8 Hal yang Harus Diketahui Anak Soal Uang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah badan yang dibentuk di bawah undang-undang untuk mengawasi transaksi keuangan secara nasional. Selaih itu badan ini juga melakukan edukasi agar masyarakat selalu waspada akan kemungkinan kecurangan oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Untuk mengetahui seberapa paham masyarakat akan layanan keuangan yang mereka gunakan, OJK melakukan survei saban tahun. Hasilnya 67,82% penduduk Indonesia telah menggunakan layanan keuangan. Layanan itu mencakup tabungan, pinjaman, asuransi, gadai, perusahaan pembiayaan hingga dana pensiun.

Akan tetapi, survei yang sama menemukan hanya sebagian kecil yang memahami hak dan kewajiban yang mereka miliki jika berinteraksi dengan lembaga keuangan. Cakupan yang mengetahui berkisar 30% dari populasi yang disurvei. Artinya sangat banyak masyarakat yang berurusan dengan lembaga keuangan namun tidak mengetahui haknya. Berkisar 70% masyarakat.

Untuk itu, diperlukan edukasi di rumah agar putra-putri kita tidak terperangkap dalam masalah keuangan. Jangan sampai mereka kesulitan mengatur keuangannya karena tidak pernah diajarkan. Sekolah formal tidak mengajarkan beberapa langkah sederhana ini.

1. Ajarkan korelasi bekerja keras dengan uang yang didapatkan
Dari kecil anak harus menyadari uang tidak keluar begitu saja dari mesin ATM. Untuk menghasilkan uang yang cukup, maka orang tuanya harus bekerja keras terlebih dahulu. Untuk itu anak harus memahami dan menghargai setiap uang yang dibelanjakan.

2. Beri arahan penggunaan uang yang bermanfaat
Kemampuan orang tua memenuhi kebutuhan anaknya harus diikuti dengan pemahaman anak untuk apa saja belanja yang dilakukan. Anak harus diberi pemahaman bagaimana mereka harus mengelola keuangannya untuk kemudian mewujudkan cita-cita yang mereka inginkan di masa depan.

3. Ajarkan Menabung
Menabung merupakan langkah awal yang baik dalam mengajarkan pengelolaan keuangan. Setiap rupiah yang dihasilkan dalam menabung membuat anak memahami betapa sulitnya mencari uang dan memenuhi setiap keinginan mereka.

Kita sebagai orang tua sebaiknya juga mengajarkan menunjukan dengan mengajarkan menabung terlebih dahulu jika anak ingin membeli benda-benda yang mahal.

4. Perkenalkan anak mengenai investasi
Walau agak sungkan dalam adat timur, anak harus mulai diajarkan menabung saja tidak cukup. Ancaman inflasi setiap tahun akan menggrogoti isi tabungan.

Contoh, Jika anak menempatkan tabungannya Rp100.000 per bulan pada bank tanpa bunga dan administrasi Rp2.500 per bulan, serta inflasi 5% per tahun , maka setiap tahun bukan bertambah. Uang anak kita akan hilang Rp90.000 setiap tahunnya.

Rinciannya biaya administrasi bank sebesar Rp30.000, serta tergerus inflasi sebesar Rp60.000. Inflasi 5% artinya kita harus membayar 5% lebih mahal atas benda yang sama dibandingkan tahun lalu.

5. Ajarkan Sedekah
Uang tumbuh sebagai simbol ketamakan. Dengan uang gaya hidup yang hedon dapat terpenuhi. Akan tetapi, orang tua dapat mengajarkan tentang berbagi. Uang tidak selamanya untuk memenuhi keserakahan dan pola konsumsi.

Dengan mencontohkan rutinitas bersedekah, anak akan memahami uang juga menjadi sumber kebaikan. Menolong lebih banyak orang dari masalah kesehatan, pendidikan hingga kelaparan.

6. Ajarkan bertanggung jawab dalam mengelola budget
Anak harus memahami jumlah uang terbatas. Untuk itu dirinya harus memiliki skala prioritas ketika membelanjakan uang dari kita sebagai orang tua.

Kita dapat mengambil peran dengan duduk bersama dan membantunya mengalokasikan belanja mingguan atau bulanan. Anak harus menyadari konsekuensi jika dirinya salah mengelola prioritas keuangan.

7. Ingatkan bahaya hutang
Dalam gaya hidup modern, hutang seolah menjadi bagian tidak terpisahkan. Kepemilikan rumah, kendaraan, bahkan untuk urusan makan seringkali digunakan dengan model hutang. Jika tidak diajarkan semenjak dini, anak di masa depan dapat terperangkap dalam jerat hutang yang sebenarnya dapat dihidari jika semenjak kecil dirinya memiliki pemahaman yang cukup tentang bahaya hutang.

Apalagi jika terjebak dalam hutang berbunga tinggi seperti Kartu Kredit atau kredit tanpa agunan.

8. Biarkan mereka dewasa mengatasi permasalahan Keuangannya
Orang tua perlu memperingatkan dirinya agar tidak buru-buru membantu menyelesaikan masalah keuangan anak. Pola belajar dari pengalaman perlu dipupuk sehingga anak tidak lagi terjebak dalam masalah keuangan yang sama ke depannya.

2 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *