Transformasi Koperasi, Menjejak Asa Menyambut Digitalisasi

“Reformasi total koperasi tidak bisa diabaikan. Koperasi perlu dibenahi,  untuk menunjukkan jati diri koperasi yang sesungguhnya mewujudkan ekonomi berkeadilan. Reformasi koperasi, untuk mencapai ekonomi berdikari.”

Menteri Koperasi dan UMKM,

Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga

***

 

Gedung sembilan lantai di pangkal Jalan Gatot Soebroto itu berdiri gagah. Bangunannya didesain sederhana. Minimalis dengan mayoritas dinding depan tertutup kaca. Diapit dua menara tersohor di Jakarta, Hotel Bidakara, dan Graha Mustika Ratu.

 

 “Lokasinya memang di sini Mba? “ ujar Pak Sopir ojek online yang siang itu saya tumpangi.

“Iya Pak, ini tempatnya. Di peta jelas rujukannya ke sini.” balas saya.

“Katanya tadi tujuannya ke koperasi,” ujar si Pak Ojek lagi.

 

Saya tak langsung menjawab karena ragu. Saya Melirik kembali gedung megah itu, dan menemukan jawaban yang saya cari.

 

 “Iya  Pak itu dia. Ada namanya di sana,” ujar saya seraya menunjuk tulisan yang tercetak di dinding samping gedung bagian atas.

Di dinding bangunan itu tertulis besar-besar “Kospin Jasa” dengan perpaduan warna hitam, biru muda dan jingga, persis seperti logo koperasi yang saya cari. Kospin Jasa merupakan singkatan dari Koperasi Simpan Pinjam Jasa.

Setelah yakin, saya menyerahkan ongkos dan juga helm pada Pak Sopir. Kami berpisah. Saya lalu melangkah ke gedung koperasi megah.

 

Gedung Kospin Jasa tampak samping (dok pribadi)

 

Saya mengenal Kospin Jasa ini pertama kali dari seorang sahabat yang berasal dari Pekalongan. Saat itu kami bercerita mengenai aktivitas sahabat berbisnis jualan batik online. Lalu pembicaraan meluas pada ekonomi masyarakat Pekalongan yang tumbuh.

Kami sempat pula membicarakan mengenai permodalan. Sebagai warga Pekalongan ia merasa beruntung punya koperasi yang bisa menjadi tempat meminjam modal usaha. Saya terkesan, apalagi setelah mengetahui, Kospin Jasa, koperasi tempat si sahabat menjadi anggota ternyata juga punya cabang di Jakarta.

dok pribadi

Saya pun ingin tahu lebih jauh mengenai koperasi ini hingga akhirnya mengunjungi langsung kantor cabangnya yang terletak di jantung kota.

Begitu masuk ke loby utama, satpam menyambut dengan senyum bersahaja. Demikian pula ketika saya duduk dan melihat-lihat di loby. Kepada petugas front desk saya bertanya mengenai beberapa layanan yang disediakan Kospin Jasa.

Rupanya, koperasi satu ini memang berbeda. Tak hanya gedungnya  yang mentereng. Fasilitas dan layanan yang diberikan pun juga istimewa. Bayangkan saja, sebuah koperasi bisa melayani transaksi real time dan juga bisa diakses melalui layanan ATM.

 

“Di Kospin Jasa, setiap anggota juga mendapat kemudahan dengan memanfaatkan layanan melalui aplikasi mobile,” ujar petugas itu.

aplikasi Kospin Jasa

Wow! Baru kali ini saya mendengar koperasi memiliki layanan mobile. Biasanya layanan jenis ini hanya disediakan oleh perusahaan perbankan papan atas. Saya pun coba mengunduh aplikasi yang dimaksud. Dan ternyata benar. Aplikasi dengan mudah terinstall.

Ada beberapa fitur yang tersedia di sana. Melalui aplikasi setiap anggota bisa melakukan transaksi pembayaran.

Berbagai fasilitas yang ada di Kospin Jasa bagi saya adalah terobosan yang brilliant. Selama ini, koperasi selalu terjebak dengan stigma sebagai lembaga keuangan tradisional yang mengedepankan gotong royong. Dikelola secara sederhana dengan manajemen seadanya.

Siapa sangka, sekarang jadi berbeda. Kospin Jasa membuktikan bahwa koperasi pun bisa naik kelas. Bila dikelola serius, koperasi ternyata bisa menjadi lembaga keuangan modern dengan manajemen professional. Bahkan Kospin Jasa kini menjadi salah satu lembaga keuangan penting dalam menggerakkan ekonomi nasional dengan aset mencapai Rp. 7 triliun. 🙂

 

Mobil kas keliling Kospin Jasa. sumber :kospinjasa.com

 

Prestasi Kospin Jasa dalam menghadirkan manajemen profesional dan berbagai terobosan membuktikan bahwa koperasi juga bisa menunjukkan diri. Itulah kemudian yang membuat Kospin Jasa dilirik untuk menangani salah satu program pemerintah.

Sejak Desember tahun lalu, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM menunjuk Kospin Jasa menjadi penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR). Padahal selama ini penyaluran KUR selalu dipercayakan pemerintah melalui perbankan.

Punya bangunan megah di bilangan Gatot Soebroto tentu saja bukan satu-satunya alasan yang membuat saya terkesima dengan Kospin Jasa. Yup! Temans tahu, ternyata gedung megah itu hanyalah kantor cabang. Kantor pusatnya justru berada di daerah. Di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Dari daerah untuk Indonesia. Begitu kira-kira sebutan yang pas untuk koperasi ini. Sejak didirikan pada 1973, hingga kini Koperasi Simpan Pinjam Jasa telah memiliki 133 cabang. Jumlah yang besar untuk sebuah koperasi. Apalagi cabang tersebut tersebar di beberapa wilayah tak hanya Jawa tetapi juga Lampung dan Bali.

 

Menjejak Asa Menuju Era Digitalisasi

ilustrasi

Kita boleh saja berbangga. Tersenyum dengan pencapaian yang diraih Kospin Jasa. Transformasi menjadi unit usaha yang mulai melek dengan teknologi sekarang memang sudah menjadi keharusan agar bisa bersaing di era digital.

Sebagai sokoguru pembangunan, peran koperasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia tentu saja tak bisa dipandang sebelah mata. Banyak keluarga yang terbantu, pengusaha kecil yang tertolong, dan industri rumah tangga yang hidup dengan bantuan dari koperasi.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat saat ini terdapat lebih dari seratus ribu unit koperasi yang berdiri. Jumlah ini tersebar di seluruh penjuru negeri dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat dan usaha. Ada petani, nelayan, pedagang pasar, pengusaha kerajinan, ibu rumah tangga.

Besarnya jumlah koperasi di tanah air membuat lembaga ini menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Karena itu, transformasi dan perubahan merupakan hal yang dinanti. Apalagi sekarang anggota koperasi tak lagi didominasi oleh usia tua tetapi juga generasi milenial. Generasi yang melek teknologi di tengah perkembangan zaman yang berubah.

 

Sebaran pengguna Internet di Indonesia

 

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pada 2016 sebanyak 132,7 juta penduduk Indonesia adalah pengguna internet aktif. Jumlah ini tersebar di seluruh wilayah nusantara. Sebanyak 52,5 persen merupakan pengguna laki-laki dan 47,5 persen pengguna perempuan.

Meningkatnya jumlah penduduk melek teknologi menjadi tantangan besar dalam pemberdayaan koperasi. Lembaga keuangan mikro ini harus bisa berbenah dan mengikuti perkembangan zaman seperti halnya yang sudah ditunjukkan oleh Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa).

Transformasi koperasi merupakan langkah yang ditunggu banyak anggota koperasi. Selain pembenahan dari pengurus, peran pemerintah dalam mendorong perubahan manajemen sistem koperasi juga diperlukan. Karena itulah, Kementerian Koperasi dan UMKM saat ini sangat gencar mendorong seluruh koperasi di tanah air untuk berbenah.

Menteri Koperasi dan UMKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dalam sebuah kesempatan awal tahun lalu menyatakan bahwa  Kemenkop UMKM sedang gencar melakukan reformasi koperasi yang bertumpu pada tiga aspek, yakni rehabilitasi, reorientasi dan pengembangan koperasi.

“Kami ingin koperasi di seluruh wilayah melakukan perubahan. Menjadi lebih berkualitas dan menjadi unit usaha yang sehat dan makin besar dengan ditandai bertambahnya jumlah anggota. Koperasi yang sehat juga harus mulai memanfaatkan teknologi informasi.”

Menteri Koperasi dan UMKM,

Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga

 

Reformasi koperasi. Sumber gambar: Kemenkeu

 

Perubahan dan transformasi koperasi dalam memanfaatkan era digital adalah angin segar. Harapan baru yang ditunggu para anggota.

Melyda, salah seorang anggota koperasi di kawasan Bekasi termasuk salah satu anggota koperasi yang menunggu perubahan itu. Ia berharap koperasi punya sistem pembayaran yang lebih fleksibel seperti halnya perbankan. Fleksibilitas pembayaran seperti melalui ATM bersama akan membuatnya menjadi lebih mudah dalam melakukan setoran rutin.

Harapan perubahan dan transformasi koperasi juga disampaikan oleh Nur Aliah Saparida, salah seorang pengurus Koperasi Wanita Annisa di daerah Tegal Jawa Tengah. Saat sistem digitalisasi baru digunakan sebatas untuk menginput data anggota. Namun dia berharap suatu saat koperasinya bisa berkembang dan menjadi lebih luas jangkauannya.

Nur berharap agar pemerintah membantu penyediaan akses bagi koperasi kecil untuk menggunakan digitalisasi dalam manajemen koperasi. Bisa melalui pelatihan maupun penyiapan perangkat seperti software.

 

“Agar sistem digital koperasi lebih bisa terjangkau bagi koperasi kecil seperti kami yang sedang berusaha berbenah diri dalam hal administrasi pembukuan secara digital,” ujar Mba Nur. 

Bagaimanapun, muara reformasi koperasi adalah pembenahan menyeluruh. Membutuhkan komitmen dan upaya serentak dari berbagai pemangku kebijakan dan pihak yang terlibat. Menjadi koperasi yang kuat dan sehat. Koperasi yang siap menyongsong era digital.

 

***

 

24 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *