Ayo STOP Pneumonia pada Anak, Saatnya #PulihBersama
|
Bergerak bersama, bebaskan anak Indonesia dari pneumonia
***
“Zaki saat berusia 14 bulan, kelihatan normal seperti anak lain, tapi selama 3 bulan berturut-turut berat badan tidak naik-naik. Akhirnya dokter sarankan untuk periksa, ternyata Zaki terkena Bronkus pneumonia.”
Suara Bu Zahro, warga Depok, mendadak berubah. Dengan mata sedikit berkaca ia bercerita kepada Dr Lula Kamal dalam acara webinar peringatan hari pneumonia dunia tentang perjuangannya mendampingi sang buah hati, Zaki, pulih dari penyakit yang diidapnya sejak kecil.
Saat pertama kali mengetahui putranya terkena Pneumonia, Bu Zahro tak langsung bisa menerima. Sebab dalam penilaiannya, tidak ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan Zaki mengidap pneumonia. Kecuali berat badannya yang tak naik-naik, Zaki terlihat normal seperti anak lainnya.
“Awalnya saya kaget. Tidak ada yang merokok di rumah,” ujar Bu Zahro.
Namun, kesimpulan dari dokter membuat ia berusaha untuk tenang. Ia menguatkan diri dan membulatkan tekad; Zaki harus disembuhkan.
Tak hanya Bu Zahro. Dalam acara peringatan Hari Peringatan Pneumonia Dunia yang diadakan Save The Children bekerjasama dengan radio KBR hari itu, 12 November 2020, saya mendengar kisah-kisah dari para orang tua lain yang juga berjuang mendampingi buah hati yang didiagnosis mengalami pneumonia saat kecil. Ada Pak Tatang dari Bandung, dan Pak Timotius dari Sumba Barat.
Hal menarik yang membuat saya turut berbahagia, perjuangan para orang tua ini mendampingi buah hati mereka berbalas manis; buah hati mereka pulih dari pneumonia.
Yup! Harus diakui, pneumonia merupakan salah satu momok yang membuat jantung para orang tua sering berdegup kencang. Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian.
Selain itu, pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold). Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.
The Silent Killer
Di Indonesia, pneumonia merupakan salah satu penyakit mematikan dan berbahaya terutama untuk balita dan anak. Menurut data WHO, pada 2017, Indonesia berada di peringkat 7 dunia sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi. Terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut atau 17% dari seluruh kematian balita.
Boleh dibilang, saat ini, pneumonia merupakan penyebab kematian balita kedua di Indonesia. Penyebab kematian pertama masih disebabkan persalinan preterm dengan prevalensi 15.5%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kematian akibat pneumonia pada bayi dan balita di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah belum terpenuhinya ASI ekslusif, berat badan lahir rendah, belum imunisasi lengkap, polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga.
Menurut Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia ada dua tanda utama yang bisa menjadi panduan orang tua untuk mengetahui gejala awal pneumonia.
- Batuk dan Demam yang Berkelanjutan
Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan. Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.
- Kesulitan Bernapas
Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas cuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah.
Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan. Bayi yang mengalami kesulitan bernafas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman.
Lebih jauh dokter Nastiti apabila mengetahui ada anak atau saudara yang menunjukkan dua tanda utama ini sebaiknya segera menemui dokter jika ragu atas gejala-gejala yang dialami anak. Hal ini akan membantu anak untuk pulih dan sembuh dari pneumonia.
Sayangnya, dari tahun ke tahun kasus pneumonia pada bayi dan balita di Indonesia terus saja meningkat. Pada 2019 tercatat 467.383 kasus Pneumonia pada balita. Salah satu penyebabnya karena masih minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia akan tanda-tanda pneumonia sehingga terlambat dalam menanganinya.
Stop Pneumonia, Saatnya #PulihBersama
Saat mengikuti peringatan Hari Pneumonia Dunia secara virtual, saya menjadi lebih paham bahwa sebenarnya kematian akibat pneumonia pada bayi dan balita bisa diatasi apabila anak cepat tertangani. Bapak Soedjatmiko, dokter spesialis anak, konsultan tumbuh kembang-pediatri sosial, menyebutkan perlu upaya bersama untuk bisa mengatasi pneumonia.
Yup. Upaya bersama lawan pneumonia. Inilah yang kini menjadi salah satu fokus perhatian Save The Children Internasional. Sejak 2019, Save The Children meluncurkan kampanye global dalam rangka ulang tahunnya ke 100 tahun. Di Indonesia, Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia bekerjasama dengan dengan organisasi masyarakat, akademisi, organisasi profesi, pemerintah dan pihak swasta.
Tahun ini, Save The Children kembali menggelar peringatan Stop Pneumonia yang dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan. Namun, karena berlangsung di saat pandemi, peringatan ini dilakukan secara virtual yang disiarkan melalui channel youtube Save The Children. Hingga artikel ini ditulis kampanye ini sudah disaksikan lebih dari 2200 pemirsa.
Ibu Wurry Ma’ruf Amin, Menteri Kesehatan Terawan, Menteri PPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati,, dan Ibu Selina Sumbung CEO Save The Children
Menurut Ibu Selina Sumbung, CEO Save the Children Indonesia, Pneumonia merupakan musuh bersama seluruh masyarakat Indonesia. Dengan turut mendukung gerakan stop pneumonia berarti ikut memberikan hak kepada seluruh anak untuk bisa hidup sehat dan layak.
“Momen HPD yang kita peringati di tengah pandemi tahun ini, sebagai kesempatan untuk semakin meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini.”
Ujar CEO Save the Children Indonesia, Selina Sumbung.
Menteri Kesehatan, dokter Terawan menyebutkan saat ini pneumonia masih menjadi masalah kesehatan utama anak di dunia termasuk di Indonesia. Karena itu kerjasama seluruh masyarakat terutama keluarga akan sangat berperan dan upaya stop pneumonia. Sedangkan Bu Wurry Ma’ruf Amin meminta orang tua lebih peduli dan cepat tanggap, bersama STOP Pneumonia.
Bagaimana langkah agar terbebas dari Pneumonia?
Meski menjadi salah satu penyebab kematian anak terbesar di Indonesia, pneumonia bisa diobati dan bisa dicegah dan diobati. Ada tiga poin besar yang harus menjadi perhatian seluruh orang tua dan masyarakat untuk bisa bersama STOP Pneumonia.
- Melindungi
Untuk melindungi anak dari pneumonia lakukan tindakan dini dengan memberikan selalu asupan terbaik sejak lahir. Diawali dengan memberikan hanya ASI eksklusif hingga 6 bulan. Setelah anak berusia 6 bulan baru dilanjutkan dengan Makanan Pendamping ASI dengan tetap memberikan ASI hingga anak berusia 2 tahun.
- Mencegah
Untuk mencegah pneumonia, berikan imunisasi lengkap, minimal pemberian vaksin wajib kepada anak. Akan lebih baik bila juga melengkapi si kecil denggan vaksin tambahan.
Selain pemberian vaksin, pencegahan juga dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat dengan rajin cuci tangan pakai sabun serta menciptakan rumah yang sehat dengan sirkulasi udara yang cukup.
Hal lain yang tak kalah penting adalah menjauhkan anak dari asap rokok. Sangat penting bagi setiap orang dewasa untuk tidak merokok di sekitar anak. Dan akan lebih bagus lagi bila orang tua berhenti merokok secara permanen.
- Mengobati
Orang tua perlu responsif bila melihat anak mulai menunjukkan tanda tidak sehat, seperti batuk, pilek, dan sesak nafas yang tidak sembuh-sembuh. Begitu pula bila berat badan anak tidak naik dalam beberapa bulan berturut-turut.
Responsibilitas orang tua bisa menjadi penentu kesembuhan untuk anak-anak. Bawalah anak yang sedang sakit ke fasilitas kesehatan yang ada untuk mendapatkan pengobatan. Dan itulah hal yang dilakukan Bu Zahro, orang tua Zaki yang sudah dijelaskan di awal cerita. Hasilnya, Zaki sembuh, pulih dari pneumonia.
Sejak mengetahui Zaki mengidap bronkus pneumonia, Bu Zahro berusaha tetap tenang. Selama 9 bulan ia memberikan obat yang telah diresepkan dokter. Ia mencari cara agar Zaki selalu mau meminum obat yang diberikan. Bu Zahro sadar pentingnya menghabiskan obat bagi penderita pneumonia.
“Minum obat Sembilan bulan tidak boleh berhenti. Konsisten mengikuti saran dokter, Setelah bulan ke 9 Zaki dibawa untuk rontgen lagi dan alhamdulillah sembuh.”
Bu Zahro orang tua Zaki
Sumber: www.stoppneumonia.id
Tiga faktor poin utama di atas bisa lebih disingkat lagi dengan kata STOP, sehingga akan lebih mudah diingat dan dilakukan banyak orang. Mulailah dengan toko yang menulis apa. Dan selalu perhatikan apa saja konstipasi. dan pengenalan tanda-tanda bahaya pada anak.
Menurut Bu Selina dari Save The Children, agar lebih membuat masyarakat peduli dan ingat akan pentingnya pencegahan pneumonia, maka bisa dilakukan dengan langkah STOP.
Guna mencegah pneumonia orang tua dan keluarga dengan balita harus lebih peduli. Bakteri dan virus ada di mana-mana. Keluarga yang batuk pilek jangan mencium bayi dan balita, pakai masker, cuci tangan sebelum memegang bayi dan balita. Kalau ada keluarga yang sakit segera berobat.
Untuk meningkatkan kekebalan bayi, beri ASI eksklusif, MPASI (gizi lengkap), IMUNISASI dilengkapi, Vitamin A: 2 x setahun. Kalau bayi balita sakit segera diobati. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, kemudian dilanjutkan sampai umur 2 tahun bersama MP ASI akan meningkatkan kekebalan bayi dan balita Karena di dalam ASI selain terdapat nutrisi yang lengkap juga terdapat zat kekebalan yang mampu melawan bakteri dan virus penyebab pneumonia.
Imunisasi mana yang dapat mencegah pneumonia ?
Imunisasi BCG dapat mencegah pneumonia karena bakteri tuberkolosis, imunisasi DPT vaksin pertusisnya dapat mencegah pneumonia karena bakteri pertussis, imunisasi Hib dalam vaksin Pentabio dapat mencegah pneumonia karena bakteri Hib, imunisasi campak dapat mencegah pneumonia karena virus campak.
Imunisasi bisa didapatkan gratis di fasilitas kesehatan pemerintah sejak bayi sampai kelas 1 SD. Di fasilitas kesehatan swasta : imunisasi PCV (pneumokokus) mencegah pneumonia karena bakteri pneumkokus, imunisasi influenza mencegah pneumonia karena virus influenza.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana pneumonia bisa membahayakan pada bayi dan balita, yuk kita simak bersama video STOP Pneumonia dari Save The Children berikut:
Save The Children
Upaya pencegahan dan perlindungan oleh orang tua, masyarakat dan semua pihak merupakan kunci agar anak Indonesia bukan saja terhindar dari wabah pandemi namun juga terhindar dari penyakit mematikan lain yang masih mengancam mereka seperti Pneumonia. Save the Children percaya setiap anak tidak terkecuali layak menyongsong masa depan.
Bila semua orang tua dan masyarakat peduli dan saling bahu membahu melawan pneumonia, akan banyak anak yang terselamatkan. Tak hanya Zaki, akan ada banyak anak Indonesia yang selamat dari kematian akibat pneumonia.
Ayo saatnya Stop Pneumonia. Mari bergerak serentak untuk #PulihBersama. Saatnya #BerpihakpadaAnak
Pneumonia ini kayak nyaru gitu yak mbak Ira. Sepintas kayak common cold eh tau2nya hhmm..Berarti penularan penyakit ini bisa melalui udara, bersin, batuk dan benda2 pribadi. Kita mesti makin berhati2 nih. Yang penting banget imunisasi anak2 udah lengkap ya paling ga kan udah siaga… 😀
Haaai Ira apa kabar!
Long time no see, yang penting jauh di mata dekat di hati ya Ira!
Tulisan ini mengingat akan bang Naufal deh karena dia sempet pneumonia sebentar
Pneumonia ini penyakit yang menakutkan ya mbk. Anakku dulu pernah sakit paru pwru, sefoh banget rasanya. Berat badan turun drastis, lemas, rewel. Alhamdulillah setelah dibawa ke rumah sakit dan ditangani dengan baik, sekarang alhamdulillah anaknya sehat
Wah, Indonesia peringkat 7 ya dgn penyakit pneumonia ini. Sudah termasuk tinggi nih. Anak-anak memang harus dijaga kesehatannya, dan memang bener ASI sangat baik untuk antibodi anak
Saya kalau ada ciri2 anak malas makan ini khawatir banget deh. Tapi kalau baca dr ciri2nya, anak saya bkn penderita peunomia. Ngeri ya, Mba kalau anak kita yang kena.. hiks
nggak nyangka sama faktanya, ternyata banyak merenggut nyawa ya mak penyakit pneumonia pada anak ini.. huhu. Kita sebagai orantua emang mesti aware banget sama penyakit ini ya mak, nggak boleh disepelekan..
Benar sekali jika semua orang tua, pemangku kebijakan dan masyarakat peduli dan saling bahu membahu melawan pneumonia, akan banyak anak yang terselamatkan. Dan akan ada banyak anak Indonesia yang selamat dari kematian akibat pneumonia yang mematikan.
semua pihak kudu bahu-membahu untuk STOP pneumonia ya
dibutuhkan kesadaran, kontribusi dan konsistensi untuk melawan penyakit ini
waduh, Indonesia masuk peringkat 7 dunia dalam hal beban pneumonia. Semoga anak-anak Indonesia selalu sehat ya. Semoga peringkat ini semakin turun yang artinya makin sedikit anak-anak yang terkena pneumonia. Tentunya dengan dukungan banyak pihak karena pemerintah pasti nggak bisa bekerja sendiri
Sedih ya melibat fakta banyak balita wafat karena pneumonia, padahal ya anak gak salah apa apa cuma kdg tanpa sadar terpapar rokok
Intinya tetep ya mba sekeluarga harus benar2 menjalankan pola hidup sehat semuanya.. sedih bngt memang pneumonia ini klo Ada yg tetkena
Karena gak ada gejala ini makanya Pneumonia pada anak berakibat fatal bahkan kematian ya. Kampange STOP pneumonia ini bagus dibagikan ke semua supaya orang tua cepat tanggap
Kemarin anakku 1 tahun usia nya barusan imunisasi pcv booster. Aku baru ngeh kalau pcv masuk yg gratis dari pemerintah. Memang penting banget sih imunisasi nya. Secara pnemonia itu menyerang paru2 organ pernapasan kita
Kita memang harus perhatian agar pengidap pneumonia bisa mendapat perawatan yang seharusnya, karena gejala awalnya sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lainnya ya …
Semoga tidak ada lagi anak-anak yang terkena Pneumonia.
Edukasi yang paling penting kepada calon orangtua dan para orangtua khususnya di pedalaman.
Huhuhu..sedihnya, sering banget dengar kasus anak-anak yang tutup usia karena mengidap pneumonia. Semoga tulisan ini juga bisa membantu mengedukasi masyarakat akan pentingnya mencegah pneumonia pada anak yaa, mbak.
Pneumonia sudah jadi momok kesehatan anak sejak dahulu kala. Musuh utama. Kalau di sini, sudah jadi rahasia umum, DSA sering vonis anak terkena ini. Anak saya juga dulu di vonis ini dan menjalani terapi.
Memang perlu waktu agar bisa sadar untuk mencegah pneumonia ini, apalagi untuk mengoreksi beberapa kebiasaan para orang tua ya, tapi mudah-mudahan masyarakat indonesia jadi lebih aware lagi.
ooh aku pikir pneumonia ini penyakit yang menyerang orang dewasa saja, ternyata balita juga rentan yaaa
wuah jadi pembelajaran baru buat aku calon ibu untuk lebih hati2
Semoga Pneumonia bisa musnah di Indonesia, penyakit menakutkan bagi anak dan orang tua kudu waspada bener bener sih. Mudah mudahan dengan informasi ini, ngebuat ibu bisa paham untuk mencegah dan waspada dengan tanda dan gejala
Tak menyangka Pneumonia merupakan penyebab kematian balita kedua di Indonesia. Memang perlu usaha bersama untuk pencegahan yang dilakukan oleh orang tua dan masyarakat.
Ya Allah sedih kalau denger berita anak-anak dan bayi yang meninggal karena pneumonia. Semoga banyak edukasi yang dilakukan lebih menyeluruh agar calon ibu dan ibu berhati-hati menjaga kesehatan anak.
Penyakit ini memang sangat mengerikan khususnya utk anak ya?
Apalagi di mas covid kyk gini, kita gak tahu virus mana yang jahat dan bahkan bisa menyaru jd pneumonia.
Perlu banget edukasi utk ortu utk mencegah penyakit ini, ketimbang kalau kejadian repot ngobatinnya 🙁
Ga nyangka loh kalau Indonesia diperingkat 7 dunia dalam hal beban pneumonia. Semoga anak-anak Indonesia bisa terbebas dari pneumonia ini ya
Awalnya aku pikir pneumonia hanya bisa terjangkiti kepada orang yang sudah tua aja loo..tapi ternyata, di lapangannya bahkan anak-anak pun mungkin terkena pneumonia.
Semoga dengan edukasi yang benar, kasus pneumonia pada anak berkurang.
Sedih banget ya, kayanya yg mengalami sepetti vu zahro ini pasti sangat banyak, karena pneumonia sangat banyak di alami balita indonesia
Pneumonia ini ternyata banyak mengakibatkan kematian pada balita ya, Mbak. Sedih dengernya. Semoga dengan edukasi seperti ini semakin banyak orang tua yang aware dan bisa mencegah sejak dini
Masih diperlukan banget edukasi-edukasi seperti ini mbak untuk orang tua, terutama orang tua muda yang belum banyak pengalaman seperti kami, supaya bisa menghindari faktor fatal yang bisa membahayakan si kecil. TFS mbak.
Pnemonia memang kadang ga kliatan ya gejala nya. Orangtua kudu jeli memperhatikan perubahan pada anak. Ngeri kalau sudah smpai kena pnemonia. Semoga makin banyak yang teredukasi sehingga banyak yg cepat terdiagnosis dan terselamatkan. Aamiin