Mengadopsi Gaya Penulisan Feature untuk Blog
Halo temans. Bertemu lagi dengan #JumatMenulis. Setelah pekan sebelumnya belajar menggali ide tulisan, artikel enak dibaca, dan kalimat efektif, hari ini yuk belajar bareng mengenai salah satu gaya penulisan yaitu Feature.
***
Gaya penulisan feature biasanya dikenal di kalangan jurnalistik. Teman yang pernah kuliah di jurusan ilmu jurnalistik atau pernah berkecimpung di media kampus tentu sudah akrab dengan istilah ini. Apalagi buat yang memang bekerja sebagai jurnalis.
Baca juga:
Hmm, kira-kira apa ya feature itu?
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan tertulis dari para ahli dan praktisi jurnalistik mengenai pengertian dan batasan feature. Namun, secara praktek, feature dipahami bersama sebagai sebuah artikel kreatif yang informatif tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.
“Feature adalah karangan non fiksi yang dipaparkan secara kreatif. Feature memuat unsur manusiawi (human interest) untuk mencapai tujuan memberi tahu, menghibur, mendidik, dan meyakinkan pembaca.”
Artikel dengan ragam feature ini mengandalkan ketajaman indera dan detail. Kekuatan tulisan terletak pada deskripsi dan narasi tentang suatu peristiwa atau kejadian. Beberapa praktisi menyebutnya sebagai tulisan yang ‘basah’.
Model tulisan dengan ragam feature berupa tulisan mendalam dan tidak berbentuk cerita biasa yang to the point. Beberapa koran biasanya menyediakan ruang khusus bagi wartawannya untuk menulis dengan gaya feature. Misalnya Jawa Pos Group, punya ruang menulis feature yang terletak di halaman satu bagian bawah.
Kompas juga sering menempatkan tulisan dengan ragam feature pada halaman pertama meski tidak memberi label feature. Tulisan-tulisan dengan gaya penulisan feature juga banyak tersebar di Kompas Sabtu dan Minggu. Begitu juga dengan beberapa media lain yang menyajikan liputan akhir pekan dengan kemasan feature.
Tempo, terutama majalah, memang tidak memiliki rubrik khusus bernama feature. Namun, gaya tulisan feature bisa ditemukan di hampir semua artikel. Para petinggi media ini menyatakan bahwa Tempo mengusung semangat bertutur untuk setiap artikel yang disajikan. Sebenarnya, kekuatan bertutur inilah yang menjadi andalan dalam penulisan Feature.
Ciri utama pada artikel feature terletak pada uraian (deskripsi) dan detail. Bahkan tak jarang, tulisan feature disajikan dengan cara naratif seperti halnya sebuah cerita. Bedanya, dalam sebuah artikel jurnalistik detil apapun yang disajikan haruslah berdasarkan fakta dan merujuk pada kode etik.
Artikel feature jurnalistik juga harus bebas dari opini penulisnya. Bahkan, untuk terhindar dari opini dan subjektivitas penulis. Beberapa media seperti Tempo melarang penulisnya menggunakan kata sifat dan menggantikan dengan deskripsi. Misal tidak boleh menggunakan kata ia marah, tetapi diganti dengan mendeskripsikan perubahan wajahnya.
Kata marah harus diganti menjadi, mukanya memerah, alisnya terangkat, atau deskripsi lain yang merujuk pada marah seperti ekspresi yang ditunjukkan sis umber. Dengan begitu penulis terhindar dari opini dan asumsi.
Tulisan feature menitikberatkan pada fakta yang dinilai bisa memancing emosi pembaca, menarik empati, simpati, dan membuat pembaca menjadi merasa terlibat dengan tulisan. Tulisan feature lebih menyentuh rasa, bahasa kalbu.
Oke. Bagaimana ya dengan blog? Apakah ragam penulisan feature ini juga bisa dipakai untuk artikel blog?
Hmm, menurut saya bisa, bahkan sangat bisa. Blog justru memberi ruang yang sangat luas pada penulis untuk mengedepankan sisi manusiawi (human interest) dan melibatkan lebih banyak perasaan. Bedanya, pada artikel jurnalistik yang terikat dengan kode etik penulis harus selalu menampilkan fakta, sedangkan pada artikel blog penulis bisa saja melibatkan asumsi dan opini.
Perbedaan utama dari sisi fakta dan subjektivitas penulis ini selanjutnya akan menjadi batasan kita dalam membahas artikel feature untuk blog ya temans. Jadi mari lupakan sejenak tentang feature jurnalistik. Yuk kita mulai cerita tentang adopsi feature untuk blog.
Hal mendasar dari tulisan feature adalah gaya bertutur dan deskripsi akan suatu kejadian dan peristiwa yang ingin ditulis. Sederhananya, kita akan mencoba membuat artikel yang naratif dan deskriptif. Lengkap dengan laporan pandangan mata.
Kapan artikel feature bisa disajikan pada sebuah blog?
Artikel berjenis feature bisa diaplikasikan pada berbagai macam tulisan seperti
- Tulisan perjalanan
- Reportase liputan acara
- Tulisan profil
- Artikel inspirasi
- Artikel tentang suatu tempat atau daerah
- Juga artikel sehari-hari yang melibatkan pandangan mata.
Bagaimana mengadopsi ragam penulisan feature untuk artikel blog?
Karena tulisan feature lebih menitikberatkan penggunaan indera dan laporan pandangan mata yang detail, maka adopsi bisa dilakukan dalam berbagai artikel. Temans silakan menyampaikan berbagai hal dari pandangan mata atau yang dirasakan dengan cara berkisah.
Artikel feature melukiskan gambar dan keadaan dengan kata-kata untuk memancing imajinasi pembaca agar masuk ke dalam cerita.
Agar lebih mudah larut dalam cerita yang kita tulis, temans bisa membantu pembaca dengan mendeskripsikan berbagai peristiwa secara detil. Sederhananya, feature memberi ruang bagi temans untuk berkisah.
Mirip banget kan dengan tulisan blog yang biasanya sudah temans tulis. Hihi.. iya sih. Kalau menurut saya ini kan hanya teorinya. Pada prakteknya, temans sudah sangat jago, hanya mungkin belum tahu namanya. Bahwa secara tak sadar temans sebenarnya sudah terbiasa menulis feature.
Contoh aplikasi Feature untuk Blog
-
Tulisan Perjalanan
Bila temans ingin membuat artikel perjalanan dengan gaya feature, siapkan detil yang banyak untuk diceritakan. Misalnya, ketika berkunjung ke pantai, tak cukup hanya dengan kata indah. Temans perlu melengkapi dengan laporan pandangan mata terhadap pantai tersebut. Di sinilah pentingnya ketajaman indera.
Deskripsi mengenai keadaan di sekitar pantai ketika kita datang perlu disajikan dengan lebih detil.
Contoh 1.
Pantai karang bolong Anyer indah banget. Apalagi saya sampai di sana sudah sore. Pas banget. Bisa main pasir sambil menunggu sunset. Benar-benar pengalaman yang tak terlupa. Saya jadi ketagihan pergi ke sana.
Artikel pada contoh 1 belum detil menggambarkan keindahan pantai karang bolong. Belum ada deskripsi pendukung sehingga pantai menjadi indah dan sangat berkesan. Penggalan ini akan berbeda bila diperkaya dengan pandangan mata dari penulis.
Matahari merambat turun ketika saya sampai di Pantai Karang Bolong Anyer hari itu. Gulungan ombak berpacu menyapa deretan karang yang menjorok ke laut. Di bagian pantai yang lebih landai, deburan ombak menjalar menutupi pasir putih. Dari kejauhan, burung camar terlihat berebutan mematuk ikan.
Saya bermain pasir hingga lupa waktu. Tak terasa langit telah berubah warna. Rona jingga berpendar seiring menghilangnya mentari di langit barat. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Meninggalkan pantai karang bolong yang penuh kenangan.
2. Reportase liputan acara
Sekarang, sudah semakin banyak ya temans acara yang melibatkan blogger. Bisa peluncuran produk, seminar, penandatangan perjanjian, atau festival. Nah, artikel reportase ini bisa banget dibuat ala-ala feature. Apalagi kalau dalam acara ada kemeriahaan atau kehebohan yang terjadi. Bisa jadi tulisan pandangan mata yang basah banget.
Syaratnya, jangan lupa memperhatikan detail acara dengan seksama. Terutama pada acara puncak. Misalnya saat pelepasan balon, pemotongan pita, atau saat narasumber utama berbicara. Yang diperhatikan tak hanya objek di atas panggung lho temans. Suasana di sekeliling tempat acara berlangsung juga bisa.
Misalnya saat meliput peluncuran kampanye Indonesia sehat. Peluncuran ditandai dengan pelepasan balon dan pemotongan pita oleh Ibu Menteri Kesehatan. Saat pelepasan balon, bersamaan saat tali digunting, ada tiga balon yang pecah sehingga suasana peluncuran menjadi lebih semarak.
Nah untuk ilustari ini ada baiknya teman mulai menggunakan indera dan juga memperhatikan detail. Misal, ada berapa balon yang dilepas. Jumlahnya bisa dikira saja. Apa warnanya, apakah satu warna dominan atau warna warni. Siapa saja yang mendampingi ibu Menteri, apa kostum ibu Menteri, dan detail lainnya yang dianggap perlu dan mendukung cerita. Termasuk juga suasana dan musik pengiring ketika peluncuran.
Contoh lain:
Ini tulisan peresmian sekolah,
Bangunan permanen bercat kuning menyedot perhatian saya ketika berkunjung ke Sekolah Alam, Tunas Mulia, di kawasan Sumur Batu, Bantar Gebang, Rabu, 4 April kemarin. Gedung dengan desain rumah panggung itu terlihat mentereng di banding bangunan lain di sana. Tak jauh dari gedung, anak-anak ramai bermain dan berlarian.
“Ini gedung baru sekolah di sini,” ujar Ibu Elly Indah Yani, salah seorang guru di Sekolah Alam Tunas Mulia. Bersama enam guru lainnya, ia terlihat antusias menunggu acara peresmian.
Gedung baru itu merupakan bantuan dari Wings Corporation –salah satu perusahaan penghasil produk makanan, minuman, perawatan rumah dan perawatan tubuh terkemuka di tanah air. Pembangunan dilakukan melalui kolaborasi Wings Peduli Kasih dengan Econity90, yaitu sebuah yayasan sosial non profit yang didirikan atas inisiatif dari alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia angkatan 1990.
Tulisan lengkap bisa dibaca di sini.
Mewujudkan Mimpi Sekolah Alam Bantar Gebang
Ketika menuliskan kisah seseorang, penyertaan banyak detail akan semakin membantu kita menggambarkan tokoh yang sedang ditulis. Karena itu untuk membuat tulisan profil akan lebih mudah bila kita bisa bertemu langsung dengan sosok yang akan ditulis.
Tak hanya lewat pertemuan langsung, interaksi dengan sosok yang akan diulas juga bisa dilakukan melalui percakapan di dunia maya. Intinya sih agar kita mendapatkan ruang yang lebih besar untuk mengenal lebih detail sosok yang akan ditulis.
Tulisan profil juga tak mesti mengenai seorang tokoh atau sosok yang dikenal luas masyarakat. Feature juga bisa diadopsi untuk menuliskan profil seorang kakek penjual es dawet yang tak sengaja temans temui di jalan.
Ketika akan menuliskan kisah pak Tua penjual dawet tersebut, temans bisa mendeskripsikan postur tubuhnya, pancaran mukanya, senyumnya, kecepatan tangannya dalam menyajikan es dawet. Juga tentang sorot matanya.
Detil pandangan mata ini, tentu akan memperkaya tulisan temans tentang siapa sosok pak tua penjual dawet. Apalagi ditambah dengan kisah hidup dia yang telah menginspirasi temans menulis artikel tentang semangat pantang menyerah.
Ini salah satu artikel profil yang coba mengadopsi gaya feature :
Baca : Meutia Mansur dan Selaksa Rindu dari Khourtum
-
Feature suatu tempat atau daerah
Untuk menuliskan feature tentang suatu daerah yang diperlukan adalah ketajaman indera. Temans sebaiknya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk menangkap sebanyak mungkin detail yang ada di lokasi tersebut.
Beberapa waktu lalu, saya mencoba menulis sebuah apartemen yang akan dibangun di kawasan Kemang. Saya coba memulainya dengan menggambarkan suasana apartemen bila dilihat dari depan.
Contoh :
Bangunan joglo nan apik berdiri gagah di tengah areal seluas 2 hektar. Dua menara, Nakula dan Sadewa, mengapit dengan perkasa. Dari sisi kanan, Arjuna, si menara ketiga, ikut menjaga dan melindungi bangunan tradisional Jawa ini. Di depan Rumah Joglo terdapat Patung Bancak Doyok, yang dipahat pematung kawakan Wahyu Santosa.
Artikel lengkapnya bisa dilihat di sini.
Menikmati Hunian Etnik dan Modern di Kemang
Dari beberapa uraian hari ini, beberapa hal yang menjadi ciri utama artikel feature adalah
- Deskriptif
- Detil
- Menyentuh
Oke temans, sekian dulu artikel #JumatMenulis hari ini. Selamat berkreativitas.
See u next week ya.
Related Posts
-
Rahasia Membuat Bayi Lelap di Malam Hari
30 Comments | Mar 10, 2017
-
Seni Memenangkan Lomba Blog dengan Storytelling
46 Comments | Mar 18, 2021
-
10 Peluang Usaha Bagi Para Pensiunan Dengan Modal Kecil
4 Comments | Sep 1, 2018
-
Mari Menjadi Konsumen Cerdas
29 Comments | Apr 29, 2016
About The Author
ira guslina
Duniabiza adalah website yang mengulas seputar gaya hidup, parenting dan inspirasi. Temukan kami di Email :duniabiza@gmail.com ; Twitter & Instagram : @duniabiza, Facebook : dunia biza
Harus sering-sering latian bikin kalimat deskriptif nih. Saya kalo bikin catatan perjalanan suka pake kata sifat =(
Iya mas. Kuncinya memang banyak latihan. 🙂
Eh, ini pas banget sama yang beberapa hari ditanya di grup. Tulisan feature itu ringan dibaca tapi berat prosesnya. Deskripsi itu yang masih harus banyak dipelajari dan dibiasakan.
Terimakasih ilmu, mbak Ira
Iya mba ringan tapi bukan berarti kosong. Proses nulisnya bikin merenung dulu… hihii
Wuihh lengkap banget Mba.. Jadi inget zaman kuliah “Penulisan Jurnalistik” dulu. 🙂
Eh ada yg nostalgia nih. Ehemm..
Bermanfaat sekali artikelnya. Kayanya bisa nih saya adopsi untuk tulisan-tulisan di blog saya.
Semoga berguna ya mas…
Berarti tulisan feature lebih deskriptif dan detail ya. Tapi, untuk tulisan yang memiliki analisis mendalam, apakah juga termasuk feature ya? #seriusnanya 😀
bisa banget mas. Feature ini kan tentang penyajian aja. Jadi itu namanya tulisan mendalam yang disajikan dengan gaya penulisan feature. 🙂
Saya ada draft artikel feature, tapi gak kelar-kelar Mak. 😀
Baca ini kok jadi pengen lanjutin.
Asyikk… kalau udah publish boleh colek2 ya mba… jadi penasaran. 🙂
Wow. Untuk saya yang buta jurnalistik, dan latar belakang memang bukan jurnalistik, ilmu ini sangat menarik.
Wiw… semoga berguna ya mas. Awas lho kesandung. 🙂
baru tau kalo itu namanya tulisan feature, kalo aku biasanya menulis gaya seperti itu pas mendeskripsikan makanan hehe.. jadi pengen belajar lebih dalam lagi mengenai tulisan feature ini, makasih mba ilmunya 🙂
Nah iya. Untuk kita para blogger memang sbenarnya raga artikel begini dekat banget. Dan biasa dipraktekin juga. Cuma ya itu belum tahu aja kalau namanya feature
Saya banyak belajar. Ingin segera praktek nih..terima kasih
Asyik… makin basah nih mas… tulisan maksudnya. 🙂
Cocok banget buat yang tempo hari nanyain di grup
Hehehge
Aku seneng tulisannya warna-warni
Nah iya mas. Memang tulisan ini terinspirasi dari diskusi grup.. 🙂
hmm.. semakin saya membaca artikel teman2 WB, semakin terbuka mata saya..
makin banyak ilmu yg didapat dari anggota grup yang memang serius mengelola blognya. semoga kelak saya benar2 bisa menjadi bagian dari kalian yang dapat menghasilkan sesuatu dari blog, menyeriusin, dan tidak sekedar menggunakan blog sebagai tempat curcol hehe..
Pengen nulis gaya feature someday, tapi harus banyak belajar dulu 😀
Ga sulit kok mba. Asal banyak latihan. Tapi ya itu. Bikin feature butuh persiapan matang dulu biae artikelnya matang. 🙂
Ealah, baru ngeh aku mbak sama tulisan feature. Ini toh yang dimaksud di grup kemarin itu 😀
Makasih mbak ilmunya 🙂
Iya mba. Inu yg dibahas kemarin. Tulisan ringan tapi padat. Semog berguna ya.
Catet nih harus belajar pake kata deskriptif dibandingkan kata sifat #okesip
Oke kakak… 🙂
Baru ngeh ttg tulisa. Gaya feature… Enggak kesampean pengen kuliah jurusan. Bahasa…. Makasih buat infonya makkk
Siap mba witri semoga berguna. Ini sbenarnya berguna buat semua ga cuma anak bahasa lho..
Kebetulan banget baru ikut acara, hmm penulisan nya jadi deskripsi yah, seperti akan membuat cerpen aja, hehehe.. Keren-keren, nambah ilmu penulisan, secara saya bukan anak bahasa
Iya mba. Gaya bertutur dan narasinya memang kayak fiksi. Namun ini diadopsi buat non fiksi… 🙂
Aku coba praktekkan.. selama ini asal aja nulis..amburadul
Terimakasih mbak pelajarannya
Siap mba. Memang harus lebih banyak praktek biar makin terampil. 🙂
Terima kasih informasinya
Sangat bermanfaat
Siap semoga berguna…
Ilmu baru dan semakin seru dari Jumat-Jumat sebelumnya. Bahasannya semakin menarik, membuat susah untuk berkata tidak mempraktekkan. Trims Mbak Ira
Sip mba Damar. See u next week ya.. 🙂
yang baca berasa ringan, yang nulis berasa berat kalau belum terbiasa menulis dengan tekhnik feature ini ya mbak. harus punya banyak kosa kata sepertinya supaya bisa mendeskripsikan dengan apik 🙂
Dan yg utama sering berlatih sih mba. Makin kita mencoba makin mengalir deh… 🙂
Wah…. ini lengkap banget. Bisa dijadikan referensi menulis. Memang menulis feature merupakan tantangan tersendiri. Apalagi buat travel writer. Harus lengkap dan padat
Yup. Traveling dan kuliner bakal lebih seru kalau dikemas dengan gaya ini. Apalagi kalau travel writer kan kita banyak detil dan pandangan mata di lapangan.
Waaah tulisannya amat bergizi Mbak Ira. Aku pernah ikut kelas feature online beberapa tahun lalu, tapi lupa blas semua deh. Berusaha sambil mengingat-ingat pas baca tulisan mbak Ira ini.
Waa asyik mba bisa ikut kelasnya. Pasti banyak banget ilmunya. Yuk a ingat dan praktekin mba. Saya juga lagi berlajar terus buat praktekinnya..
Artikelnya luar biasa mbak Ira. Aku jadi belajar banyak nih
Terima kasih mba susi. Saya juga masih harus belajar banyak. Dunia penulisan makin diselami makin banyaj hal yg hrus digali ya…
mbak, aku suka dilema, pengen nulis dgn gaya sempilan feature tapi aku takut pembaca merasa bosan membaca krn banyak bgt printilan, gak to the poin.. akhirnya sering byk yg aku pangkas. But, makasih ilmunya ya 🙂
Memang tantangannya di sana mba. Memilih printilanrelevan yang bisa menguatkan tulisan. Kalau soal pembaca mah urusan kesekian. Yang utama kitanya berikan yang terbaik aja.
Kalau saya lebih suka mengeluarkan opini daripada fakta, soalnya fakta harus memberikan bukti yang sangat kuat
Nah iya mas robby. Makanya feature jurnalistik berat karena base on fakta. Kalau buat blog mah lebih ringan bisa make opini dan subjektivitas… 🙂
Mba Iraaa…makasih banget ilmunyaa. Keren bangett. Pantes Mba Ira sering menang lomba. Aku bookmark ya Mba. Ilmi banget ini buat aku. Sekali lagi makasih :*
Siap mba Rotun. Sama kita mba. Saya juga masih belajar banyak hal. Terutama artikel kuliner dan masak… *eh
baru denger kata kata features tersebut harus banyak belajar nih dari mbak mengenai penulisan feature untuk blog.
Nah yuk mas… belajar bareng kita… 🙂
Kesannya jadi seperti membuat syair ya mbak, karena permainan kata2nya yang pakai bnyak istilah 🙂
Iya mas. Makanya disebut juga dgn gaya bertutur… non fiksi rasa fiksi
Thanks mbak Ira, jadi tambahan ilmu menulis nih 🙂
Masama mba. Semoga berguna ya..
Ulasannya lengkap banget ini mbak 😀
Seperti bahasan yang pernah dibahas di grup WB jg ini ya soal ulasan tentang tulisan feature.
Bener bener membantu saya dalam membedakan dan mencirikan suatu tulisan yang pada nantinya akan membantu saya dalam menuliskan suatu tulisan pesanan dari para sponsor :)))
Kalau feature diterapkan di blog dan tulisannya bagus banget pembaca pasti betah bacanya. Mendapatkan hati pembaca dan konsentrasi pembaca utk baca artikel dr awal mpe akhir di blog itu susah2 gampang :))
Trims ilmunya Mbak Ira 😀
Mirip sama diksi ya mbak,, iya juga sih ya,, tnp sadar mgkn udah nerapin feature ini di blog cuman ga tau kalo itu namanya feature. Tq infonya mbak ira 🙂
Tulisan jalan2ku termasuk nggak yaaa, hbisnya krg detail gitu
Jd pelajaran nih ttg feature
Dari dulu pengin banget nulis feature yang cakep. Apalagi untuk blog ya mbak. Biar kece dan yang baca betah…
Gak rugi nih mbk pagi2 udah dpet ilmu ttg penulisan yang takkan terlupa.tengkyu mbk ira
Wah aku masih harus banyak belajar! Makasih info & ilmunya mba ira.
*Mulai coba praktikin ilmunya!*
Baru kemarin dibahas di grup tentang feature. Dan sekarang sudah dibikin postingan.
Horee!!!
Para penulis mojok dot co khusunya Puthut EA, Arman Dhani dan Eddward S yang saya tahu menggunakan konsep penulisan seperti ini.
Dan ehm, menurut mbak ira. Ada ga dari tulisan saya yang bergaya seperti ini?
Wah artikelnya menarik mbak…hmm jadi kayaknya aku harus berlatih lagi dlm mendeskripsikan sesuatu dengan lebih lengkap dan menarik.
Perlu latihan berkali-kali agar bisa nulis feature ya mbak. Tips nya sangat bermanfaat banget nih, makasih ya mbak.
Wah…makasih mbak, ilmunya. Pas kuliah dulu juga pernah dapet sih… Maksudnya tahu, tapi kalo ditanyaiin ya lupa-lupa inget. 😀
Nah kalau di kampus pasti lebih detil ya mba… ini mah permukaannya aja.. 🙂
Saya paling suka membaca tulisan feature, dan berharap bisa menulis dengan model feature. Harus banyak belajar dan berlatih, nih.
Makasih sharingnya mbak Ira
Siap mba nurul. Sama saya juga suka. Semangat berlatih ya.
Tulisannya Mbak Ira memang selalu komplit dan mudah dipahami, disertai contohnya pula. Tapi harus lebih banyak belajar karena bacanya aja saya butuh konsentrasi agar mengerti apalagi nulisnya 🙂
Terima kasih sharingnya Mbak.
Hihii.. iya sih rada njlimet ini mba. Eh tapi sekalinya sukses nulis ala feature bakal bikin ketagihan nyoba lagi deh… 🙂
ah, iyaiya, ngerti ngerti gimana feature itu hehe.
memang lebih mengesankan dan penuh penghayatan, tapi penulis juga harus menguasai banyak kosakata mba. karena untuk mendeskripsikan suatu hal, pasti abnyak kata-kata yang tidak melulu masyarakat tahu, tapi juga yang masyarakat kurang tau atau jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari hehe
Yup mba. Punya banyak diksi biar ga kaku. Intinya sih kalau menurut saya rajin berlatih menulis aja biar terbiasa..
Uraian yang membuat saya kembali ke masa-masa kuliah dan magang di media cetak. Terima kasih untuk tulisan dan contoh-contohnya, Uni 🙂
Sejak kecil saya suka membaca Tabloid NOVA, lalu Kartini dan Wanita Indonesia, yang kesemuanya penuh feature. Sejak itu jadi suka sekali dengan tulisan model ini. Apalagi pas magang di koran dapet desk weekend yang isinya disampaikan sebagai feature. Cuma memang untuk blog berbeda perlakuannya. Masih harus banyak belajar.
Asyik.. anak jurnalistik datang… hihi.. iya suka tulisan begini basah. Eh tapi nulisnya butuh proses. Saya juga masih harus terus berlatih…
Mang kalo artikel model feature lebih enak dibaca ya. Ga kaku n ketika membaca bisa ikut membayangkan.cucok banget utk cerita peejalanan
Yup mba.. cucok untuk travel story. Jadi lebih hidup dan long lasting.
mbak ira jauralah kalo soal hal tulis menuliss 😀
Teori mba. Prakteknya mah kudu dilatih terussss… 🙂
Bermanfaat bgt Mbak artikelnya mengenai feature kali ini. Mungkin benar selama ini saya sudah menulis feature ala blog. Tapi ilmunya baru tahu sekarang. Kebanyakan yg saya tulis adalah cerita perjalanan, peristiwa, dan artikel beragam tema.
Semoga bisa belajar lebih banyak lagi dalam menulis feature. Karena saya menyadari tulisan saya lemah dalam penambahan detail yg merupakan ciri utama dalam suatu tulisan feature.
Asyik… mba rindang saya ikutan belajarnya ya… masih harus belajar banyak juga ini terutama praktek…
Dengan (berlatih) menulis feature, tanpa kita sadari kita juga belajar untuk kaya akan bahasa. Untuk mampu menyatukan kata demi kata menjadi deskripsi cerita yang apik.
Makasih artikelnya mbak. Pengen juga nih sesekali nulis feature di blog. :3
wau .. aku kalo soal jurnalistik kurang paham.. tapi ini beneran ilmu… pengen diterapin pas ngeblog makasih..mak..
Wah, thanks for sharing Mba. Jadi belajar banyak nih secara saya paling kacau kalau harus menulis dekskripsi detail. Kebetulan baru memulai satu blog lagi yang menitik beratkan pada perjalanan. Siapa tahu bisa diterapkan di sana.
Terimakasih, mbak ilmunya. Saya baca sambil senyum-senyum, mbak. Soalnya enak banget tulisannya. Pasti jumat depan saya mampir lagi.
Feature memang lebih hidup yak..ngga kaku. Cuma pas praktek nulisnya kadang masih suka bingung. Hehe.
Ini tema nya persuasif kk.
Sangat detil dan cukup bermanfaat bagi saya sbg pembaca yang kemudian menerapkan ilmu yang saya dapatkan
Terima kasih mba
Thanks,
Kandida
Duch jadi pengen ambil kelas menulis biar tulisan ku ngak ala2 kacau semua #Semangat
Udah kacau, warna-warni manja pula ya, mas Cum. Kyaaa…
*kabur manja*
wiih artikel deskripstif sepertinya salah satu kelemahan saya mba dalam menulis.. Anyway, artikel mba lengkap dan detail banget, keren, dan bermanfaat tentunya 🙂
Wahh makasih banyak artikel nya, sering lupa menerapkan.. Padahal penulisan begini lebih enak di baca..
hola mba ira!
mba ira, dulu kuliah jurnalistik ya? atau jurnalis?
ini asli artikelnya bagusss banget. sukaa..
udah kayak baca buku panduan menulis aja ini mah. hayuk bikin buku mba.. 🙂
btw, aku masih harus banyak banyak latihan untuk mendeskripsikan sesuatu kayak yang mba ira contohin di atas. kebanyakan to the point mulu nih aku mah. semangat latihaaann.. 🙂
makasih sharenya ya mba 🙂
Bukan anak jurusan jurnalistik mba. Dulu belajar sejak di pers kampus.. terus ketagihan belajar terus ttg penulisan.
Aaak…, postingan ini penjabaran obrolan kita tempo hari deh, teh Iraaa.
Aku nyebutnya kisah nyata a la cerpen. Eh, ternyata non fiksi rasa fiksi. Eh, ternyata FEATURE!
Aku sukaaaa tulisan feature, teh. Makasih udah ngasih panduan supaya aku rajin belajar.
Rajin belajar pangkal pandai kan, teh?
wah jadi paham, thanks mba infonya. . Saya masih blom jago nulis, harus banyak belajar dan membaca nih.
Tulisan saya kurang deskripsi, mesti banyak menggali lg ya.
pengen juga sih saya menulis feature ala2 jurnalis hehe… makasih sharing-nya mba… Novel yang pernah saya baca yg bergaya feature adl novel karya Gola Gong karena memang dia adl jurnalis, berjudul Pasukan Matahari 🙂
Makasih mba ira
kejawab juga pertanyaan saya tentang feature
kemarin-kemarin ada lomba yang mencantumkan syarat ini, izin simpan yaa
Thank you ilmu barunya mba. Harus belajar lebih detail dan menggunakan panca indera dalam mendeskripsikan sesuatu.
Saya sih tergantung mood kalau mau nulis pake feature ini, ada yang udh disisipin ada yang pake bahasa kaku.. hehehe
Untuk cerita perjalanan, deskripsi tempat, atau tokoh, kadang aku lebih suka nulis gaya feature. Mengingatkan juga sama nulis feature news pas jadi wartawan dulu. Tapi kalau nulis feature harus punya imajinasi yang luas dan kosakata yang banyak.
dulu saya juga suka banget menulis ala feature gitu tapi butuh waktu yang tidak singkat utk menulis.padahal blog pingin diupdate trs, jadinya nulis apa adanya aja.heheheh
Wah baru baca ketinggalan, makasi mba Ira ilmunya nambah lagi knowledge buat saya 🙂
Salam kenal, Mbak Ira.
Aku juga suka banget nulis, tapi ya itu -nulis aja-. Haus ilmu ke sana ke mari.
Makasih udah berbagi ilmunya, Mbak. Sing berkah. aamiin.
Seneng deh baca tulisannya. :*
Wah lengkap banget nih ulasannya, mba. Saya jadi ngacak2 postingan lagi, udah detail belum ya, haha…
mbak ira artikelnya keren-keren…
saya pasti baca bbrp kali…gak bosen
Harus terus belajar nih, makasih ilmunya
Nice info mb ira, untuk latihan nulis deskripsi banyakin baca salahsatu nya novel harry potter kaya akan deskripsi ,lalu novel Emak duh aku lupa penulisnya tapi ada di IG ku hehe Jacoeb Joesoef klo gak salah
Wah terimakasih mbak
Harus rajin2 latihan nulis nih biar luwes mendeskripsikan sesuatu
Semakin diskripsinya detil kalimatnya semakin indah ya mbak. Seperti membaca puisi atau karya sastra. Coba deh saya mau nulis kayak gini, kira-kira berhasil nggak yaa.. hehe..
Suka baca di koran langganan, kolom liburan selalu dibuka dengan kalimat2 seperti yang dijelasin di atas, ternyata namanya feature ya mba..dan memang satu teknik penulisan tersendiri. Makasi sharing ilmunya mba Ira