Serba Deg-degan di Anugerah Pewarta Astra 2017

 

Akhirnya yang ditunggu tiba juga. 5 Maret 2018, pengumuman pemenang Anugerah Pewarta Astra 2017 dilangsungkan. Kalau boleh dibilang, di antara sekian banyak lomba, Anugerah Pewarta Astra merupakan ajang yang prestisius di kalangan blogger. Prestisius baik dari segi hadiah, penyelanggara dan juri.

Hadiahnya tak tanggung-tanggung. Ada empat unit mobil untuk empat juara pertama. Juara untuk kategori pewarta umum, pewarta wartawan, foto umum dan foto wartawan.  Hadiah yang sangat besar bukan. Belum lagi ada empat motor CBR, dan hadiah gadget keren untuk juara harapan dan juara favorit.

Hmmm, kalau membayangkan hadiah sebegitu banyak tentu saja ini menunjukkan penyelanggara. Ya iya dong karena yang menyelanggarakan adalah PT Astra International Tbk, raksasa di industri otomotif tanah air. Tak hanya otomotif, produk Astra kini sudah merambah banyak hal seperti keuangan, pendidikan, dan pertanian.

Anugerah Pewarta Astra juga bergengsi karena dewan juri yang akan menilai karya. Ada praktisi media dan juga blogger senior. Selain itu menurut saya, kriteria penentuan pemenang dalam Anugerah Pewarta Astra termasuk lain dari lomba blog kebanyakan.

Bila biasanya lomba blog lebih didominasi review atau puji dan puja suatu produk, kalau anugerah Pewarta Astra  lebih mengutamakan kualitas tulisan. Bahkan, bila berkaca dari pelaksanaan Anugerah Pewarta Astra 2016 pemenang utama justru yang paling sedikit mengulas tentang produk Astra. Tapi lebih fokus pada kisah. Pokoknya harus tulisan yang dibuat dengan memasukkan unsur Astra secara soft banget.

Sejak pelaksanaan Anugerah Pewarta Astra 2017 diumumkan pada Agustus tahun lalu, saya sudah antusias untuk mengikuti. Mulai merancang beberapa angle yang ingin ditulis dan digali. Mencari sudut pandang yang sesuai dengan tema lomba,” Perjalanan Penuh Inspirasi 60 tahun Astra.”

Pada pelaksanaan Anugerah Pewarta Astra 2016, saya baru bisa menjadi juara favorit untuk tulisan Pesan Hijau dari Puncak Bukit Batu Kasur. Makanya, untuk APA 2017 saya mengumpulkan semangat penuh. Mengejar juara utama.  Siapa sih yang tak terpikat dengan mobil. 🙂

 

Kenyataanya, tidaklah mudah menemukan hal inspiratif yang ingin ditulis. Apalagi saya tak punya pengetahuan cukup dan kenalan dengan orang-orang inspiratif yang kisahnya bisa ditulis. Setiap pergi ke suatu daerah, saya selalu berusaha curi-curi informasi mengenai sosok inspiratif ini.

Bulan berlalu, waktu berganti. Tinggal sebulan menuju 31 Desember 2017, hari terakhir submit tulisan untuk diikutkan dalam lomba.  Saya makin deg-degan menyambut deadline. Hadiah mobil terus memanggil agar segera liputan. Tapi angle tulisan masih belum ditemukan. Saya makin deg-degan.

Sampai akhirnya muncul dua ide. Pertama reportase mengenai Desa Menari Tanon yang menjadi Kampung Berseri Astra pertama di Jawa tengah. Kedua, terpikir untuk menulis program vokasi yang sudah dilakukan Astra dengan banyak siswa SMK di Jawa Tengah . Untuk tema kedua, kesulitan terbesar  adalah menemukan figure inspiratif yang bisa diwawancara dan dijadikan sumber tulisan.

Dalam sebuah kesempatan saya mengajak suami berjalan-jalan ke Kendal. Bertemu dengan Mas Khamid, salah seorang alumni SMK Muhammadiyah Kendal yang merupakan peserta program Vokasi dari Astra. Menempuh perjalan dua jam kami tiba di Kendal. Wawancara pun dilakukan jadilah tulisan berjudul ini Kisah Khamid dan Sebuah Kotak Ajaib.

Namun tulisan ini terasa kurang mengena. Alasannya, sisi human interestnya belum terlalu tergali. Saya merasa feelnya belum terlalu nemu. Akhirnya dengan dalih mengajak anak-anak jalan-jalan, saya mengajak suami berkunjung ke Desa Tanon, Ngrawan Getasan. Nasib baik sedanng berpihak, saat kami datang, rupanya warga tengah menyiapkan upacara Merti Desa.

Dengan begitu, saya bisa langsung menyaksikan kemeriahan anak-anak Tanon menari. Well, bahan liputan pun sudang dikantongi. Tinggal waktunya menulis.

anak-anak Tanon

Ulala, inilah babak yang paling sulit. Awal Desember saya dan anak-anak liburan ke Kampung, ke Nagari Batipuh, Tanah Datar, Sumatera Barat. Proses menulis di sini tak semudah yang terbayangkan. Sehari-hari saya malah sibuk bermain dan ekplore banyak hal dengan anak-anak. Belum lagi masalah sinyal internet yang hilang timbul. Jadilah hingga akhir Desember dtraf mentahpun belum jadi.

Makin deg-degan menjelang pergantian tahun. Ditambah lagi kepulangan saya ke kampung bertepatan dengan libur sekolah. Para keponakan juga pulang ke rumah Nenek. Alhasil, hampir setiap hari kami menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke berbagai objek wisata. Ya ampunn, proyek tulisan untuk Astra masih menumpuk.

Di tengah keterbatasan waktu yang ada, berpacu dengan anak-anak yang minta diajak main, akhirnya naskah reportase tentang Desa Menari Tanon rampung. Alhamdulillah tulisan berjudulMenari dari Generasi ke Generasi” bisa submit sebelum tanggal berganti jadi 2018.

Setelah kedua tulisan submit, saya baru sempat melihat website Satu Indonesia dan membaca karya peserta. Ya ampun, Mendadak, rasa percaya diri saya kendur. Banyak cerita dan tulisan yang inspiratif dan kuat dari segi sisi human interest. Sejak itu saya pun membuang jauh harapan untuk menang.

 

Pengumuman yang Tak Disangka

 

Awal Maret, sebuah email masuk ke kotak masuk surel saya. Isinya, undangan blass untuk para blogger agar menghadiri pengumuman pemenang Anugerah Pewarta Astra 2017. Oke, baiklah, pengumuman akan segera dilakukan.

Dua hari berikutnya, Mba Metha Regina, dari bagian Corporate Communication Astra mengontak melalui whats app. Mba Metha selama ini memang terbiasa mengabari bila ada cara-acara Astra. Beliau biasanya yang menjadi penghubung Blogger dan pihak Astra. Dalam whats app kali itu dia hanya menanyakan kesediaan saya untuk hadir tanggal 5. Tak ada pemberitahuan lanjutan.

Setelah berkoordinasi dengan suami, saya pun menyanggupi untuk hadir. Kebetulan suami bersedia meluangkan waktu menjaga anak-anak di rumah. Saya bisa pergi dengan tenang. Sehari kemudian, panitia acara meminta kepastian pada saya untuk bisa hadir di acara pengumuman. Dari dia saya mendapat bocoran bahwa saya termasuk salah seorang finalis.

Alhamdulillah. Saya benar-benar tak menyangka. Rupanya Tuhan sudah punya rencana untuk perjalanan kami ke Desa Tanon hari itu. Meski begitu saya tak mau terlalu berharap. Bisa menjadi pemenang favorit dan mendapat gadget saja bagi saya sudah cukup. Tak ada bayangan lain, apalagi terpikir untuk menjadi 3 besar.

 

Rupanya ketika pengumuman juara favorit dibacakan, tak ada nama saya. dan berlanjut ke juara harapan. Alahmdulillah. Tuhan memang maha berkehendak. Seperti disampaikan Chief of Corporate Communications, Social Responsibility & Security PT Astra International Tbk Pongki Pamungkas, pada Anugerah Pewarta Astra 2017 ada 500  lebih peserta dengan lebih dari 700 karya. Alhamdulillah terpilih sebagai juara ketiga.

Sekarang saatnya mempersiapkan diri untuk Anugerah Pewarta Astra 2018. Semoga bisa menghasilkan karya terbaik dan kembali terpilih menjadi salah satu pemenang. Amin.

Keep writing,

keep inspiring.

🙂

 

 

21 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *