Dewi Ratnasari, Tetap Eksis dengan Menulis

ratnadewi-me

Profesi jurnalis hingga kini selalu menimbulkan kesan wah bagi mayoritas orang. Apalagi kalau profesi itu dilakoni oleh perempuan. Bahkan sejumlah survei menyebutkan perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis  adalah perempuan seksi.

Survei yang dirilis Drawing Down the Moon, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Inggris pada awal tahun lalu menyebutkan perempuan yang bekerja sebagai wartawan atau jurnalis adalah perempuan seksi. Pekerjaan ini masuk dalam 10 daftar pekerjaan seksi untuk perempuan.

Saya sendiri beruntung punya beberapa teman yang berprofesi sebagai jurnalis. Rata-rata mereka memang perempuan tangguh. Oya, teman blogger yang akan saya ulas kali ini juga pernah berprofesi sebagai jurnalis lho. Namanya Dewi Ratnasari yang aktif menulis di blog RatnaDewi.Me.

Sebelum serius ngeblog, Mba Dewi pernah bekerja sebagai jurnalis televisi pada beberapa media. Ia pernah bekerja di STV (Kompas TV Bandung) dan TV One. Selama menjadi jurnalis ia lebih banyak menulis reportase dan berita ringan. Wihi, asyik kan teman, Mba Dewi ini. Itu lho yang biasa wawancara dan sodorin mik sama warga. 🙂

Yang lebih keren lagi, waktu bekerja di Kompas TV Bandung, Mba Dewi masih berstatus mahasiswa lho. Nah ketika ia lulus kuliah pada 2011, ia resign dari Kompas TV dan hijrah ke Jakarta. Ia kemudian diterima di TV One sebagai reporter news daily.

“Menjadi reporter televisi berita nasional mengharuskan saya bisa survive dan melepaskan sifat manja.,” ujar Mba Dewi.

Pengelaman tak terlupakan bagi Mba Dewi ketika jadi reporter TV One adalah saat meliput banjir besar Jakarta pada awal 2013. Saat itu ia harus berkeliling dan liputan non stop selama 3 hari. Masuk ke daerah-daerah di Jakarta Barat yang sudah seperti kota mati, tidur di pinggir jalan atau dalam mobil, hingga pertama mengabarkan betapa parahnya kondisi korban banjir di Pluit dan Muara Karang.

Pada 2013 ia dipindahtugaskan untuk menangani desk in depth reporting. In depth adalah laporan berita mendalam yang disajikan dengan menggali informasi dari berbagai sumber. Wah makin keren lagi kan temans. Beneran deh, wartawan itu posisi yang menantang banget ya. Di tahun itu pula Mba Dewi menikah.

Lewati Masa Sulit dengan Menulis

 

dewi-ratnasari-blogger-jurnalisHampir setahun menikah Mba Dewi mengalami hal sulit. Ia harus menyerah dan melepaskan janin yang berusia 24 minggu. Kehilangan si kecil yang diberi nama Azka Adhyastha membuat Mba Dewi belajar banyak untuk berdamai dengan hati. Dan tahukah temans, salah satu cara yang digunakan Mba Dewi untuk melewati hari-hari sulit itu adalah dengan menulis.

Setelah kepergian Azka, suami yang berprofesi sebagai programmer membuatkan Mba Dewi sebuah blog platform Tumblr. Blog yang memang dibuatkan untuk meluapkan emosi pascakehilangan anak itu terisi oleh Mba Dewi. Kesenangan menulis itu berlanjut terus hingga akhirnya ia migrasi ke blog pribadi www.ratnadewi.me. Blog ini sekaligus menjadi media bagi Mba Ratna mengabadikan momen terakhir bersama Azka. Itulah kenapa ia memberi judul blog ini “Berdamai dengan Hati””

“Karena dari menulis, saya bisa berdamai dengan hati saya yang sangat perih pascakehilangan anak. Karena dengan menulis, saya bisa berdamai dengan keadaan yang terkadang tidak berpihak pada saya. Karena dengan menulis, saya bisa melakukan self healing atas luka-luka hati saya.”

Pada 2015 Mba Dewi sempat hamil dan kembali keguguran. Setelah dua kali keguguran, Pada akhir September 2015 ia akhirnya resign sebagai reporter di TV One. Ia memilih jadi ibu rumah tangga dan menekuni blog. Sekarang selain mengisi blog pribadi, Mba Dewi juga menjadi content writer di start up yang dimiliki suami.

Eh tapi sebenarnya bagaimana ya perasaan Mba Dewi setelah tak lagi jadi jurnalis. yuk cari tahu…

Masih rindu meliput seperti waktu jurnalis dulu ga Mba?

Kadang, kalo ada momen khusus kayak banjir atau bom atau pilkada gitu. Tapi alhamdulillah terobati dengan datang ke acara2 blogger. Datang meliput acara blogger dan bikin reportasenya tuh mirip kerja wartawan, bedanya kita lebih bebas bikin tulisannya.

Apa yang Mba Dewi rasakan sekarang setelah full jadi blogger. Enakan mana?

Enakan sekarang, waktunya lebih bebas, lebih fleksibel dan bisa ngatur sendiri. Cuma memang dari sisi materi turun drastis tapi kan hidup nggak melulu soal materi. Kalo pas jadi wartawan dlu kan terikat jam kerja trus kalo ada kejadian khusus kita nggak bisa langsung pulang krn punya tanggung jawab. Makanya dlu pas jadi wartawan nulis di blog sebulan bisa dihitung pakai jari.

Menurut Mba Dewi apakah seorang blogger itu juga bisa disebut jurnalis?

Blogger dan jurnalis walaupun secara teknis pekerjaan hampir sama tapi ada beberapa yang beda misalnya seorang jurnalis nggak boleh beropini atau berasumsi pribadi dan terikat sama kode etik jurnalisme.

Jurnalis menurut aku itu profesi karena ada organisasi keprofesiannya, kode etiknya, dan payung hukumnya kayak advokat, akuntan, dokter, atau hakim. Sementara blogger, IMHO belum ada kode etik yg mengikat dan organisasi yg menaungi/memperjuangkan hak dan kewajiban seorang blogger. Sedih juga sih yg bagian ini, hihi.

 

tampilan blog Mba Dewi yang simple
tampilan blog Mba Dewi yang simple

Dan kini, menulis terbukti berhasil mengusir galau dan gelisah yang sempat memenuhi pikiran Mba Dewi. Kini setelah setahun resign dari jurnalis, Mba Dewi makin eksis di dunia blogging. Blog yang semula hanya tempat curhat menjelma menjadi kehidupan baru. Bahkan lewat blog pula ia mengaku mulai merasakan dinamika baru, berkomunitas, dan juga menghasilkan uang yang jumlahnya lumayan.

 “Blog punya jasa tersendiri dalam menyelamatkan kejiwaan saya.”

Keseriusan Mba Dewi dalam ngeblog ini terlihat dari konten yang selalu update. Bahkan peringkat alexa, Domain Authority dan page Authority blog Ratnadewi.me merangkak dengan cepat. Kini alexanya sudah bergerak di kisaran 240 ribu dengan DA 27 dan PA 33. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk blog yang baru dikelola serius selama setahun.

 

25 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *