Sebuah Pesan di Penghujung Tahun
|Yess, ini sudah penghujung tahun. Counting down menjelang kalender berganti.
***
Tiba-tiba saya teringat pesan adik sepupu yang belum terpenuhi. Padahal pesan itu ia sampaikan sudah hampir sebulan lalu.
“Kak kalau lagi main ke Pasar Baru, boleh lihatkan Lensa Canon versi Stepper Motor ya.”
Ah. Adik satu ini memang punya hoby luar biasa. Kesenangannya akan dunia fotografi selalu membuat saya berdecak kagum. Apalagi dia mau menabung sekian lama bila menginginkan aksesori baru untuk DSLR Canon kesayangannya. Ya, tahu sendiri kan, DSLR Canon dan segala pernak-perniknya memang punya harga tak biasa.
Awalnya saya sempat ragu dengan jenis lensa yang ia pinta. Apalagi, sudah hampir dua tahun ini saya tak lagi terlalu bersentuhan dengan dunia perfotografian. Hihii, ya maksudnya fotografi profesional.
Dulu sih, sewaktu masih sering hunting lapangan sering petantang petenteng DSLR ke mana-mana. tapi itu aset kantor. Sayangnya foto-foto hasil jepretan itu raib bersama raibnya dua laptop yang digondol maling. Hikss… Jadi sedih kalau ingat lagi.
Kembali ke pesanan si adik, akhirnya saya minta penjelasan. Biar nanti tak keliru.
“Stepper Motor itu lensa kit Canon terbaru Kak. Punya kemampuan autofokus mulus dengan menggunakan live view. Membantu banget kalau merekam video,” ujar si Adik menjelaskan.
Baiklah. Saya mulai sedikit paham. Biar tak salah mencari, saya langsung saja tanyakan spesifikasi lensa yang dia mau. Kalau sudah langsung merujuk spesifikasinya, saya tentu akan lebih mudah bertanya pada kokoh-kokoh penjual lensa.
Tak lama adik pun mengirimkan spesifikasi yang dia mau. Lensa Canon EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS STM. Ok. Well Noted.
Tapi tahukah temans apa yang terjadi? Sebulan setelah pesan itu ia sampaikan, saya masih belum pergi ke Pasar Baru. Salah satunya karena lokasinya yang cukup jauh dari rumah kami.
Dulu, ketika masih tinggal di daerah Menteng, memang semua jadi lebih mudah. Sekarang, bila ingin ke pasar baru butuh waktu khusus bila ingin ke sana.
Saya pernah meminta si adik untuk memesan saja melalui toko online. Apalagi sekarang semua serba tersedia di toko online. Mau cari kamera DSLR, Mirrorless, lensa, semua ada. Bahkan kita juga bisa berinteraksi langsung dengan penjual. Namun si adik tetap berharap saya bisa bertanya langsung. Minimal ia ingin melihat harga pembanding.
Sebetulnya saya mahfum akan keinginannya ini. Tapi apa mau dikata. Dengan kandungan yang sudah semakin besar, sudah semakin tak nyaman bagi saya untuk sering-sering keluar rumah. Apalagi ke Pasar Baru yang lumayan jauh. Maafkan ya Dik.
Aniwei mengenai kamera DSLR ini sebenarnya saya pun punya keinginan untuk memilikinya. Berbeda dengan kamera handphone, kualitas gambar yang dihasilkan kamera DSLR menurut saya tetap jauh lebih baik. Barangkali karena faktor resolusi dan bukaan cahayanya.
Selain itu menggunakan kamera DSLR menurut saya tetap berbeda karena kita akan selalu tertantang untuk menghasilkan gambar berkualitas. Misalnya dengan memperhatikan komposisi, arah datangnya cahaya, dan resolusi.
Paling tidak, dengan kamera DSLR di tangan, kita akan merasa bertanggung jawab untuk bisa menangkap momen bagus. Malu dong sama kamera, kalau hasilnya biasa-biasa saja. Hihii..
Memiliki kamera DSLR juga akan mengingatkan diri untuk selalu upgrade ilmu. Sayangkan, sudah punya kamera bagus-bagus tapi tak difungsikan dengan maksimal. Apalagi kalau akhirnya hanya menggunakan mode Auto. Padahal kan DSLR diciptakan untuk sebuah hasil yang profesional.
Berbeda kalau menggunakan kamera handphone. Biasanya kalau dengan kamera handphone, saya akan mengambil foto sekenanya saja. Cekrek, cekrek, jadi deh. Tak terlalu dipikirkan tentang bagaimana hasilnya. Biasanya foto bagus baru didapat kalau menemukan sudut pengambilan gambar yang bagus pula.
Hmmm, pesan si adik untuk mencarikan lensa buat kamera DSLR kesayangannya semoga menjadi jalan pembuka buat saya untuk segera memiliki DSLR. Ya mungkin belum akan dalam dua tahun ini. Sebab dalam dua tahun ke depan saya pasti masih akan rempong pergi ke mana-mana dengan si kecil yang sebentar lagi akan lahir.
Sementara temans tahu sendiri, kamera DSLR itu juga butuh perhatian dan perlakuan khusus. Kita baru bisa mengambil gambar maksimal dengan DSLR kalau dalam keadaan lapang dan tenang. Hihi, itu artinya paling cepat 2018. Tak mengapa. Saya akan setia menunggu waktunya tiba. 🙂
Wah adik Mbak Ira segitunya ya. Tapi iya sih kalau sudah hobi apapun dijabanin. salam sukses
Aq malah mau jual DSLR Canon T3 aku Mba. Heheh. Habis belum canggih2 menggunakannya.
Saya malah mau jual kamera “gede” nih. Udah jarang dipake. Kalah sama kamera hape…
aku malah pindah ke mirrorless nih mba, soalnya berat bawa DLSR maklum udah faktor U
perlensaan gini aku masih belom paham hahaha
Waaahh lagi pengen banget DSLR plus lensanya yang oke-oke banget nih gegara akhir-akhir ini sering lihat videoklip sama instagram yang oke punya gambarnya. Suami janji mau beliin kalo udah hamil, hahaha. Udah jauh-jauh hari aku bilang “kalau hamil aku ngidamnya kamera nih”, hihihi.
waah, themenya baru ya mbak ira? udah lama ga bw. adiknya mba ira sama kayak suamiku, suka banget ngoleksi pernak-pernik canon. harganyaa, weee, tapi gpp sih, beliau nabung sendiri untuk beli2 pernak2i tersebut
Aku pernah punya awal2 ngeblog 2010 deh, kebetulan suami juga hobi potograpi, lensanya ampe ada yg gede panjang, ahh enek deh…
Setelah bosen dijual deh, karena dah banyak kamera phone yg bagus, meski fungsinya tetep aja beda.
ternyata banyak lensanya ya..
pantes temen blogger yg punya camera model gini fotonya cakep…
lagi pengen mirroles…murah..hahahah
aku belum kepikiran beli kamera. masih setia pake kamera hp 😀
Hehe saya juga sependapat mbak bahwa ada perbedaan antara menggunakan kamera HP dan kamera professional. Yang jelas hasilnya lebih bagus dan kelihatan lebih exclussive aja. Sekalian bisa belajar bagaimana mengambil gambar yang tepat.
Saya juga pengen bisa motret ala PRO pake DSLR, mbak.
Pernah belajar bentar, sampe beli2 segala aksesoris dari tripod, sampe filter segala. Tp karena jadi semacam candu yg ternyata lumayan nguras kantong, akhirnya ditahan dulu deh. Kebetulan DSLR punya babeh hahaaa. Jd, demi menyelamatkan kehidupan, saya balikin dulu. Padahal di rumah ga dipake sampe sekarang. Jadi watir lensa jamuran ga keurus. Hahaa
Di awal cerita bikin nyesek nih. BAru tau kalau kak ira pernah kehilangan 2 laptop. 🙁
Dan kita sependapat kak. Saya juga ketika menggunakan kamera DSLR seolah punya keharusan untuk berusaha agar hasil jepretannya bagus. Btw, salam untuk adiknya Kak Ira ya kak. 🙂