Ngemil Bijak, Jurus Jitu Hadapi Mitos Seputar Ngemil

 

Mengenal isyarat tubuh membuat kita lebih mengerti batas need dan want. 

***

Siapa sih di antara temans yang ga bisa hidup tanpa ngemil? Atau dunianya runtuh kalau ga ngemil dalam sehari? Ah. Lebay, ga segitunya keleus

Eits tunggu dulu. Jangan disimpulkan dulu. Beberapa kenalan saya ada yang begitu lho. Saking ga bisa hidup tanpa ngemil, ke mana pergi tasnya pasti selalu berisi camilan.

 

“Ga lengkap kak, kalau ga nyemil.”

 

Ada lagi teman yang lain. Dia memang tidak maniak dengan camilan. Hidupnya ga runtuh kalau ga ada camilan. Tapi….. Otaknya ga jalan kalau kerja ga ditemani camilan. Nah. Lebih parah kan. Kalau sudah begitu mau tidak mau ya setiap kerja harus sedia camilan buat penunjang produktivitas.

Kalau saya sendiri? Hmm… Dunia memang tak akan runtuh. Pekerjaan pun bisa beres tanpa camilan. Tapi…. Kalau mood lagi ga bagus. Ya obatnya ada di camilan. Bila sudah level bad mood, mager, maka pilihan ngemil bisa banget membuat hidup menjadi lebih hidup. 🙂

Bagaimana dengan temans? Seperti apa sih arti camilan dalam kehidupan temans. Termasuk yang dunia mau runtuh, ga produktif bila ga ada camilan, atau seperti saya yang menjadikan camilan sebagai mood booster?

ilustrasi: freepik.com

 

Disadari atau tidak, walau banyak yang menolak, saat ini ngemil boleh dibilang sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat. Apapun alasan di balik kegiatan ngemil yang dilakukan. Faktanya kebiasaan ngemil sudah diwarisi sejak turun temurun di berbagai belahan negara.

Berdasarkan studi bertajuk The State of Snacking’ yang dirilis The Mondelez International menunjukkan sebanyak 23 masyarakat dunia suka ngemil. Studi ini diselenggarakan di 11 negara termasuk Indonesia pada 2019 lalu. Lebih jauh, studi itu menyebutkan rata-rata orang Indonesia suka ngemil untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional.

Ada banyak alasan yang membuat orang suka ngemil. Dalam virtual talk yang saya ikuti pada 22 Agustus lalu, Mbak Khrisma Fitriasari, Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia mengatakan 84 % orang Indonesia menyatakan ngemil dapat meningkatkan kualitas hidup. Itulah kenapa banyak yang ga bisa hidup jauh-jauh dari camilan.

Ga cuma itu lho temans. Menurut Mba Khrisma, ada beberapa alasan yang membuat orang Indonesia suka banget ngemil. Coba deh lihat dari publikasi Mondelez di bawah ini. Hayo temans masuk yang mana? 🙂

 

Seribu satu alasan ngemil

Yap. Ada orang yang butuh ngemil untuk meningkatkan mood. Ada juga untuk mengatasi kegelisahan. Bahkan ada pula yang ngemil untuk memastikan kecukupan kalori dan nutrisi. 

Nah pertanyaannya adalah apakah ngemil itu terlarang? Hoho… tunggu dulu. Banyak memang yang bilang ngemil tidak baik untuk kesehatan. Ngemil bikin gemuk. Ngemil bikin makan jadi berkurang. Ngemil bikin kita pemalas. Eh apa iya memang begitu?

Rupanya tidak sepenuhnya benar lho. Ngemil baru akan mendatangkan masalah bila dilakukan dengan cara yang salah. Padahal, menurut Mba Khrisma, bila dilakukan dengan bijak ngemil justru bisa mendatangkan manfaat.

Bijak urusan ngemil ini memiliki dimensi yang luas. Ya bijak menentukan kapan waktu yang tepat, bijak menentukan porsi, dan yang paling penting bijak dalam memilih camilan yang sehat dan bernutrisi. Ngemil Bijak juga perlu dilakukan untuk menumbuhkan pembiasaan dan menyadarkan setiap orang untuk lebih bijak mengkonsumsi camilan  agar mendapatkan manfaat secara lebih seimbang, baik untuk tubuh maupun pikiran.

Untuk menerapkan prinsip ngemil bijak ini, lagi-lagi Mba Khrisma memberi bocoran nih temans.

 

‘Agar bisa menerapkan ngemil bijak, kenali isyarat tubuh dan ajukan tiga pertanyaan penting.”

Khrisma Fitriasari, Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia

 

Rupanya cukup dengan meminta diri menjawab tiga pertanyaan penting. Dan yang terpenting adalah mengenali isyarat tubuh.

 

sumber: Paparan Mba Khrisma dalam Vritual Sharing

 

Tiga pertanyaan penting yang perlu diajukan saat akan ngemil

  1. Kenapa Saya Ingin Ngemil

Mengenai alasan di balik keinginan untuk ngemil merupakan alarm pertama yang perlu didengar. Bila alasannya adalah untuk mengembalikan stamina mungkin bisa dipenuhi. Namun bila alasannya tidak terlalu penting seperti, biar ga bengong, atau biar mulutnya tetap basah” ah sebaiknya tunda dulu.

Yang jelas, selalu ada alasan berbeda di balik keinginan kita untuk ngemil. Tinggal kita menentukan apakah itu pada posisi need atau want.

 

  1. Camilan Apa yang Saya Inginkan

Ini biasanya berkaitan dengan selera. Namun tidak tertutup juga soal mood. Orang yang biasanya suka manis bisa saja sekali waktu ingin makanan yang pedas atau asin saat ia merasa sedang bad mood.

Untuk bisa menjawab pertanyaan ini juga perhatikan situasi agar mudah menentukan porsi. Misalnya, saat kita hanya sedang ingin bersantai sembari kerja, ada baiknya hanya menikmati camilan ringan yang tidak banyak mengandung karbohidrat. Sebab terlalu banyak memakan karbohidrat bisa saja membuat kita kenyang dan mengantuk.

 

  1. Bagaimana Saya Menikmatinya

 Setiap orang biasanya punya cara berbeda dalam menikmati camilan. Ada yang disuir/gigit sedikit demi sedikit, ada juga yang mau langsung menghabiskan dalam sekali waktu.

 Nah menurut Mba Khrisma semakin orang bisa menikmati camilan yang sedang disantap seharusnya akan semakin kecil porsi yang akan dimakan. Sebab ngemil tanpa menikmati dan memaksimalkan panca indera biasanya akan membuat perut tak kenal kata sudah. Ngemil seperti inilah yang biasanya akan mendatangkan dampak buruk pada tubuh.

 

Mba Khrisma, Mba Tara saat memberikan sharing dalam virtual Tal “Ngemil Bijak”

Cara Asyik Ngemil Bijak  

Menikmati setiap camilan yang dimakan menurut saya menjadi kunci agar bisa menerapkan prinsip ngemil bijak. Apalagi bila camilan yang dimakan adalah camilan sehat yang kaya akan nutrisi dan zat yang dibutuhkan tubuh. Cara ini juga bisa membuat kita bisa mengkonsumsi camilan dengan tidak berlebihan dan seimbang.

Nah saya beruntung sekali. Saat ikut virtual talk bersama Mondelez Indonesia bekerjasama dengan komunitas kesayangan Ibu-Ibu Doyan Nulis, saya berkesempatan mendengarkan sharing dari psikolog klinis Mba Tara De Thouars. Tak hanya diberi pencerahan, saya dan teman-teman IIDN lain yang ikut virtual talk juga kebagian praktek cara ngemil yang baik. Tentu saja ngemilnya di rumah masing-masing. 🙂

Seperti apa sih langkah yang bisa diterapkan agar bisa mendapatkan manfaat maksimal dari ngemil bijak ini? Menurut Mba Tara, ada lima cara yang bisa dilakukan agar bisa menerapkan prinsip ngemil bijak dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

  1.   Cek Sinyal Tubuh

Yup. Ini langkah yang menjadi kunci. Saat kita merasa ingin ngemil, coba tanya pada diri sendiri. Apakah ini needs atau wants. Bila tubuh tidak memberikan reaksi, itu artinya belum saatnya untuk ngemil. Coba diam sebentar, tarik nafas yang dalam. Bila ada sinyal dari tubuh seperti perut yang tiba-tiba berbunyi atau ada getaran di area perut berarti memang itulah saatnya kita harus ngemil. Bila hanya baru sebatas keinginan dan ada di kepala, mungkin bisa ditunda dulu.

Menurut Mba Tara, selain menghindari ngemil pada waktu yang tidak tepat memperhatikan isyarat tubuh juga penting untuk menghindari rasa menyesal setelah ngemil. Sering kan kita menyalahkan diri sendiri saat merasa terlalu sering ngemil. Padahal, terkadang keinginan akan camilan tertentu merupakan sinyal tubuh untuk mengkomunikasikan kekurangan nutrisi.

Sebagai contoh, keinginan makan camilan serba asin bisa jadi dipicu oleh dehidrasi. Atau keinginan makan yang segar bisa jadi pertanda kita butuh asupan air. Mengenali sinyal tubuh akan membantu kita untuk menentukan camilan yang tepat dan berguna untuk kebutuhan tubuh pada saat itu.

 

  1.   Relaksasi

Ambil nafas yang dalam sebelum mengambil camilan. Hal ini akan membantu untuk memberi perintah tubuh memutuskan jenis camilan apa yang sebaiknya disantap. Menurut mba Tara, asal dilakukan dengan bijak dan tepat, kebiasaan ngemil sebenarnya bisa jadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh.

 

ilustrasi: freepik

 

  1.   Mindful Snacking

Ini merupakan langkah yang tricky namun sebenarnya bisa mendatangkan sensasi berbeda saat kita ngemil. Gunakan pikiran dan perasaan pada saat akan menyantap setiap camilan sehingga bisa menikmatinya tidak hanya di perut tetapi juga di otak.

Gunakan panca indera. Menurut Mba Tara, sebaiknya kegiatan makan camilan  dilakukan secara sadar agar manfaat yang diperoleh bisa maksimal. Kita bisa makan secara perlahan dan menikmati setiap gigitannya.

 

“Ajak seluruh indera tubuh  terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan.”

Psikolog klinis, Tara De Thouars

 

Wow. Harus saya akui saya sempat merasa cara ketiga ini agak sedikit mengada-ada. Namun ternyata Mba Tara benar. Saat mencoba menikmati camilan di meja, dan menggunakan panca indera, saya merasa jauh lebih tenang. Entah mengapa camilan pisang pergedel kentang yang sudah disiapkan saat mengikuti virtual talk itu menjadi jauh lebih nikmat.

Pada hari-hari berikutnya setelah mengikuti kegiatan seru itu saya masih coba mempraktekannya, Menggunakan panca indera untuk setiap camilan yang akan disantap. Dan memang, keinginan ngemil menjadi lebih terkontrol. Kita jadi terhindar dari ngemil berlebih yang sesungguhnya tidak dibutuhkan tubuh.

  

  1.   Berhenti Sejenak

Jangan habiskan semua camilan yang sudah disiapkan dalam satu kali waktu. Berhentilah sejenak. Dengan berhenti sejenak biasanya kita akan bisa merasakan sinyal tubuh lanjutan. Apakah masih harus lanjut atau setop dulu.

Sebaiknya biarkan camilan yang sudah dimakan mengendap beberapa saat. Itu akan menunda keinginan untuk ngemil dan ngemil lagi. Dan bukan tidak mungkin kita akan jadi berhenti untuk ngemil.

 

  1.   Bersyukur

Yup. Mensyukuri setiap gigit camilan yang kita makan akan membuat hidup menjadi lebih bahagia dan bermakna. Setidaknya kita bisa bersyukur masih diberi rezeki oleh Sang Pemilik Semesta sehingga masih bisa merasakan nikmatnya ngemil. Bersyukur juga akan membuat pikiran dan hati menjadi lebih tenang.

 

Ngemil Bijak, Hati Tenang Keluarga Senang 

Camilan sebagai media untuk mendekatkan bonding dengan anak

 

Menerapkan prinsip ngemil bijak dalam kehidupan banyak sekali manfaatnya. Selain membuat kita jadi lebih banyak bersyukur menurut saya ngemil bijak bisa membuat kita tetap sehat.

Kebiasaan ngemil berlebih biasanya akan membuat keseimbangan nutrisi tubuh terganggu. Bukan tidak mungkin, ngemil berlebih akan membuat keinginan makan besar menjadi berkurang sehingga asupan nutrisi tubuh akan berantakan.

Bagaimana untuk yang sudah berkeluarga? Saat urusan ngemil bukan lagi hanya urusan diri sendiri tetapi untuk keluarga. Yup. Harus saya akui. Urusan ngemil ini seringkali menjadi dilema.

Saya dulu termasuk yang ketat untuk urusan camilan anak-anak. Daripada beli jajanan di warung lebih baik bikin sendiri. Atau kalaupun harus belanja itu harus camilan sehat. No cokelat, no micin, no permen. Kalau biskuit, roti dan kue baru yes. Kalau jajanan keliling seperti bakso bakar, martabak mini, akan disetujui dengan sejumlah catatan.

Yup, memang terdengar pelit. Tapi lagi-lagi ini soal pembiasaan. Kelak bila mereka sudah besar tentu mereka bisa menentukan sendiri pilihan camilan yang mereka butuhkan. Namun sikap ini terkadang membuat saya dilema. Misalnya saat anak-anak minta dibelikan cokelat  karena sering melihat teman-temannya makan cokelat.

Akhirnya mulai ada kesepakatan-kesepakatan baru. Misalnya, boleh jajan cokelat tapi hanya 1 kali dalam sebulan, atau jajan es krim tapi harus merek tertentu. Alhasil anak-anak makin terbiasa. Biasanya kalau ke warung atau minimarket belanjanya tak jauh-jauh dari camilan sehat produksi Mondelez seperti Oreo, Biskuat, Belvita, dan Ritz.

 

Aneka camilan sehat dari Mondelez International

 

Kami pun di rumah secara teratur membiasakan jadwal makan dan camilan. Kegiatan nyamil hanya  dilakukan di luar jam makan besar seperti pagi, siang dan malam. Jadi jatah ngemil sekitar pukul 9-10 pagi dan 3-4 sore. Namun namanya anak-anak kadang-kadang keinginan belanja tak bisa dibendung. Kalau terpaksa harus ngemil pada saat jam makan besar, harus dilakukan setelah makan besar. Dengan begitu, semoga asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh bisa terpenuhi dengan baik.

Dan pada akhirnya, kitalah yang menentukan. Sebagai ibu, kita teladan dan contoh untuk anak-anak. Pembiasaan-pembiasaan baik dalam menjalani hidup akan menjadi pelajaran dan teladan yang bisa menjadi bekal buat semua anggota keluarga.

Ibu Bijak Ngemil Bijak, Ciptakan Keluarga Bijak.

Terima kasih IIDN dan Mondelez Indonesia untuk sharing yang padat ilmu.

#NgemilBijak

#MondelezIndonesia 

🙂

 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Ngemil Bijak yang diadakan oleh Ibu-Ibu Doyan Nulis” dengan menyertakan tautan https://bit.ly/lombablogngemilbijak dan memasang banner lomba.

 

 

24 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *