10 Mitos Keliru tentang ASI dan Menyusui

Hanya ASI

Di tempat tinggal kami sekarang, daerah Depok, saya punya tetangga yang anaknya terpaut dua bulan dengan si bungsu Zizi. Suatu sore, saya mengajak Zizi yang saat itu baru lima bulan bermain di halaman. Pada saat yang sama, tetangga itu juga bermain di luar rumah bersama bayinya.

Lazimnya bertetangga kami ngobrol biasa seputar tumbuh kembang si kecil. Tiba-tiba dia mengajukan pertanyaan yang membuat hati saya miris. Saat itu Zizi memang sedikit menangis lantaran bosan.

“Lapar dia mungkin mba,  kurang kenyang, ga cukup ASI aja. Nih si X [nama anaknya] dulu juga suka rewel. Pas saya kasih bubur tenang dia,” ujarnya lagi.

Saya tak langsung menjawab pertanyaan itu. Sebab saya takut jawaban saya akan menyinggung perasaannya. Saya pun bertanya balik. “Memang X sejak kapan mulai dikasih bubur Bu,” tanya saya.

“Waktu 4 bulan sudah kita kasih bubur,” ujar dia.

Hmmm, jawabannya membuat saya tak lagi melanjutkan perbincangan soal ASI. Sebab saya merasa ada perbedaan persepsi di antara kami mengenai pemberian ASI pada bayi. Kalau bahasan dilanjutkan bisa-bisa kami gak enakan. Saya lantas menyimak ceritanya sambil tersenyum.

Susu eklusif untuk Azizah
Susu eklusif untuk Azizah

Pembicaraan singkat itu sebenarnya hanyalah contoh kecil tentang banyaknya persepsi keliru dalam masyarakat seputar pemberian ASI. Persepsi atau mitos itu sudah ada sejak pertama bayi lahir. Sayangnya persepsi itu justru menjadi penghambat program HANYA ASI atau ASI Ekslusif hingga usia 6 bulan untuk bayi.

Berikut 10 mitos keliru seputar ASI yang biasa dipercaya masyarakat. Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil konsultasi dengan nutrisionis dan konselor ASI, Sri Parmala Susi, S.ST, RD.

1. ASI pertama yang menetes mengandung penyakit.

Seringkali ada petunjuk dari orang tua agar anaknya tak langsung memberikan susu pertama pada bayi. Pencet dulu sampai cairan kuning hilang karena mengandung penyakit. Bila ASI sudah berwarna putih atau bening baru berikan pada bayi.

Faktanya, susu pertama berupa cairan bernama kuning atau disebut kolostrum merupakan cairan terbaik yang harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Kolostrum juga mengandung protein, vitamin A  dan mengandung karbohidrat rendah lemak yang cocok untuk hari-hari pertama kelahiran bayi.

Kolostrum juga mempercepat keluarnya mekonium, yaitu kotoran pertama bayi yang berwarna hitam.

2. ASI tak banyak keluar, harus ditambah.

Saat melahirkan Zizi, saya satu kamar dengan dua Ibu lain di ruang perawatan sesudah persalinan. Sepanjang hari pertama sesudah melahirkan, kedua ibu ini sibuk mengeluh tentang ASI mereka yang tak banyak keluar. Mereka menuduh ASI yang sedikit itu menyebabkan bayi-bayi mereka rewel karena tidak kenyang.

Sejujurnya ASI saya waktu itu juga belum lancar. Bisa jadi karena saya telat melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini satu hal mengesalkan sekaligus menyedihkan yang akan saya posting tersendiri. Meski ASI tak banyak, saya tak gelisah. Sebab saya masih ingat pesan Dokter Ika, Dokter yang menangani proses persalinan anak pertama kami, Bintang.

“Bunda tak usah khawatir, sampai enam jam pertama, bayi masih punya cadangan asupan yang dibawa dari dalam kandungan. Terus saja susukan, untuk membantu memperlancar keluarnya ASI.”

Menurut Konselor Asi, Susi, ibu bisa melihat apakah bayi sudah mendapat ASI atau belum dari BAB. Bila BAB bayi sudah mengeluarkan kotoran berwarna hitam kehijauan itu tandanya ASInya sudah terpenuhi.

Pada hari pertama kelahiran ibu biasanya hanya akan mengeluarkan kolostrum sebanyak 3-5 sdm sehari. Sedangkan bayi hanya butuh 4 sdm ASI per hari. Pada saat itu lambung lambung bayi hanya sebesar kelereng atau gundu. Ukuran lambung bayi berangsur sebesar kelereng besar, bola pimpong, bola golf baru sebesar bola tenis.

no dot3. ASI tak menetes, harus ditambah susu bantu.

Memasuki hari kedua dan selanjutnya keluhan ASI tak menetes masih sering dikeluhkan para ibu. Banyak yang menbayangkan begitu bayi lahir, ASI akan segera berlimpah hingga merembes-rembes. Padahal, lancarnya produksi ASI juga harus melalui proses.

Selama proses itu ibu tak perlu ragu dengan asupan makanan si kecil sebab sebenarnya bayi mampu bertahan 24-36 jam tanpa ASI. Pada usia sampai 3 hari bayi masih membawa cadangan makanan yg didapat selama dalam kandungan melalui plasenta.

Bukti adanya cadangan makanan bawaan ini bisa ibu lihat dari kasus bayi-bayi malang yang dibuang. Hingga 3 hari biasanya bayi masih sanggup bertahan hidup kecuali dengan indikasi lain seperti hipotermi atau kedinginan.

Di hari-hari pertama Ibu perlu melakukan serangkaian stimulasi untuk merangsang produksi ASI. Bisa dengan melakukan pemijatan di sekitar payudara. Mengenai metode pemijatan Ibu bisa meminta bantuan pada petugas kesehatan di tempat persalinan. Sering menyusukan bayi dengan memperhatikan pelekatan bayi ke badan ibu juga akan membantu menstimulus lancarnya ASI.

Karena ini sebuah proses jangan menyerah di hari-hari pertama setelah melahirkan. Jangan pula langsung angkat tangan dan berpindah menggunakan susu bantu alias susu formula. Rasa frustasi justru akan membuat produksi ASI semakin terganggu.

4. ASI basi
Ternyata tak hanya makanan yang bisa basi, ASI pun juga sering dianggap basi. Biasanya bila ibu menyusui bepergian dan meninggalkan rumah dalam waktu beberapa jam, begitu kembali ada anggapan ibu harus membuang dulu ASInya karena basi. ASI sehabis perjalanan dianggap basi lantaran berwarna kuning atau putih keruh dan encer.

Faktanya ASI tak pernah basi. ASI disimpan di tempat yang aman dengan suhu terjaga dalam tubuh ibu. Warna putih encer atau kuning timbul karena ASI yang terendap karena tak diperas atau diisap bayi.

Kelompok Pendukung ASI
Kelompok Pendukung ASI

5. ASI kanan berisi makanan dan ASI kiri berisi air.

Ketika melahirkan anak pertama, saya pernah ditertawakan Dr. Ika lantaran mengajukan pertanyaan ini. “Dok apa benar ASI kanan berisi makanan dan ASI kiri berisi minuman untuk bayi?” tanya saya waktu itu. Pertanyaan itu justru ditertawakan. Dia menjelaskan bahwa kandungan ASI kanan dan kiri itu sama. Karena itu susukan bayi pada keduanya dengan porsi seimbang.

Menurut Konselor ASI, Susi,setelah 8-11 hari ibu akan mengeluarkan ASI matang yang terdiri dari 2 yaitu susu awal dan susu akhir. Susu awal keluar pada setiap awal menyusui  yang menyediakan pemenuhan kebutuhan bayi akan air. Pada awal menyusui asi kelihatan bening.

Susu akhir memiliki lebih banyak lemak ini menyebabkan susu akhir kelihatan lebih putih dibanding susu awal. Lemak yang banyak ini memberikan energi banyak dalam ASI. Itu sebabnya bayi harus diberi kesempatan menyusu lebih lama pada satu payudara sehingga mendapatkan lemak yang maksimal dan bayi menjadi kenyang

Biasanya susu akhir keluar setelah 15 menit menyusui. Oleh sebab itu tidak dianjurkan untuk mengganti-ganti payudara sebelum 30 menit atau sebelum anak melepas sendiri dan menunjukkan kepuasan

Anak yang menyusu sebentar-sebentar pada satu payudara tidak mendapatkan lemak sehingga dia tidak puas atau kenyang.

Disarankan bayi menyusu pada satu sisi selama 30 menit supaya bayi bisa mendapat semua jenis zat yang terkandung di dalam ASI. Sebaiknya tuntaskan bayi menyusu di satu sisi baru dipindah ke sisi lain.

6. ASI saja tak membuat bayi 4 bulan ke atas kenyang.

Aha! Mitos inilah yang saya ceritakan di awal. Seringkali orang tua menilai anaknya yang baru berusia 4 bulan tak kenyang hanya dengan ASI. Katanya bayi mulai aktif sehingga butuh makanan tambahan. Faktanya pencernaan bayi berusia 4 bulan belum cukup baik untuk mencerna makanan sendiri. Selama ASI masih sering diberikan sebenarnya bayi tak akan kekurangan. Saat itu besar lambung bayi masih sebesar bola bekel. Jadi belum perlu diberi tambahan.

Pemberian HANYA ASI hingga 6 bulan diperlukan untuk memastikan bayi mendapat seluruh sistem imun yang diperlukan kelak di masa depan.

7. Ibu dengan payudara kecil ASInya tak banyak.

Nah, yang satu ini semakin sering dikeluhkan ibu muda zaman sekarang. “Aduh ASIku sedikit, payudaraku kecil.” Kenyataannya ukuran payudara tak berbanding lurus dengan jumlah produksi ASI.

Jumlah asi juga tidak tergantung gemuk atau kurusnya ibu atau mewah atau tidaknya makanan ibu. Akan tetapi tergantung dari hisapan si anak. Semakin sering anak menghisap semakin banyak jumlah asi ibu. Karena produksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang dirasakan ibu dan hormon prolaktin pada saat sianak menyusui.

Produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman teh. JIka kita memetik pucuk teh, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun dua buah cabang baru, jadi semakin dipetik semakin banyak pucuknya. Semakin disusukan semakin banyak produksi ASInya.

8. Ibu menyusui tak boleh makan pedas

ASI memberikan imunBanyak yang orang yang mengatakan ibu menyusui tak boleh makan pedas, kalau tidak bayi akan ikut kepedasan. Mitos ini tentu saja keliru. Faktanya asupan yang diperoleh bayi melalui ASI tak 100 persen sama dengan yang dimakan ibu.

Makanan pedas sebetulnya tak dianjurkan untuk ibi menyusui agar terhindar dari gangguan pencernaan. Kalau pun dimakan dalam batas wajar tak akan berpengaruh signifikan pada ASI.

9. Ibu menyusui akan menularkan sakitnya lewat ASI pada Bayi

Ibu menyusui tentu saja tak lepas dari penyakit seperti flu dan batuk. Seringkali ibu yang sakit menjauh dari bayi dan berhenti menyusukan sampai flu atau batuknya sembuh. Banyak keluarga percaya penyakit ibu akan tertular pada bayi lewat ASI.

Faktanya ASI tak bisa menjadi medium penularan batuk dan flu. Justru saat ibu dan orang terdekat sakit, bayi harus lebih diberi ASI supaya kekebalan tubuhnya meningkat. Ketika sakit, tubuh ibu juga membuat zat kekebalan tubuh yang juga disalurkan kepada bayi melalui ASI sehingga bayi tidak akan sakit.

Hanya saja si ibu perlu lebih menjaga kebersihan tangan dan pakaian saat memberi ASI supaya virus tak menular pada bayi.

10. Ibu hamil tak boleh menyusui karena ASInya mengandung darah
Nah mitos yang ini pernah juga saya dengar langsung. Waktu hamil anak kedua, Bintang yang sulung baru berusia 8 bulan. Saya sempat dinasehati agar tak melanjutkan pemberian ASI. “Jangan, tak baik. ASI ibu hamil mengandung darah.”

Faktanya kelenjar ASI punya saluran yang berbeda dengan sel darah sehingga tak mungkin bercampur. Larangan ibu hamil menyusui sebenarnya lebih pada upaya agar kesehatan ibu tak terganggu. Apalagi di bulan-bulan pertama kehamilan. Tapi bila kehamilan selanjutnya baik-baik saja dan tak ada gangguan si Ibu tetap diperkenanan menyusuim Hanya saja asupan makanan si Ibu harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan.

fakta ASI

Menurut Ibu Susi hal terpenting dari pemberian ASI adalah itikad ibu dan orang di sekitarnya untuk terus memberikan HANYA ASI pada bayi. Sering orang mencari berbagai pembenaran termasuk mitos untuk tidak memberi ASI eklusif pada bayi mereka. “Selalu ada jalan asal Ibu tak mudah menyerah dan berpindah pada susu formula.”

30 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *