Cerita Sepiring Gudeg dan Kabar Baik di Tengah Pandemi
|
Terbawa lagi langkahku ke sana,
Mantra apa entah yang istimewa,
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja.
Dengar lagu lama ini katanya,
Izinkan aku pulang ke kotamu,
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja.”
— Adhitia Sofyan – Sesuatu di Jogja —
***
Menu makan siang kali ini berbeda dari biasa. Ada sepiring gudeg lengkap dengan telur bulat, nangka muda, dan krecek kulit terhidang di meja. Juga ada pepes ikan, keripik ulin dan sepiring getuk sebagai pelengkap suasana. Benar-benar seperti menjemput kenangan saat saya duduk di meja makan salah satu restoran khas Yogyakarta di Malioboro sana.
Saya memang suka gudeg. Meski bukan berasal dari Yogya, cita rasa gula merah dan perpaduan rempah dalam gudeg telah membuat saya jatuh cinta. Biasanya, kalau lagi tak enak badan dan malas makan, saya akan minta dicarikan seporsi gudeg.
Pernah juga saya ngidam gudeg saat hamil anak ketiga. Maka saat permintaan itu terlontar, alamat suami akan berkeliling mencari menu gudeg asli Yogya di seantero Jakarta Raya. 🙂
Lain cerita kali ini. Tak ada yang perlu ke luar rumah hanya untuk memenuhi selera makan saya yang tiba-tiba kembali teringat gudeg. Dari atas kursi, sembari bersantai dengan keluarga, saya meraih ponsel. Membuka instagram sebuah toko daring aneka makanan dan minuman frozen dan siap saji, lalu memilih menu yang disuka. Maka masuklah gudeg dan sejumlah camilan lainnya dalam daftar belanja.
Esok harinya, seorang kurir pengantar paket datang ke rumah. Cukup menghangatkan saja, lalu makanan siap saji nan segar dan gurih terhidang di meja. Langsung dikirim dari kota asalnya, Yogyakarta. Ulalaa…, waktunya makan bersama.
‘
***
Yuk Tukoni, itulah nama platform jual beli makanan khas Yogya yang kini jadi pilihan saya saat rindu dengan makanan dari kota pelajar itu. Memanfaatkan media sosial instagram dan facebook, Yuk Tukoni menyajikan aneka makanan dan minuman hasil produksi UMKM dari daerah Yogyakarta. Yang paling menarik, platform ini justru muncul di tengah pandemi, saat para UMKM terutama sektor food and beverage kalang kabut akibat menurunnya omset karena sepi pembeli.
Adalah Revo Suladasha, sosok pemuda yang menginisiasi lahirnya Yuk Tukoni. Resah melihat UMKM kuliner Yogya yang terdampak pandemi, bersama rekannya Eri Kuncoro ia menggagas gerakan sosial bernama Yuk Tukoni. Dalam bahasa Indonesia itu berarti yuk dibeli, mari dibeli.
“Waktu itu mendengar keluh kesah teman-teman yang syok toko ga bisa buka, sementara mereka belum bisa mengaktivasi penjualan lewat sosial media. Kami bergerak, coba lakukan social movement di media sosial, yuk dibeli, yuk dibeli, yuk tukoni,” ujar Revo saat kami berbincang pertengahan Desember lalu.
Di Yogyakarta, industri kuliner memang menjadi salah satu penggerak roda ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017, subsektor kuliner telah memberikan kontribusi di kisaran 40 persen dari total pendapatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu, wisata kuliner menjadi salah satu daya tarik yang membuat orang betah berkunjung dan membuat Yogyakarta istimewa.
Saat pandemi datang, industri kuliner Yogya langsung terseok. Seluruh kampus dan sekolah menghentikan aktivitas pembelajaran tatap muka. Mahasiswa, pelajar, dan wisatawan yang selama ini menjadi konsumen utama, praktis meninggalkan Yogyakarta dalam waktu lama.
Salah satu video social movement yang dibuat tim Yuk Tukoni agar UMKM bangkit di tengah pandemi.
Pemuda bernama lengkap Revo Al Imran Sulaeman ini pun ikut terdampak. Sebelum pandemi, ia punya sebuah coffe shop di kawasan Kaliurang. Namun, toko yang ia sewa harus tutup lantaran sepi pembeli. Saat itulah ia berpikir harus berani berinovasi. Ia dan pengusaha kuliner lain di Yogya harus bangkit. Walau berjarak harus bergerak.
Bermodal pengalaman dan relasi di industri kreatif yang memang sudah ditekuni, Revo dan Eri menginisiasi sebuah social movement dengan memanfaatkan social media yang ada. Maka, pekan kedua April 2020 ide itu dieksekusi. Media Sosial Tukoni ID di instagram dan facebook @YukTukoni resmi mengudara.
Sebagai langkah awal, Revo mengajak teman-teman di komunitas yang punya usaha kuliner untuk bergabung. Ada 10 UMKM yang ikut serta pada langkah pertama. Setelah itu mereka memperkenalkan pengantaran makanan dan minuman siap saji. Juga pengiriman sayur dan bahan pangan segar. Harapannya, Yogya yang sempat ‘mati suri’ bisa ‘bernafas’ lagi.
Seiring sambutan hangat dari publik, Revo dan tim melakukan inovasi. Dari hasil riset, mereka melihat pangsa pasar makanan beku termasuk yang mendapat tempat selama pandemi. Pembatasan aktivitas di luar rumah, membuat orang lebih banyak menstok bahan makanan di rumah. Maka mereka pun mulai mengembangkan pengiriman makanan dan minuman beku.
“Setelah berjalan, kami ingin mengangkat semangat UMKM. Kita mikir gimana cara packaging agar makanan UMKM yang notabene makanan basah tetap segar saat diterima konsumen,” ujar Revo.
Dari berbagai diskusi dan riset sambil berjalan, akhirnya diputuskan Yuk Tukoni mulai fokus pada pangsa pasar makanan beku. Apalagi teknologi ini sudah biasa digunakan pada pengelolaan makanan dana minuman seperti untuk keperluan militer dan ibadah haji.
Pada tahap awal, Revo dan tim cukup terkendala dengan fasilitas. Mereka juga belum punya tempat permanen. Beruntung, seorang kawan mau meminjamkan gudang untuk memudahkan operasional. Selain itu mereka juga mendapat pinjaman freezer.
Untuk urusan pengemasan, mereka membeli peralatan. Dengan alat itu, packaging bisa dikelola dengan baik sehingga higienitas dan kesegaran makanan bisa terjaga. Meski Revo menyadari, untuk pengadaan peralatan packaging tidak murah, namun dengan tekad kuat mengangkat semangat UMKM kuliner, mereka mengambil langkah itu.
Menurut Revo, meski perlu modal besar, tim Yuk Tukoni tak mau membebankan UMKM. Mereka konsisten, bahwa semangat awal pendirian Yuk Tukoni adalah untuk bergerak bersama membantu UMKM. Atas alasan itu, Revo tak terlalu memikirkan untung. Untuk menjaga operasional dan pengembangan ia mengambil margin 15 persen dari harga yang dititipkan.
Agar mendapatkan tempat kalangan UMKM, Yuk Tukoni menawarkan konsep berbeda. Mereka menyediakan aneka produk froozen dengan kurir yang bisa langsung mengantar ke alamat. Untuk menghemat ongkos kirim, Yuk Tukoni terlebih dahulu mengkurasi semua produk yang akan dijual.
Produk yang sudah memenuhi standar seperti higienitas, halal dan rasa kemudian dikumpul di satu tempat. Setelah itu dilakukan pengemasan ulang, lalu disimpan dengan baik. Dengan konsep ini, konsumen bisa memesan beberapa jenis produk makanan sekaligus dengan hanya sekali ongkos kirim.
Saat omset penjualan naik dan pengemasan pun makin baik. akhir Juli lalu, mereka pun membuka layanan pengiriman luar kota dengan menggunakan layanan pengiriman sehari sampai. Maka mulai berdatangan order aneka makanan khas Yogya dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Bergerak Bersama Bangkitkan UMKM
Yuk Tukoni telah membawa angin segar bagi industri kuliner Yogyakarta. Meski belum bisa mewadahi semua UMKM yang ada, setidaknya, kehadiran Yuk Tukoni membawa harapan baru akan hari depan kuliner lokal. Bagi pelaku UMKM di Yogyakarta, Yuk Tukoni memberi semangat agar tak menyerah meski tengah menghadapi pandemi. Selalu ada jalan jika terus berusaha dan melakukan inovasi. Bergerak bersama!
Pak Poniman, anak Mbah Marto yang kini melanjutkan usaha kuliner Mangut Lele Mbah Marto mengakui kalau kehadiran Yuk Tukoni memberi semangat bagi usahanya saat menghadapi pandemi. Mangut Lele Mbah Marto merupakan salah satu kuliner legendaris di kota Yogya.
“Waktu awal pandemi, omset menurun drastis, bahkan hampir separuhnya. Makanya ketika Mas Revo datang dan menawarkan Yuk Tukoni, saya terima. Namanya orang kepengen omset naik,” ujar Pak Poniman saat kami berbincang pertengahan Desember lalu.
Mangut Lele Mbah Marto merupakan satu dari sepuluh usaha kuliner yang bergabung saat Yuk Tukoni diperkenalkan. Awalnya, dalam sepekan, Pak Poniman menyuplai 5-70 porsi Mangut Lele Mbah Marto untuk dipasarkan di Yuk Tukoni. Namun sekarang permintaan konsumen sudah mencapai 200 porsi per minggu.
Bagi Pak Poniman, selain meningkatkan omset, kehadiran Yuk Tukoni sangat membantu karena bisa membuat Mangut Lele Mbah Marto makin dikenal dan tetap diingat. Jaringan dan jangkauan pemasaran daring membuat Mangut Lele Mbah Marto bisa dirasakan oleh masyarakat di berbagai kota tanpa harus datang ke Yogya.
Tak hanya bagi Pak Poniman, kehadiran Yuk Tukoni kini juga makin dirasakan oleh banyak pelaku UMKM kuliner di Yogyakarta. Hingga awal Desember ini, dari mulanya belasan pelaku UMKM bergabung, sekarang sekitar 120 pengusaha kecil itu sudah berkolaborasi menjadi mitra Yuk Tukoni.
Bagi para mitra, kerjasama dengan Tukoni bisa memberi nilai tambah untuk usaha mereka. Alasannya, tak jarang tim Tukoni melakukan repackaging produk yang dipasarkan. Tampilan dan kemasan yang lebih kekinian menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen masa kini.
Repackaging yang dilakukan tim juga berguna untuk meningkatkan daya tahan produk yang dipasarkan. Dengan konsep froozen, makanan basah seperti mie ayam, mangut lele, pepes ikan, bisa dikonsumsi dalam kondisi segar dan gurih saat tiba di tangan konsumen.
Hal menarik lain yang ditawarkan Yuk Tukoni adalah konsumen bisa memesan beberapa jenis produk makanan sekaligus dengan hanya sekali ongkos kirim. Jadi meski pembeli memesan produk dari UMKM berbeda, pembayaran ongkos kirim tetap satu kali.
Dan benar saja. Konsep satu ongkos kirim inilah yang membuat saya sebagai pembeli senang berbelanja di Yuk Tukoni. Bahkan karena tak ada beban tambahan ongkir, saya jadi bisa pesan banyak menu dalam satu kali pengiriman. Hal ini berbeda bila kita membeli menu siap saji melalui e-commerce atau online food lain karena setiap order di beda toko akan dikenakan tambahan ongkos kirim.
Inovasi Tukoni, Tebar Inspirasi
Berjalannya waktu, Revo dan tim mulai berpikir untuk melakukan pengembangan. Dengan tambahan personil untuk tim admin, kurir, dan operasional. ia jadi semakin terpacu untuk berinovasi.
Memasuki September, seiring makin membaiknya kondisi pasar, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, Revo dan tim membuka toko offline di Plaza Ambarukmo Yogya. Dengan konsep Pawon Bebarengan Cloud Kitchen, bersama para Mitra Tukoni, Revo menghadirkan konsep baru sensasi menyantap Kuliner Hits Yogyakarta.
“Kami coba tambahkan add value dengan buka Pawon Bebarengan di mall. Di sini pembeli bisa memilih sendiri sajian khas Yogya yang disuka, kita masakin, kita sajikan. Konsepnya konsumen bisa merasakan aneka santapan hanya di satu tempat,” ujar Revo.
Pembukaan toko offline ini mendapat reaksi positif dari pasar. Dari waktu ke waktu, selalu ada pengunjung yang datang. Menurut Revo, peningkatan omset penjualan itu justru memberi tantangan sendiri bagi ia dan tim.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah mengubah mindset beberapa pelaku UMKM yang belum terlalu berorientasi pada pengembangan produk. Ia bercerita, beberapa kali menemukan mitra yang tak mau menerima orderan baru lantaran merasa lelah dan capek. Ada juga yang beralasan tak mau terlalu ngoyo dalam berusaha.
“Itu jadi challenge kami, mengedukasi dan mengubah mindset UMKM agar terus berkembang, ga cuma mikirin modal dan kompetisi,” jelas Revo.
Agar tumbuh semangat untuk berkembang Yuk Tukoni membangun ekosistem saling dukung. Pelaku UMKM senior dengan produk yang sudah dikenal masyarakat yang diajak bergabung bisa menjadi katalisator bagi pelaku UMKM yang baru merintis usaha. Ia berharap, dengan sistem ini akan muncul semangat untuk sama-sama berkembang dan maju.
Dalam sunyi, di tengah pandemi, Revo bergerak mengembangkan Yuk Tukoni. November lalu, kembali diluncurkan program baru. Nama terobosan itu adalah Mang Jastip. Lewat layanan unggulan ini, pembeli bisa memanfaatkan jasa titip beli produk UMKM lainnya yang belum tersedia di Yuk Tukoni.
Kerja keras dan semangat Revo dan tim inilah yang kemudian membuat juri Satu Indonesia Award jatuh hati. Bersama lima sosok inspiratif lainnya, ia dinobatkan menjadi penerima Satu Indonesia Award Kategori Khusus, Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19
Satu Indonesia Award merupakan event tahunan yang diselenggarakan PT Astra International Tbk untuk mencari sosok muda inspiratif dari penjuru negeri. Lewat ajang ini, Astra berharap akan muncul figur muda yang bisa menjalarkan semangat perubahan melalui inovasi dan karya bergerak bersama memajukan bangsa.
Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk, yang juga menjadi salah satu tim juri mengatakan bahwa meski di tengah pandemi, para juri melihat para pemuda terpilih tetap bersemangat berkarya dan berinovasi. Dalam awarding penerima anugerah Satu Indonesia Award yang diselenggarakan secara virtual akhir Oktober lalu, ia menyebutkan bahwa para pemenang bisa membuat juri terenyuh karena perjuangan yang tak mengenal lelah.
“Selama masa penjaringan dan penjurian, kami para juri sering merasa tersentuh dan terharu karena ternyata di banyak daerah masih banyak pemuda yang berjuang dalam diam. Mereka terus bergerak membawa perubahan pada lingkungan di sekitar,”
Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk
Bagi Revo, penghargaan yang diberikan Astra International melalui Satu Indonesia Award menjadi pelecut semangat untuk terus berinovasi. Melalui tambahan jejaring, Ia berharap makin banyak kesempatan baik terbuka. Dengan begitu, Yuk Tukoni bisa mewadahi semakin banyak UMKM untuk terus bangkit meski pandemi belum berhenti.
“Kami ingin UMKM kuliner terus bangkit dan berkembang, meluaskan jaringan pemasaran sehingga makin banyak menggandeng pelaku UMKM untuk berkembang bersama mitra Tukoni,” ujar Revo.
Kini, Revo dan tim menyimpan asa. Dalam waktu dekat, mereka berharap Yuk Tukoni bisa mengembangkan aplikasi khusus yang bisa mendongkrak pemasaran produk UMKM. Selain itu, mereka juga tengah menyiapkan rencana untuk membuka toko ritel di lima kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Solo
Hal yang paling penting menurut Revo, ia dan tim Yuk Tukoni ingin pelaku UMKM di seluruh pelosok negeri bisa bangkit dan beradaptasi. Berani menciptakan berbagai inovasi agar menjadi lebih mandiri.
Berkembang bersama, menang lawan Corona!
***
Main ke Jogja, sekali aja nyobain gudeg ternyata punya lidah bali jadi susah nerima yang manis manis
bisa coba menu lain mas,… ada mangut lele juga nih yang hitsss
Umkm jadi sangat terbantu sejak ada tukoni ini ya mbak? Kita sebagai konsumen pun juga lebih mudah membeli apa yang kita mau tanpa perlu jauh-jauh ke jogja
wah keren juga nih Tukoni bisa bantu UMKM lokal. Jadi semua orang bisa tau jika ada yang kuliner menarik lewat Tukoni. Semoga rencana untuk buka toko ritel di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Solo segera ya.
Wah berita baik! Perlu dicoba saat nanti ada rezeki bisa plesir ke Yogyakarta. Mari menang melawan Corona bersama Mba
amin.. semoga corona segera berlalu. eh tapi dengan Tukoni ga mesti harus ke yogya lho mba, bisa pesan dari rumah aja 🙂
Ide kreatif dari dua sosok ini bisa dijadikan motivasi pemuda yg lain untuk berfikir sekreatif mungkin mengembangkan usaha. Tidak hanya kuliner, peluang bisnis yg lain pun masih bisa digali, yg penting tekun
bener banget… ketekunan dan komitmen jadi modal ya mas.
Walah aku yang di jogja malah baru tau ada startup ini. Keren inisiatifnya mbak bisa bantu temen umkm
wohooo…. harus coba pesan kalau gitu mas.. klo yogya kan mereka punya kurir sendiri..
Aduuhh enaknyaa makanan khas Jogja bisa dijangkau lebih dekat dengan Tukoni. Aku kangen sambel krecek 😛
iyaaa mba, jadi lebih mudah dipesasn dari mana aja ya..
Mbaaa, aku auto mupeng jajan2 dan kuliner Jogjaaaa
langsung cuss ke YUK TUKONI
brand nya ear catching nihhh sangat jogja banget!
UMKM masih menjadi penopang perekonomian suatu negara. Meskipun saat ini semua terkena imbasnya. Makanya UMKM diharapkan cepat bangkit. Tentu gak bisa sendirian. Harus ada kerjasama juga dari banyak pihak
Aku yg tinggal di jogja lama malah nggak suka sama yg namanya gudeg nih, lidahku kurang cocok dengan rasanya yg manis.
Tapi inovasi yg dibuat oleh mas revo dan kawanannya ini bagus banget. Inisiatif semacam ini dibutuhkan sekali oleh masyrkt apalagi pandemi seperti ini yaaa. Semoga usahanya lancar dan sehat selalu
Alhamdulillah ya Mbak, masih ada yang peduli seperti ini. UMKM bisa bangkit, orang-orang yang rindu makanan Jogja pun bisa terobati ya dengan memesan di Tukoni ini ya, lebih hemat ongkir pula.
Kangennya makan gudeg. Kreceknya itu lhooo :p
Inovatif banget nih. Di tengah pandemi ini emang bermunculan berbagai social movement yang sangat bermanfaat bagi masyarakat agar bisa survive di tengah pandemi. Kereeeennn
Hihi.. Lucu ya namanya tukoni. Njawani banget. Semoga kehadiran tukoni membuat umkm kita semakin jaya. Eh, manisnya gudeg kata suamiku kayak makan sayur kolak
Kemarin baca berita. Katanya gara-gara pandemi industrik digital dan teknologi bergerak sangat cepat. Yang harusnya 5 tahun lagi, malah sudah terlaksana dan selesai tahun ini.
Ada sedikit kebaikan memang di masa pandemi ini. Dan benar saja, yang mampu “move on” lah yang bertahan. Salah satu buktinya ya dari Tukoni ini. Keren banget. Bisa membantu UMKM