Review Film Snowden; Dilema Si Pembaca Rahasia
|
Judul : Snowden
Genre : Thriller Biography
Produksi : 2016
Sutradara : Oliver Stone
Durasi : 2 jam 14 menit
Nama Edward Snowden mungkin sudah tak asing bagi temans pembaca DuniaBiza.com. Nama yang pernah santer karena keberaniaannya dalam mengungkap skandal di pemerintahan Amerika Serikat. Kisah Snowden sudah dirilis dalam beberapa angle. Namun yang paling menarik menurut saya adalah film bergenre Biography berjudul Snowden ini.
DItayangkan berdasarkan kisah nyata sebagai bagian dari sejarah Amerika. Naskah film ini ditulis oleh Oliver Stone dan Kieran Fitzgerald berdasarkan buku The Snowden Files karya Luke Harding dan Time of the Octopus karya Anatoly Kucherena.
Snowden—diambil dari tokoh bernama Edward Snowden menjadi film yang bagus untuk dikulik apalagi dalam perspektif intelijen sebagai mata kuliah dan perbandingannya dengan filsafat intelijen Indonesia. Kajian aksiologis menjadi penting dalam menentukan posisi sebagai penonton dan snowden sebagai tokoh dalam film tersebut.
Review Film Edward Snowden
Edward Joseph Snowden adalah mantan pegawai Central Intelligence Agency (CIA) yang lahir pada tanggal 21 Juni 1983. Tidak lulus dari SMA tidak menjadikan Snowden menutupi inteligensianya yang brilian yang menjadikan dia berani mendaftarkan dirinya mengikuti seleksi menjadi agen CIA berkedudukan di National Security Agency (NSA). Berasal dari keluarga militer dan dididik dengan nilai-nilai patriotic sebagai respon atas kejadian 9/11 oleh terrorist.
Film yang dirilis pada tahun 2016 ini adalah sebuah film berjenis biografi mengenai operasi spying yang distudrai oleh Oliver Stone dari buku berjudul ”The Snowden Files” oleh Luke Harding dan “Time of the Octopus” oleh Anatoly Kucherena.
Dibintangi oleh actor-aktor baru seperti Joseph Gordon-Levitt (Edward Snowden), Shailene Woodley, Zachary Quinto, Tom Wilkinson, Scott Eastwood, Logan Marshall-Green, Timothy Olyphant, Ben Schnetzer, LaKeith Lee Stanfield, Rhys Ifans dan Nicolas Cage, produksi film ini dimulai pada 16 Februari 2015 di Munich, Jerman.
Dikisahkan dalam film ini mengenai pertemuan Snowden dengan Poitras dan Jurnalis Glenn Greenwald dan Ewan MacAskill di Hong Kong pada tahun 2013. Sebagai agen CIA tentunya Edward Snowden memilikiakses informasi rahasia milik NSA dalam tugas-tugas yang diembannya.
Di Hong Kong, Snowden mendiskusikan data-data yang telah diselundupkan dari NSA Hawaii (dalam kaitannya dengan pengawasan menyeluruh pemerintah atas warga Amerika juga komunikasi luar negeri oleh warganya.
Diceritakan juga dalam film itu bahwa Snowden perlahan menyadari kejanggalan-kejanggalan atas strategi dan siasat yang dilakukan oleh superior CIA dan juga badan intelijen Amerika (NSA). Snowden menjadi sosokyang paling ditakutin dan selalu diburu karena memiliki informasi yang ditakuti akan dibocorkan depada publik.
Klaim yang menjadikan Snowden berbalik arah dari agen intelijen Amerika adalah kecurangan yang dilakukan NSA menyangkut pelanggaran data privasi pengguna internet dan telekomunikasi dunia. A Whistle-blower sebutan untuk Edward Snowden memberikan ambiguitas dan membangun diskusi public apakah dia sebagai pahlawan atau malah pengkhianat.
Beberapa taktik kotor yang diungkap Snowden terkait NSA adalah seperti menyadap panggilan telepon masyarakat Amerika yang diketahui pada akhirnya seluruh perusahaan operator seluler AS yang dipaksa bekerjasama dengan NSA. Penyadapan server seperti Facebook, Microsoft, Apple dan penyedia jasa software termasuk Google dibuatkan sebuah program oleh pemerintah AS dengan sandi PRISM.
Selain itu, dokumen rahasia yang dikuasai oleh government Communications Headquarters (GCHQ) yang menyada[ jaringan serta optic internet dunia internasional. Tindakan lain yang dibocorkan oleh Snowden adalah disebut-sebutkan bahwa NSA menyadap sekitar 122 ponsel kepala negara.
Hal-hal kotor yang dijumpai Snowden dalam perjalanannya sebagai agen NSA menjadi keraguan terbesar bagi Snowden untuk mengungkap di dunia internasional. Kegeraman Snowden mengakibatkan dia dengan kemampuannya untuk menyusun strategi intelijen yang sebenarnya.
Dalam argument bersama pimpinannya bahwa semua tindakan yang dilakukan demi menghindarkan negara Amerika dari malapetaka yang mampu meghancurkan negaranya akibat ancaman-ancaman dari negara lain bahkan penduduknya sendiri. Tetapi balasan Snowden mengatakan bahawa rakyat akan menjadi korban atas gangguan privasinya dan warga harus mengetahui mengenai apa yang terjadi sebelum menyerah dan pasrah atas hak untuk bebasnya.
Kisah lain yang dilukiskan dalam film ini berhubungan dengan sisi humanis dari kehidupan Snowden. Pertemuan dengan Lindsay Mills menceritakan bahwa Snowden tidak memiliki kemampuan yang baik dalam membangun kisah asmaranya. Diceritakan juga bahwa kisah asmaranya tidak selalu mulus karena profesi sebagai fotografer menjadi masalah bagi rahasia Snowden.
Lindsay juga sempat berargumen dengan Snowden mengenai profesinya yang merenggut kebebasan dan malah menjadi momok yang menakutkan karena kejaran dan rong-rongan selama di luar kota. Kehidupan seorang intelijen yang dalam kasus Snowden bahwa 180 derajat sangat berbeda dengan pegawai negara pada umumnya. Paranoid yang ditimbulkan menjadi salah satu kondisi yang dimiliki seorang intelijen, seperti kegelisahan untuk dikenali (dalam hal ini ditunjukkan ketika Snowden tidak nyaman direkam dengan kamera).
Pada akhir cerita, dikisahkan bahwa Snowden menjadi orang yang paling dicari di Amerika. Dia dipuji oleh keluarganya bahwa telah mampu berbuat adil meski akan dikecam sebagai pegkhianat negara. dia lari dalam bersembunyi di pemukiman padat penduduk (pemukiman imigran tidak beridentitas) untuk sementara waktu sebelum mendapat perlindungan dari Rusia dan mengganti kewarganegaraannya menjadi Rusia. Ditayangkan pula ketika Snowden diundang untuk membagikan kisahnya dalam talkshow tentang nilai apa yang ingin disampaikan dan pastinya lewat media daring.
Banyak asumsi yang muncul hingga mengenai status dan perlindungan terhadap Snowden sampai saat ini. Baik dalam masa pemerintahan Obama hingga Trump, Snowden dalam beberap pihak masih menimbulkan kebingungan tentang legalitasnya. Hingga fil ini sempat tertunda tanggal perilisannya kaitannya dengan dampak public yang akan bebas terbangun. Apakah menjadi pahlawan dan pengkhianat merupakan jawaban bebas tergantung dari perspektif masing-masing penonton.
Snowden: Penghianat atau Penyelamat
Kasus Snowden merupakan kasus kebocoran intelijen terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Amerika serikat. Badan intelijen Amerika, yaitu Nasional Security Agency atau NSA bahkan telah meminta bantuan departemen kehakiman untuk mengusut perkara pembocoran informasi yang dilakukan oleh Snowden.
Dari sudut pandang Amerika sebagaimana hakekat intelijen yang harus menjaga rahasia negara, Snowden bisa dianggap sebagai penghianat karena telah membocorkan: Operasi Prism, Operasi Xkeyscore, rencana NSA menyadap panggilan telepon dan pesan sms penduduk Amerika, menggunakan rahasia GCHQ, memata-matai para pemimpin negara, membobol ekripsi, meretas data center google dan yahoo, hingga menghalangi komunikasi antar Negara
Dari sudut pandang penduduk dan fungsi intelijen yang beroperasi untuk kesejahteraan rakyat maka tidak sepenuhnya Edward Snowden adalah seorang penghianat. Pada informasi tertentu yang kaitannya dengan kepentingan dan ranah privatisasi penduduk, yang bersangkutan adalah pahlawan bagi penduduk Amerika Serikat. Tindakan snowden yang diklaim lebih berdasarkan pada nurani yang memuat nilai-nilai universal mengenai kebenaran dan keadilan.
Terungkapnya operasi rahasia intelijen Amerika Serikat lewat aksi Edward Snowden merupakan peristiwa yang menjadi catatan penting dalam praktik intelijen dunia. Praktik intelijen yang selama ini umum dilakukan di sejumlah negara cenderung mengutamakan pandangan negara sebagai aktor utama yang harus dilindungi. Pada praktiknya pemahaman terhadap kepentingan negara ini pula yang seringpula dimanfaatkan oleh pejabat berkuasa untuk mengamankan kepentingan kelompok atau golongan.
Dalam kasus Edward Snowden memang tidak ada indikasi bahwa penggunaan data intelijen dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mencapai kepentingan kelompok atau golongan. Namun, kasus Edward Snowden pada akhirnya membuka dunia tentang pentingnya reformasi paradigma bagi institusi intelijen dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.
Terlepas dari kontroversinya, film Snowden memberikan banyak tambahan pengatahuan bagi penonton. Dikemas dengan apik dan mengalir. Bagi Geek, tentu akan senyum-senyum sendiri melihat bagaimana Snowden muda mencoba mengacaukan tatanan yang sudah ada.