Persiapan Persalinan, Menanti Caesar Ketiga

 

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat ya temans. Rasanya baru beberapa waktu lalu saya tersadar bahwa ada si dedek kecil dalam kandungan.

***

Baru kemarin pula rasanya menerima ucapan selamat dari teman-teman atas kehamilan anak ketiga. Ternyata, sekarang sudah masuk saja pada masa menunggu persalinan.

Hmm, meski sudah dua kali melewati proses persalinan secara caesar, menunggu masa persalinan ketiga ini tetap saja membuat hati saya campur aduk. Apalagi sekali lagi, saya harus menjalani operasi Caesar. Menurut beberapa bacaan, kehamilan saya termasuk beresiko karena jarak dengan kelahiran anak pertama, kedua dan ketigakurang dari dua tahun.

Dulu saat melahirkan anak kedua Azizah jaraknya dengan kelahiran si sulung Bintang terbilang dekat. Hanya 18 bulan. Keduanya dilahirkan secara operasi.

Kenapa harus operasi? Ini karena minus mata saya sangat tinggi dan jauh di atas batas toleransi kelahiran normal. Setidaknya begitu penjelasan spesialis mata ketika saya hendak melahirkan Bintang dulu.

Sekarang jarak Azizah dengan si kecil insyaallah sekitar 20 bulan. Dan Alhamdulillah sejauh ini Pemilik Jagad memberikan kesehatan pada kami sekeluarga.

Pada kehamilan ketiga ini, setelah melewati pekan 34, saya memilih lebih banyak menepi. Aktivitas ngeblog barangkali masih berjalan seperti biasa. Namun aktivitas stalking medsos, dan juga blogwalking agak dikurangkan. Saya menghindari begadang agar stamina selalu terjaga menjelang persalinan.

Pekan lalu, dua kali saya dan suami ke Rumah Sakit. Mulanya kami berangkat pada Selasa ke Rumah Sakit Annisa, Cikarang. Maksud hati mau kontrol kandungan. Bila merujuk penanggalan, saat itu sudah memasuki usia kehamilan 37 week.

Hari Selasa itu saya datang agak siang. Pukul sebelas lewat, menyusul suami yang telah dari pagi datang dan mengambil nomor antrian. Sengaja datang belakangan agar saya dan anak-anak tak terlalu capek menunggu antrian.

Sekitar pukul 1 siang, tiba giliran saya dipanggil. Dengan semangat kami masuk ke ruang dokter. Kebetulan hari itu dokter Ahlan yang sebelumnya kami datangi tak masuk. Bagi saya dan suami, tak ada masalah untuk berganti dokter.

Setelah bertanya ini dan itu, saya pun diminta berbaring untuk USG. Dan temans tahu apa yang dikatakan dokter kandungannya?

“Wah Ibu, ini sudah siap. Sudah siap untuk dilahirkan. Sudah matang dan sudah cukup umur,” ujar dokter itu.

Saya dan suami  lega mendengar penjelasan dokter. Berdasarkan USG, berat si kecil sudah 3 kilogram dengan denyut jantung sehat. Kami lalu diminta kembali pada hari Sabtu, empat hari kemudian untuk menjadwalkan persalinan.

“Karena Ibu mau operasi sebaiknya sudah dijadwalkan. Dan tak perlu menunggu sampai sakit sekali.”

Di dalam hati saya membenarkan pernyataan dokter. Memang kalau mau operasi juga, mengapa harus menunggu sampai sakit? Tapi di sisi lain, jujur ada kekhawatiran di hati tentang kesiapan si kecil. Apakah sudah cukup matang, sudah siap?

Sabtu, 21 Januari 2017 saya dan suami kembali ke rumah sakit. Kali ini kami konsultasi dengan dokter biasa. Di ruang konsultasi, Dokter kembali memeriksa kandungan. Dan pernyataannya sama. Si Kecil sudah siap untuk dilahirkan. Kami lalu diminta menentukan jadwal. Setelah minta pendapat dokter akhirnya kami bersepakat melakukan persalinan pada Kamis, 26  Januari 2016.

Dari ruang dokter kandungan, kami diminta ke laboratorium untuk menjalani serangkaian tes. Ini sama dengan yang dulu saya jalani ketika hendak melahirkan Bintang. Ada dua tes yang saya lalui

  1. Tes Perdarahan

Untuk tes ini dilakukan di telinga. Menurut petugas labor, tes ini bertujuan untuk mengetahui lamanya masa perdarahan yang saya alami. Untuk keadaan normal menurut si petugas, perdarahannya terjadi antara 1-6 menit. Dan setelah 6 menit darah seharusnya tak mengalir lagi.

Untuk menjalani tes ini, petugas labor menembakkan semacam stepless ke daun telinga kanan. Lalu menunggu dan mencatat berapa lama darahnya mengalir dan berhenti. Dan hasilnya, Alhamdulillah, proses perdarahan terjadi selama 2 menit.

  1. Pengambilan darah

Ini adalah pengambilan sampel darah untuk mengetahui jumlah trombosit, leukosit, dan eritsrosit. Hemoglobin, dan juga kandungan gula darah. Seperti biasa, saya termasuk yang takut dengan jarum suntik. Jadi ya, waktu petugas menyiapkan suntik dan mengarahkan ke nadi saya langsung tutup mata dan berdoa. Hihiii…

Dan tes labor pun selesai, tinggal menunggu hasil.

Menunggu sekitar 45 menit, hasil labor keluar. Saya diminta menyerahkan hasilnya kembali ke dokter kandungan. Di sana setelah menyerahkan hasil, perawat lalu menyodorkan sejumlah dokumen pada suami. Intinya dokumen itu merupakan persetujuan untuk menjalani operasi.

Setelah administrasi pra operasi, kami lalu diminta ke meja pemesanan kamar. Di situ, kami diberi penjelasan mengenai fasilitas dan layanan yang bisa diterima. Menurut petugas, pemesanan akan dikonfirmasi sehari sebelum hari H.

Dan beres…  Sabtu itu, seluruh proses administrasi menjelang operasi beres. Tinggal menunggu hari H.

Menanti Persalinan

 Sehari setelah kami kontrol terakhir , saya mencoba untuk semakin memperbanyak waktu istirahat. Ketika tangan gatal untuk menghidupkan komputer, saya alihkan dengan kegiatan lain. Membaca novel  salah satunya.

Di rak ada beberapa novel yang belum terbaca. Sudah dibuka dan dilihat-lihat, tapi belum dibaca. Sejak kehadiran Bintang dan Azizah, harus saya akui intenstitas membaca novel jauh berkurang dan kalah telak dari suami. Hihii, kalau boleh beralasan, saya akan bilang, karena membaca novel butuh waktu yang lumayan senggang, sedang sekarang aktivitas saya selalu harus disambil dengan ini dan itu. (ini alasan saja kok, dasarnya memang makin malas :-)).

Ternyata mengalihkan perhatian pada beberapa hal tak membuat rasa deg-degan di hati lenyap. Apalagi kontraksi palsu mulai sering datang. Yang membuat cemas itu adalah, apakah memang sudah waktunya? Apa si dedek sudah siap?

Tapi hari berikutnya, Senin, tanda-tanda itu  datang makin sering. Kembali saya ingat pengalaman waktu melahirkan Bintang dan Azizah dulu. Keduanya lahir sebelum hari perencanaan. Kontraksi datang lebih cepat. Waktu Bintang dan Azizah operasi dilakukan setelah ada pembukaan.

Untuk menjawab keraguan, saya coba kompilasi berbagai referensi mengenai tanda-tanda persalinan. Lalu bawa ke diri, ceklist mana yang sudah terasa dan belum. Dan sampai hari ini, beberapa tanda sudah terasa.

  • Nyeri pada punggung, sakit perut atau kram selayaknya masa pramenstruasi.
  • Sulit untuk tidur.
  • Frekuensi buang air kecil meningkat.
  • Keluar lendir kental.
  • Merasakan kontraksi.
  • Perubahan pada serviks

Senin sore, beberapa tanda-tanda ini mulai saya rasakan. Kontraksi yang sebelumnya hanya sesekali mulai rutin terasa. Senin malam, saya hampir menghitungnya. Ada yang 10 menit, ada yang 15 sekali. Jedanya memang masih belum beraturan.

Dan selasa pagi, ada cairan yang keluar meski tak bercampur darah. Hmm,. Ini makin membuat deg-degan. Apakah memang sudah waktunya atau belum.

Lets See. Sekarang waktunya menyiapkan mental. Menyerahkan sepenuhnya pada Kuasa-Nya. Bila memang sudah waktunya, maka akan berjalan sesuai kehendak-NYa.

Amin Allahumma Amin.

 

 

 

 

 

11 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *