Menyiasati Postingan Curhat untuk Menaikkan Trafik Blog

Memiliki blog dengan tingkat kunjungan alias page view lumayan boleh jadi merupakan harapan hampir semua blogger. Termasuk temans bukan?

***

Indikator lumayan ini tergantung masing-masing. Ada yang mengincar kunjungan di atas 1000 per hari atau minimal mendekati. Meski begitu saya yakin tak sedikit yang merasa mendapat kunjungan 100 per hari saja sudah lebih dari cukup. Yang penting ada yang baca. Ya ga temans.

Bagaimana ya cara menarik pembaca dan minat pembaca agar bisa mampir ke postingan kita? Apakah harus menulis yang serius ya? Atau apakah harus menulis materi viral yang heboh bin menggemparkan. Ataukah harus membuat tulisan yang sarat informasi dan actual layaknya portal berita?

No, no, no! Tentu saja kita tak perlu terus menerus membuat berita aktual atau viral. Layaknya sebuah blog, materi yang tayang di blog temans tetap saja perlu sentuhan personal. Setidaknya inilah yang menjadi ciri khas dan pembeda antara blog dan portal berita.

“Pembeda utama artikel blog dan portal berita adalah sentuhan personalnya. Karena itu, manfaatkan elemen ini untuk memperkuat konten.”

Dulu, sekitar 5 tahun lalu, blog belum seterkenal sekarang. Baik di mata pembaca ataupun di mata pemilik. Misalnya saja saya. Ketika mulai ngeblog pada 2009, saya benar-benar menganggap blog itu sebagai tempat curhatan. Menulis berbagai kisah yang memang diniatkan untuk melepas uneg-uneg. Atau paling tidak untuk menyimpan kenangan, istilahnya dibuang sayang.

Karena saat itu saya meniatkan blog sebagai tempat curhat, konsekuensinya saya tak ingin ada banyak pengunjung yang datang. Hihii. Malah kalau bisa, alamat blog tetaplah menjadi rahasia saya saja. Sebaliknya, saya merasa pengunjung kecuali orang terdekat yang kepo dengan kehidupan kita, juga tak akan datang. Buat apa menghabiskan waktu mendengar curhat kosong orang.

Berbeda  dengan fenomena dua tahun terakhir. Blog mulai naik peringkat menjadi referensi dan rujukan pembaca. Meski keakuratannya tak seperti portal berita, banyak juga pembaca yang mengklik artikel blog yang mereka temukan dari mesin pencari. Terutama untuk ulasan yang berisi pengalaman dan insight si penulis terhadap suatu hal.

Biasanya pembaca akan memilih artikel yang menyajikan beragam informasi dan memberi nilai tambah. Itu artinya sudah ga zaman menjadikan blog sebagai tempat curhatan belaka. Tapi, bukan berarti ga boleh curhat lho. Sesekali bolehlah membuat tulisan ringan yang isinya curhat kosong. Selebihnya upayakan untuk memberi nilai tambah di setiap tulisan.

Apakah artikel curhat tak bisa mendatangkan trafik?

Bisa. Bisa banget. Apalagi di tengah masyarakat kita yang memiliki tingkat kekepoan tinggi. Hihihi. Hanya saja menurut saya itu tergantung siapa dulu yang curhat.

Curhatan seorang selebritas tentu berbeda nilainya dengan curhatan seorang ibu rumah tangga. Kecuali kalau curhat si ibu rumah tangga berisi hal yang luar biasa. Di kalangan blogger pun juga dikenal istilah blogger seleb. Hal ini diukur dengan banyaknya follower atau engagement di media sosial. Nah apabila si blogger ini sudah posting curhatnya tentang suatu hal, langsung deh ramai-ramai pengunjung berdatangan.

Bagaimana dengan temans? Silakan mengukur sendiri. Masuk kategori yang mana. Dan kalau tak termasuk kategori banyak yang kepo, masih sah saja kok untuk menulis curhat. Tapi ya itu, niatkan untuk rekam jejak, kenangan, atau apalah namanya dan jangan terlalu memikirkan soal tingkat kunjungan.

Atau temans bisa melakukan langkah cerdas. Kawinkan saja keduanya. Menjadikan curhat sebagai kekuatan, dengan penambahan berbagai informasi sebagai pengayaan terhadap artikel yang diunggah.

 

“Mengawinkan curhatan dengan beragam informasi akan meningkatkan nilai tulisan, dan memberi manfaat berganda untuk pembaca.”

Bagaimana memberi nilai tambah pada blogpost?

Cara memberi nilai tambah tak mesti dengan menjejali begitu banyak informasi dalam satu postingan. Bisa saja dibungkus dengan listikel berupa tips. Bisa juga dibungkus dalam bentuk narasi dalam paragraf. Tergantung selera penulisan masing-masing.

Bila tulisan yang dibuat berkaitan dengan suatu produk, tambahkan user experience di dalamnya.  Untuk urusan user experience ini, pembaca atau minimal saya biasanya akan mengklik artikel dari blog dibanding portal berita.

Itulah kenapa makin banyak brand yang melibatkan blogger dalam mereview produk mereka. Biar calon pengguna bisa melihat sendiri bagaimana cara kerja dan hasil yang didapat dari pengguna (blogger).

“Memperkaya tulisan dengan user experience dan tips menjadi salah satu cara untuk memberi nilai lebih dalam tulisan”

Selain user experience, temans juga bisa menyiapkan artikel berupa tips. Tips ini biasanya berkaitan dengan kehidupan, pengalaman terhadap suatu kasus. Misalnya cara menghadapi anak susah makan, cara menurunkan berat badan. Karena itu kita bisa membuat artikel yang berisi pengalaman kita terhadap suatu kasus.

Setiap blogger, tentu saja memiliki cara hidup dan pengalaman berbeda. Karena itu setiap kita bisa berbagi ilmu dan sharing berdasarkan hal-hal yang diketahui. Untuk urusan sharing ini, temans tak perlu berpikir untuk selalu tampil dan memberikan hal positif saja. Pengalaman buruk kita akan suatu hal bisa saja diceritakan agar menjadi pembelajaran untuk pembaca.

Perkaya tulisan dengan informasi terapan

memberikan informasi relevan dalam tulisan akan memperkaya tulisan

Informasi terapan ini misalnya terdapat dalam postingan tentang jalan-jalan. Akan lebih baik bila postingan traveling yang temans siapkan tak melulu berisi perasaan dan pengalaman selama berada di destinasi tujuan. Tetapi juga dilengkapi dengan info seperti bagaimana transportasi menuju ke sana, bagaimana fasilitas publik di lokasi tujuan wisata.

Informasi mengenai fasilitas publik ini misalnya adakah toilet, tempat ibadah, dan tempat makan atau warung. Hal ini akan berguna bagi pembaca yang juga ingin berkunjung ke destinasi yang sama.

Informasi terapan ini bisa juga diselipkan dalam postingan How To. Misalnya cara membuat passport online. Bila temans sudah berpengalaman misalnya bisa ditambah dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan semua proses pendaftaran online. Dengan begitu, pembaca blog bisa memperkirakan berapa waktu yang mereka perlukan.

“Ooo, ternyata butuh setengah jam ya. Berarti saya akan isi di malam hari agar tak mengganggu aktivitas lain.”

Gunakan rumus sederhana 5W 1 H

Yup. Rumus 5W 1 H ini biasanya memang lebih dikenal di kalangan jurnalistik yaitu rumus What, When, Who, Where, Why, dan How . Meski begitu rumus ini juga bisa diterapkan dalam blogpost lho temans. Kalaupun tak bisa 5W menurut saya minimal 3 W tergantung materi yang temans sajikan dalam artikel.

Bila mereview produk misalnya bisa dengan menjawab What = apa produknya, when = kapan produk digunakan, why = kenapa produk itu harus dipilih, dan how = bagaimana cara menggunakannya.

Bila bercerita tentang tumbuh kembang anak juga bisa diterapkan rumus ini

What = materi tumbuh kembang apa yang ingin difokuskan. Misal fase berjalan, mulai bicara, anak malas makan.

Why : Kenapa anak malas makan.

When : Sejak kapan anak mulai malas makan.
How =  bagaimana tips dan kiat yang sudah temans lakukan mengatasi anak yang malas makan.

Manfaatkan Tag dan Label

Terakhir dan tidak boleh ketinggalan jangan lupa mengisi tag atau label pada setiap postingan dengan kata kunci yang dibidik. Ini penting agar artikel temans keangkut di mesin pencari saat ada pembaca yang googling dari si Mbah.

Misalnya untuk tulisan jalan-jalan tambahkan tag, transportrasi menuju A. Atau untuk artikel anak malas makan tambahan tag atau label penyebab anak malas makan, mengatasi anak malas makan. Bisa diisi dengan frase apapun yang kira-kira akan digunakan pembaca sebagai kata kunci.

 

So? Bagaimana temans, apakah siap melangkah pada milestone berikutnya? Saatnya memberi nyawa dalam setiap tulisan yang diunggah dalam blog post kita. Sudah waktunya kita meminimalisir postingan berisi curhatan semata.

Hmmm, eh tapi ini hanya berlaku buat temans yang mau blognya mulai ramai pengunjung ya. Kalau masih berniat blog sebagai album kenangan, tak perlu repot-repot berpikir soal ini. Yang penting hati happy. 🙂

86 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *