Review Film The Queen: Dua Sisi Sang Ratu, antara Kuasa dan Keluarga

Review Film The Queen

Genres                    : Biografi, Drama
Starring           : Helen Mirren, Michael Sheen, James Cromwell, Sylvia Syms, Helen McCrory
Directed by            : Stephen Frears
Penulis Naskah     : Peter Morgan
Durasi                     : 103 Minute (2006)

Saat Lady Diana, mantan istri putra mahkota kerajaan Inggris, meninggal dunia, seluruh dunia berduka. Bunga-bunga berdatangan tak terbendung ke istana buckingham, istana tempat Ratu Elizabeth II dan ibunya Ratu Elizabeth I berdiam. Ucapan belasungkawa terbertik di mana-mana.

Air mata rakyat Inggris tumpah setiap kali berita kematian sang Lady tersiar di televisi. Mulai banyak yang bertanya, kenapa istana masih diam. Tak ada reaksi. Tak ada bendera setengah tiang untuk kematian sang putri. Meski sudah tak berstatus istri Pangeran Charles sang putra mahkota, toh semasa hidup dedikasi lady diana untuk kerajaan Inggris sungguh tak terkira. Ke mana istana?

Bagaimana reaksi istana. Bagaimana sikap sang ratu? Semua orang bertanya. Ada yang mulai menyalahkan. Ratu tak simpatik. Ratu terlalu mementingkan ego. Ratu terlalu kolot. Hapuskan saja sistem monarki!

Bagi istana, kematian Lady Diana rupanya memiliki dampak yang luas. Tidak hanya bagi pangeran Charles dan kedua anaknya, tetapi juga bagi dua perempuan tangguh di rumah itu, Ratu Elizabeth yang sedang berkuasa, dan sang ibunda Ratu Elizabeth.

Semua yang mengikuti kisah Lady Diana tentu saja tahu jawabnya, kenapa rakyat begitu simptik. Kenapa dunia begitu berduka. Skandal Pangeran Charles yang mengakibatkan runtuhnya rumah tangga dengan Lady Diana, sikap kemanusiaan Lady Diana yang mendunia membuat orang begitu shock dengan kematian sang putri. Kemarahan memuncak pada istana yang dianggap abai dan dingin atas kepastian sang putri. 

 

“Lupakan soal kisah Lady Diana dan segala kontroversi di balik kematiannya. Film ini sesungguhnya tak sedang menceritakan tentang itu. Kisah tentang Sang Ratu-lah yang menjadi sentra. Dilema, antara Kuasa dan Keluarga!”

 

Sebenarnya apakah yang terjadi di istana? Betulkan Ratu berdiam saja? 

Bagi keluarga istana, mereka seperti termakan buah simalakama. Secara struktur kerajaan Lady Diana yang sudah bercerai dengan pangeran Charless bukan lagi bagian dari keluarga. Sehingga di satu sisi dia hanya perlu melakukan pemakanan secara tertutup dan kekeluargaan. Namun rupanya, desakan dari luar istana, dan peran Lady Diana yang dianggap masih menjadi representatif keluarga kerajaan Inggris membuat istana dilematis.

Melakukan upacara kerajaan di satu sisi tidak mungkin dilakukan. Namun, desakan dari rakyat dan gelombang demokrasi yang menguat membuat istana kelabakan. Cerita yang bergenre biografi ini justru memberi pengetahuan pada kata tentang dilema istana.

Generasi yang tak terlibat langsung pada saat kematian Lady Diana, seperti saya, boleh jadi dulu hanya mendengar sayup-sayup lewat seliweran berita dari Dunia Dalam Berita yang siar di TVRI tentang kematian sang putri. Namun dari film ini, saya justru jadi bertanya, siapa Lady Diana? Mengapa kematiannya begitu disambut duka di seantero dunia.

Dan well, film ini membuat saya kepo dan tak henti bertanya pada mbah google seputar sang lady dan kematiannya.

Di antara dilema istana itu, sosok Tony Blair, Perdana Menteri muda Inggris yang baru saja terpilih muncul sebagai tokoh sentral lainnya. Memberi sisi lain pada Sang Ratu tentang bagaimana seharusnya menyikapi kematian Lady Diana.

Hari-hari yang penuh cerita. Mengejutkan dan mendebarkan. Lengkap dengan karakter Ratu Elizabeth yang kuat. Kepemimpinan perempuan, dilema antara kuasa dan keluarga. Cerita yang membuka cakrawala penonton tentang sisi lain istana Buckingham, keluarga kerajaan Inggris dengan segala tata krama dan aturannya.

Dan sepekan yang mendebarkan sampai akhirnya Istana terlibat dalam penyemayaman Lady Diana. Sang Ratu muncul ke publik, tidak sebagai terdakwa tetapi justru menjadi seorang pion yang mengembalikan citra istana. “Bunga ini untukmu.” Pesan mendalam dari seorang anak yang semula hendak memberikan bunga sebagai peringatan kematian Lady Diana menjadi buklet bunga yang dipersembahkan untuk ratu. Makna simbolis yang luar biasa di tengah alur cerita.

Rating 9

Bagi saya, menonton film the Queen. seperti menonton sebuah ensiklopedi tentang kerajaan Inggris. Karena berlatar biografi ada banyak pelajaran yang didapat. Tentang sistem monarkhi yang berlaku di inggris, dan bagaimana mereka mengawinkan demokrasi dan mornaki untuk membuat kepemimpinan Inggris tetap kuat.

Hal yang tak kalah menarik, pada beberapa scene, film ini diambil dari dokumenter asli seputar kematian sang Lady. Jadi buat kita yang dulu tak terlibat secara emosional dengan kematian sang Lady, mungkin karena saat itu masih terlalu muda (kecil) seperti saya jadi mengerti bagaimana situasinya saat itu. Bahkan saya sampai bergidik.

 

“Sampai segitunyakah belasungkawa dunia atas meninggalnya sang Lady?”

Dan well, begitulah adanya. Sejarah menjelaskan dengan terbuka. 

 

Kehadiran PM Tony Blair yang cukup dominan sepanjang film juga memberi insight tentang politik parlemen di Inggris. Dan yang tak kalah penting menurut saya, lewat film ini juga kita bisa melihat bagaimana sebuah kepemimpinan dijalankan.

Sikap sang Ratu yang dingin menyikapi kematian Lady Diana, yang semula mendapat sorotan publik dan nyaris mengarah pada penolakan untuk melanjutkan sistem monarki justru bisa diselesaikan dengan apik dan berwibawa oleh sang ratu. Manajemen konflik. Manajemen masalah.

Di luar itu, menonton film the Queen menurut saya menjadi pelepas dahaga atas kerinduan menonton film berkualitas di tengah masih minimnya film Barat yang baru rilis. Meski merupakan film lawas yang sudah tayang sejak 2006, film ini menurut saya tidak ketinggalan zaman. Bahkan masih up to date.

Kritik terhadap media dan media sosial yang dianggap menjadi salah satu penyebab kematian Lady Diana dan pacarnya Al Fayet juga masih relevan dengan situasi hari ini. Bahwa boleh kepo tetapi jangan berlebihan. apalagi sampai bablas yang menyebabkan nyawa orang lain melayang.

Untuk film drama secara keseluruhan film ini saya kasih rate 9. Hihihi…

Dan sekali lagi. Film ini  bukan tentang Sang Lady, tetapi tentang Sang Ratu.

The Queen. 🙂 

 

 

 

 

 

29 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *