Ke Masjid Agung Jawa Tengah, Jangan Lewatkan 5 Spot Ini
|
Berkunjung ke suatu kota sekarang tak lengkap rasanya bila tak menapakkan kaki di landmark yang menjadi penanda kota itu ya. Apalagi untuk temans yang suka update instagram. Duh rasanya nyesel banget kan bila tak mengabadikan momen special itu.
Begitu juga bila berkunjung ke Semarang, ibukota Jawa Tengah. Di sini ada satu destinasi yang beberapa tahun terakhir menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Itulah dia Masjid Agung Jawa Tengah. Buat temans yang pernah berkunjung ke kota ini pasti tak mau melewatkan kesempatan berkunjung ke sini.
Apalagi buat yang tinggal di Semarang dan sekitarnya. Rasanya ga afdal deh kalau belum mampir ke sini barang sekali. Demikian juga halnya dengan saya. Setelah sampai di Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah merupakan titik kedua yang kami kunjungi setelah kota toa.
Dan sampai di sini, rasa penasaran terbayar dengan adanya beberapa spot menarik dan langka. Jadi datang ke Masjid Agung Jawa Tengah ini memberi pengalaman baru. Ga sekadar lihat bangunan masjidnya yang megah, kami juga mendapat beberapa insight.
Sekilas tentang Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid ini memang bangunan baru. Namun masjid ini mengandung nilai sejarah juga lho temans, karena di dalamnya terdapat dua museum. Masjid ini juga dibangun dengan konsep yang diharapkan bisa menjadi catatan sejarah untuk generasi mendatang.
Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid megah di Indonesia. Masjid ini mulai dibangun pada 2001 dan selesai pada 2006. Masjid Agung terletak di Desa Sambirejo, Gayamsari, Semarang dengan luas 7,7 ribu meter persegi. Masjid berdiri di atas tanah 119 hektar ini dibangun di atas tanah wakaf Ki Ageng Pandanaran II, Bupati Semarang pertama.

Untuk bisa sampai ke lokasi ini, pengunjung bisa masuk dari arah Jalan Majapahit atau dari Jalan Soekarno Hatta. Waktu kami datang ke sana, saya tak mellihat adanya angkutan kota. Jadi temans bisa datang menumpang ojek atau taksi. Akan lebih gampang lagi bila menggunakan angkutan online. 🙂
Ketika diresmikan pada 2006 lalu oleh presiden ketika itu, dilakukan penandatangan prasasti setinggi 3,2 meter dan berat 7,8 ton. Hmmm bayangkan saja beratnya seperti 780 sapi yang berjejer di tanah lapang.
Eittss tapi sapinya sapi kampung ya temans, bukan sapi unggul. Masjid Agung Jawa Tengah ini bisa menampung hingga 15 ribu jamaah.
Selain untuk tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga bisa digunakan untuk berbagai acara. Adanya auditorium di sayap kanan Masjid bisa digunakan untuk pameran, pernikahan dan kegiatan lain yang bisa menampung hingga 2 ribu pengunjung.
Tak hanya auditorium, di Masjid Agung Jawa Tengah juga ada penginapan yang bisa dimanfaatkan para pengunjung untuk bisa berwisata religi di sini. Lokasinya terdapat di sisi kanan masjid. Juga ada gerai cendera mata yang bisa dimanfaatkan pengunjung membeli souvenir untuk keluarga.
Bangunan lain yang mencolok dan tak boleh dilewatkan di Masjid Agung Jawa Tengah adalah Menara Asmaul Husna. Sesuai namanya, menara ini dibangun dengan ketinggian 99 meter.
Karena ukurannya yang besar, menara ini bisa terlihat dari jauh. Di dalam menara terdapat beberapa spot menarik yang tak boleh dilewatkan bila berkunjung ke sini.
Oya, untuk masuk ke menara ini pengunjung harus membeli tiket di loket yang terletak di lantai 1. Loketnya terdapat di sebelah kanan pintu masuk. Satu tiket dihargai Rp 7.500,- yang digunakan untuk perawatan dan berbagai keperluan lain. Anak-anak di bawah 2 tahun tidak perlu membeli tiket.
5 Spot Penting di Masjid Agung Jawa Tengah
Di Masjid Agung Jawa Tengah terdapat beberapa spot yang sayang bila dilewatkan. Bila ingin mendapat informasi lengkap, di sini juga ada pemandu yang bisa mengantar temans berkeliling. Pemandu di sini merupakan penduduk setempat.
Ketika berkunjung dan berkeliling saya sempat bercerita dengan Pak yang merupakan sepuh di masjid itu.
-
Payung Hidrolik
Payung hidrolik boleh jadi merupakan hal paling ikonik di masjid Agung Jawa Tengah. Bila temans datang di hari biasa, jangan salah sangka ya. Sekilas memang terlihat seperti tiang raksasa. Jumlahnya ada enam. Payung ini hanya mengembang di saat shalat Jumat, atau peringatan hari besar keagamaan.
Payung hidrolik ini berjumlah 6 dan berdiri di halaman masjid. Payung hidrolik raksasa ini dapat membuka dan menutup secara otomatis dan merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah.
2. Alquran Raksasa
Al quran raksasa terdapat di dalam masjid. Tak jauh dari pintu utama. Alquran ditulis tangan oleh H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah.
Untuk menjaga keamanannya, Alquran raksasa ini diletakkan dalam kotak kaca dan tak boleh disentuh oleh pengunjung. Jadi pengunjung hanya bisa melihat dari jarak sekitar setengah meter.
3. Replika Bedug Raksasa
Replika bedug raksasa terletak di sisi kanan. Bedug dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat.
Bedug raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm. Merupakan replika bedug Pendowo Purworejo dan dibuat menggunakan kulit lembu Australia.
4. Menara Pandang dengan 3 teropong
Menara pandang ini merupakan bagian puncak dari Menara Asmaul Husna. Terletak di lantai 19. Di lantai ini terdapat 3 teropong besar yang bisa digunakan untuk melihat kota Semarang dari tiga penjuru. Selain itu teropong digunakan untuk melihat hilal.
ntuk bisa naik ke menara lantai 19 ini setiap pengunjung dikenakan tiket masuk Rp7.500 per orang. Menara dibuka hingga pulul 21.00 malam. Sesampai di lantai 19, bila ingin mengakses teropong maka bisa menggunakan koin Rp 1.000,- Bila tak punya uang koin bisa menukar pada petugas jaga di sana.
Setiap satu koin pengunjung bisa menggunakan teropong selama 1 menit. Lumayan lho. Kita bisa melihat kea rah Semarang atas, atau ke arah Pelabuhan Tanjung Emas. J Bila ingin menyaksikan pemandangan kota semarang di malam hari, pengunjung juga bisa datang di sore hari.
5. Museum Wali Songo dan Sejarah Perkembangan Islam Jawa
Museum ini terletak di lantai 2 dan 3 menara Asmaul Husna. Untuk masuk ke sini tak ada karcis khusus. Pengunjung cukup membeli tiket sekali di lantai 1 yang bisa digunakan untuk mengunjungi lantai 19 juga. Untuk ke lantai ini bisa menggunakan fasiliras lift yang ada.
Menurut keterangan petugas, koleksi yang dimiliki Museum Perkembangan Islam Jawa ini lebih dari seratus unit. Ketika pertama menjejakkan kaki di lantai 3 pengunjung akan disambut pintu gerbang menyerupai gerbang Keraton Surakarta.
Di dalamnya berisi barang-barang koleksi bersejarah dari berbagai pesantren di Jawa Tengah. Ada keris, mushaf Alquran kuno, Alquran raksasa, mimbar kuno dari Masjid Terboyo, artefak, gamelan, wayang, dan nisan yang asli.
Bila ingin mengetahui detail bangunan Masjid Agung Jawa Tengah, juga bisa melihat replica yang tersimpan di sini. Arsitektur dan desain bangunannya dengan jelas terpampang.
Sejarah perkembangan islam di tanah Jawa lebih banyak ditemui di Lantai 2. Di lantai ini dapat dilihat sejarah perkembangan islam tak lepas dari perdagangan.
Ada koleksi keramik dan sutera yang merupakan sentuhan pedagang jawa dengan pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia. Juga ada beberapa bagian kapal tua yang menjadi kapal para pesyiar agama.
Perkembangan islam yang tak lepas dari peran Wali Songo juga ada di sini. Ada wayang, gamelan, dan mimbar yang konon katanya digunakan para wali. Cocok buat pelajar dan masyarakat yang ingin mengenal lebih jauh sejarah perkembangan islam di tanah jawa.
Puas berkeliling Masjid Agung Jawa Tengah, tak akan lengkap bila belum berkunjung ke pusat oleh-oleh. Di sini ada berbagai makanan dan souvenir yang bisa dibawa untuk orang di rumah. Bila ingin menginap lebih lama juga ada penginapan yang tersedia di dalam kawasan masjid.
So, jadi tempat wisata religi terpadu kan. Lengkap semua. Selamat berwisata religi ya… 🙂
aku malah belum pernah nyampe puncak mba
Aku udah kesini tapi gak liat alquran sama naik ke atas. Hiks. Menyesal
Aku beruntung sempat naik ke atas, melihat dari teropong. Namun, waktu itu belum mengunjungi museum wali songo. Semoga kelak diperkenankan lagi yah ke sana. Mungkin hari Jumat lah, biar bisa melihat payung hidrolik mengembang. Alangkah baiknya, jangan siang2 karena panasnya Masya Allah.
Wah… Mantap bener. Ada payung hidrolik juga. Sama seperti mesjid Baiturrahman Banda Aceh.
Rekreasi sambil menikmati sejarah dan bisa melihat pemandangan indah dari tempat yang tinggi, pastinya seru. Jadi pengalaman yang menyenangkan di Jawa Tengah, apalagi dengan harga tiket yang cukup terjangkau.
Pas kemarin ke sana nggak sempet naik ke menara euy, jadi hanya mengelilingi Masjid ampe puas. Apalagi saat lihat payung terkembang, berasa di Saudi. Eh, tapi sayang, agak kurang terawat ya …
Ohh yang bentuknya kaya roket itu payung ya. Penasaran liat saat dia membuka
wuihhh keren banget mba.. ini masjid arsitekturnya bangunannya keren banget, apalagi difoto dari atas seperti itu mba.. payung hidrolik ini cocok juga diaplikasikan di monas nih, biar orang-orang gak kepanasan pas muterin monas hehe.. kapan-kapan klo ke semarang, saya coba main kesini mba.
Paling suka sama Masjid ini itu payungnya bisa ngembang udah kaya di Arab:D
Tak hanya ada nilai religinya disini juga bisa belajar perkembangan Islam di Indonesia
wah ini baru tau masjid agung jaw atengah sekarang apik banget. Dulu cuma numpang lahir jadi gak sempet explore mana-mana hihi. AKu terkesima sama payung hidroliknya aplik banget, trus besar jadi enak. Kalau sholat Jumat jadi tetep adem
dulu pernah berkunjung ke masjid ini. tapi nggak tau kalau bisa naik ke menaranya. udah balik ke medan baru tau huhuhuuu… suatu saat kalau ke semarang lagi wajib nih ke masjid agung dan naik ke puncak menaranya.
wah aku sudah kesana semuaa tempatnya wkwkwk *bangga
jadi kangen Semarang, tapi di sana panas banget T_T
Aku sempat ke semarang dan mampir ke sini. Cuma aku gak sempat naik ke menara atau lihat alquran nya. Aku belum ngerti kalo ternyata ada alquran raksasa disini. Sekarang pengen balik lagi, tapi waktunya gak ada
Jadi sebelum 2001, Semarang gak punya mesjid agung mbak? itu bagian museumnya jadi daya tarik buat saya, jadi nget Hagia Sophia di Turki meski Hagia Sophia sekarang fungsinya jadi museum bukan lagi mesjid
jd pingin naik menaranya❤️
menarik sih ya ada payung hidroliknya, penasaran kl payungnya terbuka apakah spt di makkah?
Huhuhu telat banyak postingan mbak Ira. Tau gitu pas kemarin ke Semarang,bela2in ke sana deh…
Menara Asmaul Husna, tetopong, museum….aaahhh lain kali kalau ke Semarang wajib ke sana.
Nah ini, bakal saya noted kalau suatu saat ke Jawa Tengah.. waktu itu masjid ini belum rampung entah taun berapa saya lupa.. hasilnya keren ya ada hidroliknya kaya di madinah gitu
Uwaa, jarang sekali aku melihat wisata religi seperti ini! Aku pengen banget ke sana. Apalagi melihat menara dan mendengar cerita-cerita yang ada di sana.
iriiiiiii deh
aku kemarin cm sampe depan doang enggak masuk krn keburu waktu
hikss
krn perginya bareng rombongan sih..
jadi pingin balik ke semarang lg..
makasih ya mb udah dikasih spot spot keren masjid ini.. ntar kalau kesana enak tgl berkunjung ke 5 spot tsbt
Subhananlloh baus banget mesjidnya. Bangunan yg indah, elegant dan sarat akan sejarah. Kalo ke semarang harus banget mampir kesini,penasaran sm payung hidroliknya.
Kayaknya mesjid yg punya payung hidrolik begitu di indonesia cm di mesjid agung ini ama mesjid baiturrahman di banda aceh ya mba.. Yg di banda aku pernah liat. Yg di semarang ini belum, pdhl selalu ngelewatin semarang kalo mudik ke solo
Wii…naik kemenara asyik banget.. ini yang nulis kayaknya Arsyad deh…hahahaha..
Payungnya ..itu kayak di Arab ya mba…
Jalan2 mau deh ke sini..
Masjidnya cantik sekali ya mbak. Semoga suatu saat ada rezeki untuk berkunjung ke sana 🙂
PAyung hidrolik sama suasana malam yang terlihat dari menara yang bikin menarik 🙂
aku selalu suka buat datang ke masjid, buat lihat arsitektur sama interiornya. cuma agak gak enak kalau gak ditemeni sama temen yang muslim hehe.
Keren bgt mesjidnya Mbak. Suka dengan keseluruhan arsitekturnya. Itu payung hidroliknya keren Mbak. Oh iya, pas liat pertama itu sekilas menaranya kaya menara kembar yang ada di Malaysia. Eh tapi ternyata ada di Jawa Tengah. Keren 😀