5 Cara Investasi Tahun 80-an, Mana yang Cocok Buat Kamu?

Investasi-Pilihan
Aktivitas Bintang waktu liburan di Kampung
Menyisihkan sebagian rezeki untuk investasi jangka panjang tentu saja menjadi kebiasaan yang dilakukan banyak orang. Tak hanya sekarang, semangat menyisihkan sebagian penghasilan ini sudah ada sejak dulu. Hanya saja setiap zaman punya trend investasi tersendiri.
 Biasanya orang akan berbondong berinvestasi pada sektor yang memberi jaminan keuntungan stabil dan dengan usaha yang minimal. Saat ini deposito seolah menjadi tren. Model investasi ini dianggap paling aman dan nyaman karena tak ada resiko penyusutan modal. Hanya saja model investasi jenis ini hanya menjanjikan nilai uang tidak susut akibat kenaikan harga.

Terbayang kan dulu beli beras sekilo berapa sekarang jadi berapa. Selain itu ada juga yang melakukan investasi di Reksadana, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), serta surat berharga negara ritel.
pilihan investasi masa depan

Berbeda dengan deposito, berinvestasi melalui reksadana dan saham memungkinkan seseorang mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar dan berlipat-lipat dalam jangka waktu lebih singkat dibanding deposito.

Hanya saja, berinvestasi melalui reksadana dan saham juga menyimpan potensi rugi seketika karena mengikuti fluktuasi pasar modal. Sedangkan DPLK merupakan lembaga seperti perbankan (dan hanya bank dan perusahaan asuransi yang boleh mendirikan) cara kerjanya seperti reksadana namun harus ditempatkan paling sedikit 10 tahun.

Tapi tahukah kamu, sebelum model investasi deposito atau saham berkembang ada beberapa jenis investasi yang biasa dilakukan. Model investasi konvensional ini memiliki plus minus. Tergantung cara pengelolaan dan pemilihan lokasi yang tepat.

Ketika ekomomi nasional mulai membaik pada tahun 80-an model investasi ini banyak diminati masyarakat. Terutama kelompok kelas orang kaya baru (OKB).

Nah, meski konvensional model investasi ini masih bisa lho jadi pilihan buatmu. Tentu saja dengan beberapa penyeseuaian.

1. Tanah

Untuk investasi tanah orang dulu biasanya tak terlalu memikirkan lokasi. Tapi buat kamu yang ingin berinvestasi tanah, faktor lokasi sebaiknya dipikirkan. Pemilihan lokasi strategis akan memberi peluang kamu mendapat keuntungan lebih besar.

Misalnya membeli tanah di pinggir jalan, dekat fasilitas umum, atau di daerah yang masuk dalam rencana pembangunan jangka panjang.

Saat ini jika dicari dengan lebih sabar di seputaran Depok, Tangerang dan Bekasi arah Jakarta masih terdapat penjual yang melakukan penjualan secara kaplingan. Karena atas dasar saling percaya pastikan dulu keabsahan surat tanah dan perjanjiannya ya kawans.

2. Sawah/Kebun

Biasanya model ini dipilih oleh mereka yang punya kampung halaman. Berinvestasi sawah dan kebun keuntungannya sepanjang tahun. Namun jumlahnya tidaklah terlalu besar.

Keuntungan diukur berdasar hasil panen seperti padi atau tanaman kebun lainnya. Dapat juga sistem bagi hasil dengan petani penggarap. Tentu saja setelah dikeluarkan biaya pengolahan.

Keuntungan bersih setiap kali panen biasanya sekitar 20 persen dari jumlah panen. Tentu saja makin besar luas lahan makin besar pula hasilnya. Namun perlu kamu ingat, investasi sawah dan kebun juga berpotensi tak menghasilkan apa-apa dalam satu kali panen misalnya karena ada serangan hama.

3. Ternak

Ternak yang biasa dijadikan investasi adalah sapi, kerbau, dan kambing. Itu karena nilai jualnya yang relatif stabil. Biasanya orang yang berinvestasi hewan ternak akan bermitra dengan peternak atau penduduk desa untuk mengurus dan menggembalakan ternak mereka. Keuntungan diperoleh dari bagi hasil.

Simulasi investasi satu ternak (Anakan sapi lokal di Sumatera Barat)
Harga beli : Rp 6.000.000
Lama pemeliharaan 2 tahun
Harga jual ; Rp 13.000.000
Keuntungan : Rp 7.000.000 :2 = Rp 3.500.000

Kalau lihat bagi hasil yang didapat setelah dua tahun lumayan ya. Tapi berinvestasi ternak juga berpotensi rugi. Selalu ada bahaya mengintai seperti ternak meninggal atau kena bencana.

4. Emas

Emas dikenal sebagai investasi lindung nilai yang tahan. Tujuan menempatkan tabungan di emas memastikan nilai aset tidak hilang. Harga emas juga memiliki kecendrungan naik namun nilainya relatif sama.

Coba perhatikan biaya naik haji tahun 1990 lalu konversikan dengan harga emas saat itu. Lalu bandingkan dengan biaya naik haji saat ini lalu konversikan juga ke mata uang. Nilainya relatif sama.

Jadi menyisihkan uang dalam bentuk emas cocok untuk tujuan jangka panjang seperti naik haji, biaya anak sekolah, tabungan pensiun dan lainnya.

Emas ini memiliki dua model, yakni perhiasan dan batangan. Yang lebih rendah nilai susutnya adalah batangan. Karena jika tabungan jenis perhiasan maka akan ada pemotongan ongkos pembuatannya. Nilainya pemotongan juga relatif lumayan. Saat ini hingga Rp50 ribu tiap gramnya. Kalau tabungan 100 gram dalam 20 tahun… potongannya kan lumayan banget… 😀

5. Rumah

Menyisihkan tabungan dalam bentuk rumah merupakan salah satu pilihan yang menarik. Dukungan kredit dari perbankan (walau kalau bisa tunai atau cash bertahap lebih baik) menjadi kemudahan investasi model ini. Apalagi harga rumah selalu naik.

Saat ini untuk membeli rumah di bawah Rp100 juta di Jakarta dan sekitarnya sudah sangat sulit loh. Padahal 5 tahun lalu sangat mudah menemukannya. Jika memilih menempatkan tabungan dalam bentuk rumah harus diperhatikan bahwa sifatnya tidak likuid. Jadi kalau butuh dana mendadak agak susah dicairkan.

Untuk memilih rumah sebagai investasi maka faktor utama yang diperhatikan adalah lokasi. Apakah ada transportasi umum, memiliki fasilitas pendukung seperti pasar, rumah sakit atau layanan publik lainnya. Atau minimal ada dalam rencana pembangunan fasilitas publik tersebut.

So temans, sudahkah kamu merencakan masa depanmu. Yang mana pilihanmu?

12 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *