam mengikat oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Jadi anemia bukan berarti kekurangan volume darah lho.
Kadar hemoglobin normal dalam tubuh manusia berbeda-beda. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kadar Hb dalam darah ditentukan berdasarkan umur. Pada anak-anak usia 6 bulan-4 tahun jumlahnya 11 gr/d, usia 5-11 tahun: 11,5 gr/d, usia 12-14 tahun: 12 gr/dL Angka ini berbeda pada wanita dewasa yaitu 12 gr/d. Sedangkan pada wanita hamil jumlah hb dalam darah adalah 11 gr/dL. Untuk pria dewasa angkanya berada pada 13 gr/dL
Pengalaman pernah mengalami gejala anemia ini, saya ceritakan kembali pada sahabat yang juga mengalami gejala serupa. Ia pun mendengarkan dan beberapa hari kemudian pergi ke dokter untuk konsultasi dan memeriksakan kesehatan.
Makin Aware dengan Anemia
Walau tak sampai didiagnosa mengalami anemia yang akut, buat saya pengalaman di masa lalu menjadi pelajaran yang sangat berharga. Apalagi saat ini sudah ada tiga krucils. Sebagai orang tua, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk selalu menjaga dan melindungi mereka. Karena faktanya, anemia merupakan penyakit lintas generasi yang bisa terjadi pada siapa saja.
Soal anemia ini, saya merasa beruntung karena beberapa waktu sempat menonton talkshow “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi” dari channel Youtube Nutrisi Bangsa. Di saat senggang saya memang suka berkunjung ke channel ini untuk menonton video-video bagus tentang parenting, tumbuh kembang anak dan panduan nutrisi keluarga.
Temans juga bisa lho menyimak talkshow ini dan mendapat tambahan ilmu seputar anemia
Dari talkshow ini saya belajar banyak tentang anemia, gejala, bahaya dan upaya pencegahannya. Apalagi narasumber yang dihadirkan adalah para expert dalam bidangnya. Ada Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi, S.pGK, seorang dokter spesialis gizi klinik dari Indonesia Nutrition Association,
Menurut dokter Diana, Anemia merupakan penyakit yang sering ditemui di masyarakat namun banyak yang tidak menyadarinya. Penyakit ini merupakan tantangan lintas generasi, mulai anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Ibu hamil dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan bila terkena anemia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 37,1%.dan prevalensinya anemia pada remaja adalah 15%. Ini merupakan angka yang cukup mengkhawatirkan karena bisa bisa berdampak pada meningkatnya stunting pada anak.
Besarnya angka anemia menurut dokter Diana salah satunya terjadi karena kurangnya zat gizi penting pada remaja seperti zat besi, protein, karbohidrat, mineral dan kalsium. Kekurangan zat gizi penting ini akan berpengaruh pada pertumbuhan anak.
Untuk mendeteksi adanya anemia, menurut dokter Diana bisa dilihat dari gejala yang tampak dalam kegiatan sehari-hari seperti kelopak mata dan kulit pucat, sakit kepala dan sering pusing, tekanan darah rendah, sering lemas. Pada level yang sudah parah anemia bisa menyebabkan pembesaran limpa.
Pada anak-anak, selain lemah dan letih anemia bisa menyebabkan gangguan konsentrasi, ganguan pertumbuhan, mengantuk dan tidak aktif. Nah untuk orang tua dan anak-anak anemia bisa menyebabkan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terinfeksi, menurunkan kebugaran dan prestasi.
Apa penyebab anemia? Menurut dr Diana ada banyak faktor yang menyebabkan anemia, salah satu yang cukup penting dan sering terjadi adalah karena asupan makanan yang tidak seimbang. Masalah pada asupan ini seperti dominasi asupan nabati, asupan energi dan protein rendah, dan defisit mikronutrien seperti asupan zat besi rendah, asupan vitamin c rendah, konsumsi mineral kurang. Kekurangan zat besi inilah yang menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi terjadi karena tubuh kekurangan zat besi. Akibatnya jumlah sel darah merah yang sehat dalam tubuh berkurang sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik. Karena itu pemenuhan zat besi sangat penting bagi setiap orang tua dan juga anak. Apabila zat besi terpenuhi maka daya tahan tubuh akan menjadi lebih baik sehingga metabolisme tubuh bisa berjalan dengan baik.
Penanganan anemia bisa dilakukan lewat kerjasama seluruh elemen masyarakat terutama keluarga dalam pemenuhan zat gizi keluarga. Keluarga harus selalu memperhatikan pemenuhan gizi seimbang, dan rajin memberi variasi makanan tidak hanya karbohidrat dari nasi tetapi juga dari tepung, biskuit dan susu. Bila dibutuhkan perlu mengkonsumsi tablet penambah darah.
“Untuk mencegah anemia, setiap orang terutama orang tua perlu memperhatikan kecukupan asupan zat besi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga setiap harinya.”
Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi, S.pGK, seorang dokter spesialis gizi klinik dari Indonesia Nutrition Association
Menurut dokter Diana, pemenuhan zat besi dapat diperoleh dari zat besi heme dan zat besi non heme. Zat besi heme terdapat pada sumber makanan hewani yang lebih mudah diserap oleh tubuh.
Zat besi heme misalnya berasal dari daging ayam, daging sapi, ikan salmon, dan aneka olahan ayam dan daging. Sedangkan zat besi non heme berasal dari bahan nabati seperti bayam, tempe, kecipir, wortel, kangkung, jamur dan singkong, yang harus diubah dulu baru kemudian dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
Lebih jauh dr Diana, bila seseorang lebih banyak mengkonsumsi pangan nabati, maka ada baiknya harus dibarengi dengan asupan vitamin untuk meningkatkan penyerapan yaitu vitamin C. Selain itu juga perlu memperbanyak asupan vitamin yang berasal dari buah-buahan seperti jeruk, mangga, jambu biji, tomat, dan cabai.
Lawan Anemia, Penuhi Nutrisi Lintas Generasi
Anemia boleh jadi merupakan penyakit yang dianggap biasa. Tapi kita tidak boleh menyerah dan membiarkannya. Bila dibiarkan, anemia bisa berujung pada kematian. Kita tentu juga tidak mau tumbuh kembang anak terganggu akibat pembiaran anemia bukan?
Melindungi keluarga dari serangan anemia merupakan langkah yang harus dilakukan. Tidak boleh ada pembiaran. Selain itu, karena anemia merupakan penyakit yang menjadi tantangan lintas generasi, maka harus dicegah sejak dini. Kerjasama berbagai instansi sangat dibutuhkan untuk melindungi keluarga dari anemia.
Salah satu sektor yang tak kalah penting adalah produsen makanan. Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia menyatakan sejak Danone beroperasi di Indonesia pada 1954 perhatian atas pemenuhan nutrisi masyarakat adalah prioritas. Selain itu Danone juga berkomitmen untuk melindungi dan menjaga bumi agar tetap sehat dan layak di huni.
“Di Danone, kami percaya bahwa kesehatan manusia dan planet ini saling berhubungan dan kami ingin memelihara dan melindungi keduanya.”
Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia
Menurut Pak Arif, sebagai perusahaan makanan, Danone selalu berinovasi untuk melakukan revolusi dalam pola makan dan mendorong pembiasan penerapan makan dan minum yang sehat dan berkelanjutan Salah satu bentuk komitmen Danone adalah lewat program “Bersama Cegah Stunting”
Bersama Cegah Stunting merupakan upaya pencegahan stunting Danone Indonesia yang mengintegrasikan program unggulan untuk mendukung intervensi nutrisi yang spesifik dalam mengurangi stunting di Indonesia. Program ini bekerjasama dengan pemerintah dan berbagai organisasi kesehatan.
Dalam mendukung pemenuhan gizi seimbang bagi masyarakat, menurut Pak Arif, Danone sudah menjalankan berbagai program yang saling terkait. Salah satu program adalah dengan mempromosikan pentingnya gizi seimbang dan gaya hidup sehat melalui orang tua dan guru
Hingga akhir 2020, Danone telah melibatkan 4.000 guru dan 40.000 murid PAUD dalam program penerapan gaya hidup sehat dan gizi seimbang di 8 provinsi. Program ini juga melibatkan 44 ribu ibu di seluruh Indonesia.
Selain itu Danone juga ada program Ayo Minum Air yang menyasar siswa SD untuk meningkatkan kesadaran pentingnya mengkonsumsi 7-8 gelas air per hari. Masih banyak program lain yang dilakukan seperti bisa dilihat dari gambar berikut:
Bergerak Bersama, Putus Rantai Anemia
Bagi saya, sebagai orang tua tak ada alasan untuk bermalas-malasan untuk selalu menyiapkan asupan yang sehat dan bergizi di rumah. Bagaimanapun masa depan anak-anak akan sangat ditentukan oleh asupan makanan apa yang dimakan hari ini.
Selain memenuhi nutrisi hal penting juga untuk memastikan bahwa nutrisi yang terkandung dalam makanan bisa diserap dengan baik oleh tubuh. Memilih makanan yang sehat dan tepat adalah hal yang perlu menjadi perhatian.
Bagaimanapun, anemia adalah kondisi yang tak boleh dibiarkan. Bila lalai, bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang membuat tubuh semakin sakit. Dan yang tidak kalah penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila muncul gejala anemia agar bisa ditangani dengan baik.
Nah, untuk bisa mencegah anemia defisiensi besi pada keluarga, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan
1. Rutin mengonsumsi makanan mengandung zat besi
Kandungan zat besi dalam setiap asupan yang dimakan merupakan hal yang sangat penting. Karena itu pastikan bahwa setiap makanan yang dimakan mengandung zat besi yang sesuai.
Makanan yang kaya zat besi dapat diperoleh dari daging, sayuran, biji-bijian dan juga sereal. Bila merasa asupan makanan tidak cukup baik dan seimbang, tidak ada salahnya meminum suplemen penambah darah. Tentu saja dengan mengikuti anjuran dokter.
2. Mengonsumsi suplemen vitamin untuk ibu hamil
Saat hamil, perempuan butuh asupan nutrisi yang seimbang. Untuk mencegah anemia defisiensi besi saat hamil biasanya dokter akan menganjurkan untuk mengkonsumsi vitamin prenatal yang berisi zat besi dan asam folat.
Saya ingat sekali waktu hamil dulu dari anak pertama sampai anak ketiga, suplemen zat besi dan asam folat jadi resep yang selalu ada. Saat hamil juga dianjurkan untuk cek darah untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak agar memudahkan penanganan saat persalinan.
3. Menjaga asupan bayi
Asupan zat besi merupakan hal yang penting untuk bayi agar bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik. Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dalam memberikan asupan untuk bayi. Pemberian ASI ekslusif selama enam bulan pertama merupakan langkah yang sangat direkomendasikan
Nah itu dia ya. Mari lawan anemia disefisiensi zat besi agar anak-anak bisa tumbuh dengan baik dan sehat. Generasi yang sehat akan melahirkan negara yang kuat dan maju. Dan semua dimulai dari rumah.
Yuk bersama lawan anemia, dimulai dari keluarga tercinta. 🙂
Kalo aku bilang sih, anemia itu hampir semua wanita pernah mengalaminya, hanya kadarnya beda beda
Kalo aku seringnya sedia multivitamin tentu saja!
Anemia defisiensi besi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak-anak dan kondisi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Anemia bisa menyebabkan anak mengalami gejala merasa lelah, lemas, hingga sesak napas.
Duh, edukasi semacam ini kudu nyampe ke semua ortu ya.
Supaya generasi Indonesia sehaaattt dan merdeka dari anemia!
Kekurangan zat besi pada anak sampai dewasa itu bahaya yaa mbak. Sayangnya di Indonesia angka kejadian anemia masih tinggi.
Waktu hamil akupun kena anemia. Efeknya kudu bolak-balik RS untuk pengobatan dan anakku sekarang pun ADB.
Jadi ingat Mbakku pas hamil selalu dikasih vitamin dan zat besi sama bidan. Nah kemarin itu dapat tamu bulanan dan lemes banget. Aku curiga kena anemia. Kalau bulan depan gitu lagi, mau ke dokter sih. Sekarang nambah zat besi dari sayuran dulu
Apalagi anak2 remaja putri zaman now mbak, biasanya kalau makan tuh ngikutin ala mall yang hits. Wuiiih, makanya kita jadi emak2 di rumah kudu belajar variasi masakan maupun camilan sehingga pola makan sehari2 sesuai dengan ‘Isi Piringku’. Semoga kita semua dijauhkan dari anemia ya. Jika perlu tablet penambah darah juga oke saja bisa dikonsumsi berkala.
Yess, semua dimulai dari rumah, bersama kita bisa lawan anemia disefisiensi zat besi agar anak-anak bisa tumbuh dengan baik dan sehat.
Karena generasi yang sehat akan melahirkan negara yang kuat dan maju. Jadi memang mesti segera didukung semua usaha melawan anemia ini
Betul Mbak, kalau sudah pernah diwanti-wanti dokter tentang gejala anemia dan terlihat ada gejalanya sebaiknya waspada
Asupan yang bernutrisi dan memperbanyak makanan bersayur serta menyimbangkan istirahat dan olah raga.
Sehat sehat selalu ya,Mbak Ira
berbekal pemaparan mba ini dan blogger-blogger lainnya mengenai betapa pentingnya pemenuhan zat besi lintas generasi membantu masyarakat untuk lebih peka akan kebutuhan nutrisi tinggi zat besi
Anemia masih dianggap remeh. Dan dengan adanya sosialisasi seperti ini semoga makin banyak yang melek bahwa penting pemenuhan zat besi pada anak
Sampe sekarang aku tu masih bingung kenapa periksa Hb gak se’tenar’ periksa kadar gula darah, kolesterol & asam urat ya. Aku aja sempet periksa Hb pas sebelum masuk ruangan seminar anemia. Hm…kalo mau periksa lagi apa harus ke lab ya?
Dulu pas hamil saya males2an minum vitamin dari dokter karena mual. Hikss… Ketika cek rutin ke bidan pun wanti2 banget wajib minum vitamin yang diresepkan karena bumil rentan anemia dan bayi pun bisa beresiko. Duh, nyesel banget deh nanti kalau hamil lagi mesti lebih rutin minum vitamin dan makan makanan sehat tentunya
Untuk melawan anemia memang perlu banget edukasi semacam ini terutama bagi para orang tua yah mbaak, agar lebih paham tentang asupan gizi seimbang terutama zat besi yang terkadang masih suka abai.
Anemia ini terlihat sepele ya, padahal dampaknya bisa ke mana-mana dan berat… Makasih sharingnya mak, jadi diingatkan lagi tentang pentingnya zat besi…
Oya, kalau anemia tuh bawaannya lemes dan ngantuk melulu. Tetapi, dulu saya gak tau kalau efeknya bisa lebih bahaya lagi. Berarti jangan sampai ya anak kena anemia
anemia bukan penyakit yang bisa dianggap remeh ya mbak
menderita anemia bisa berakibat fatal juga
makanya harus memenuhu kebutuhan gizi seimbang
dan berlaku bagi lintas generasi, karena siapa saja bisa kena anemia
Jadi tambah ilmu lagi, baru tahu kalau jenis2 makanan bayam, tempe, kecipir, wortel, kangkung, jamur dan singkong,dalah zat besi non heme yang harus diubah dulu baru kemudian dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
penting banget nih kesadaran tentang pentingnya zat besi
apalagi untuk anak balita ya, mba..
biar bisa dicegah sejak dini..
Aku penyintas anemia dan bener emang gk bagus apalagi pas hamil huhu
Makanya sebaiknya ibu hamil cek2 dulu screening anemia sblm merencanakan kehamilan.
Trus saat anak bayi, apalagi kalau bayinya hanya ASI sejak lahir jg penting screening supaya lbh cepet ketahuannya kalau ada kelainan kek anemia ini. InsyaAllah dgn nutrisi yg baik bisa disembuhkan.
Mencegah anemia memang perlu gerakan bersama ya… Mulai dari tingkatan keluarga sampai ke lingkup yang lebih luas.
Bener juga ya kalo anemia itu merupakan masalah kekurangan zat besi yang bisa terjadi dalam lintas generasi. Aku pun justru kena anemia ketika udah setua ini, beberapa kali nggliyeng bahkan pernah nyaris pingsan karena anemia
Kuncinya terdapat pada pemenuhan gizi dalam keseharian. Apalagi pada masa remaja yang penuh dengan aktivitas, kekurangan zat besi bisa membawa banyak dampak buruk pada kesehatan.
Aku pikir kalau hanya lemas itu membutuhkan istirahat yang cukup.
Ternyata ada hal lain yang kudu di waspai yakni defisiensi zat besi.
Edukasi yang baik dan menarik, semoga banyak masyarakat sadar pentingnya asupan makanan dan tambahan suplemen.
Ternyata anemia pada anak bisa bikin stunting, ya. Pantesan penting banget memastikan kecukupan zat besi pada anak. Makasih infonya, Mbak.
Anemia ini ternyata gak bisa diremehkan ya mba. Benar2 harus kita perhatikan dari mulai hamil sampai remaja. Pemenuhan gizi seimbang juga mengantisipasi penghambat zat besi jadi penting juga.