Perjalanan ke Kampoeng BNI, dan Impian Turut Membangun Negeri

70 tahun bersama BNI

Perjalan ke kampung nelayan Muara Angke akhir tahun lalu telah meninggalkan bekas yang besar di kepala saya. Bukan, tentu saja bukan luka, lebam, apalagi sayatan. Bekas itu ada di minda, di dalam kepala. Bekas yang membuat saya berpikir ulang dan akhirnya berlabuh menjadi nasabah BNI.

***

Matahari merayap turun ketika saya dan keluarga tiba di kampung nelayan Muara Angke akhir Desember lalu. Hari itu saya, suami, bersama si sulung Bintang dan si bungsu Azizah berjalan-jalan menikmati udara laut. Kami ingin mengajak si kecil ke pasar ikan segar dan melihat kapal dari dermaga.

Memasuki daerah tujuan, aroma laut langsung terasa. Si sulung begitu antusias. Ketika sampai di kantor pemadam kebakaran Muara Angke, kami berbelok ke kiri. Sebelum nongkrong di dermaga, kami berkeliling ke kampung nelayan.

Sudah lama saya tak ke sana. Terakhir kali awal 2011, saat masih baru di Jakarta dan rajin berkeliling bersama teman menjelajah sudut Ibu Kota. Ketika datang hari itu suasana sudah jauh berubah. Jalanan relatif lebih bagus dengan got terlihat lebih bersih.

Setelah melewati rumah susun Budha Tzu Chi kami mulai masuk ke kawasan kampung  pengolahan ikan tradisional. Saya tertarik untuk mampir sebentar dan melihat aktivitas masyarakat di sana. Sebuah gapura batu berdiri kokoh menyambut kedatangan kami.

“Kampoeng BNI Pengolahan Hasil Ikan Tradisional Muara Angke.”

Terus terang, saya baru tahu tentang Kampoeng BNI di Muara Angke. Ketika datang  empat tahun sebelumnya, saya tak melihat ada gapura.  Tak jauh dari gapura terdapat deretan tanki penampungan air bersih berwarna biru dengan tulisan BNI di badannya.

Saya dan keluarga kemudian masuk ke areal perkampungan. Kami menikmati suasana sore. Kebetulan saya dan suami punya kesenangan sama. Kami menyukai setiap pengalaman baru terutama yang berkaitan dengan sosial dan budaya. Berjalan di antara aktivitas masyarakat di kampung pengolahan ikan, memberi perspektif bagi kami tentang arti kehidupan.

suasana di Kampoeng BNI, Foto by @DuniaBiza
aktivitas pengolahan ikan di Kampoeng BNI, foto by @DuniaBiza

Di kampung BNI, sore itu suasana terasa hidup. Beberapa pekerja sibuk membersihkan dan memotong ikan. Ada juga yang mengasapkan ikan.

Di tengah kampung terlihat hamparan bedeng yang penuh dengan ikan. Karena matahari semakin turun, sebagian pekerja mulai mengangkat dan menyusun ikan ke dalam peti kayu.

“kan… ikan… ikan…”

Si sulung Bintang amat senang dengan pemandangan itu. Ia antusias melihat deretan ikan yang dijemur. Bahkan Bintang berlari dan mendekati ikan-ikan kering.

Sambil memperhatikan orang-orang bekerja, saya kembali teringat dengan tulisan BNI yang ada di gapura utama. Penasaran saya lalu bertanya pada salah seorang warga.

“Ia, BNI memang punya program pembinaan di sini. Ada yang mendapat pinjaman modal dari BNI,” ujar warga yang saya temui. Saya mulai sedikit paham.

Puas melihat aktivitas masyarakat kami lalu bergerak ke arah dermaga. Tentu saja setelah membeli otak-otak dan rempeyek udang untuk kudapan menunggu senja.

Selama di dermaga, saya dan suami membicarakan inisiatif BNI memberdayakan masyarakat kampung pengolahan ikan. Kami lalu mencari di internet mengenai program kampoeng BNI itu.

Rupanya, dari berbagai referensi, kami jadi tahu bahwa kampung pengolahan ikan tradisional itu sudah dibuka sejak akhir 2011. Kampoeng BNI Muara Angke hadir untuk memberikan kredit modal dan investasi kepada nelayan yang kesulitan mendapatkan modal usaha. Hingga akhir 2014 BNI sudah bekerjasama dengan 60 mitra binaan yang mendapatkan bantuan kredit usaha rakyat (KUR) dan kredit kemitraan senilai lebih dari Rp2,3 miliar.

Wow. Jumlah kredit yang disalurkan BNI untuk memberdayakan nelayan Angke terbilang besar. Menurut saya program seperti itu sangat bermanfaat untuk nelayan dan pengolah ikan yang selama ini sulit mendapatkan suntikan modal karena keterbatasan akses ke lembaga perbankan.

Saya jadi berpikir, andai semua bank menaruh perhatian lebih terhadap kelompok usaha kecil dan menengah tentu pemerataan ekonomi akan cepat terwujud. Pertumbuhan ekonomi nasional juga akan terus merangkak naik.

fasilitas publik berupa tanki ải bersih di Kampoeng BNI. Foto by @DuniaBiza
Fasilitas publik berupa tanki air bersih di Kampoeng BNI. Foto by @DuniaBiza

Ternyata di Kampoeng Pengolahan ikan Muara Angke, BNI tak hanya membantu dalam hal permodalan. Bank milik pemerintah ini juga turut dalam upaya penghijauan dan pemeliharaan lingkungan.

Agustus tahun lalu, BNI bersama beberapa BUMN lain turut menggelar penanaman ribuan pohon dan gotong royong membersihkan sampah. BNI ingin mewujudkan sebuah perkampungan pengolahan ikan asin yang hijau, asri, bersih, dan sehat.

Resolusi, dan Impian Turut Membangun Negeri

Gedung BNI di Kota Tua, foto by @Duniabiza
Gedung BNI di Kota Tua, foto by @Duniabiza

Pengalaman bertandang ke Kampoeng BNI di Muara Angke mempengaruhi cara pikir saya tentang perbankan. Ternyata, selain urusan menabung, saya dan keluarga juga bisa berkontribusi untuk sosial masyarakat melalui perbankan.

Ketika tahun berganti, seperti biasa saya mengawali hari dengan membuat resolusi. Dan tahun ini seiring dengan bertambahnya usia si kecil, saya dan suami merasa perlu segera membuka tabungan pendidikan untuk dua buah hati kami.

Kebutuhan akan tabungan pendidikan makin menguat setelah mengetahui besarnya biaya masuk sekolah. Ketika kami berkeliling mencari kelompok bermain untuk si sulung Bintang, saya kaget mengetahui butuh uang jutaan untuk uang pangkal. Itu baru untuk masuk kelompok bermain. Bagaimana bila mereka sudah menempuh pendidikan yang lebih tinggi?

Saat keinginan membuat tabungan pendidikan ini saya utarakan pada suami, ia pun setuju. Bahkan tanpa diduga, suami juga teringat dengan perjalanan kami ke Muara Angke beberapa waktu sebelumnya. Ia lalu mengusulkan agar kami membuka tabungan pendidikan di BNI saja.

“Sekalian menabung, sekaligus berkontribusi membangun negeri bersama BNI,” ujar suami.

Lagipula menurut dia, menyiapkan tabungan pendidikan di BNI akan lebih menguntungkan kelak bila si kecil sudah besar. Selama ini BNI memang terkenal sebagai bank pelajar dan mahasiswa karena banyak bekerjasama dengan sekolah dan universitas. Dengan begitu urusan pembayaran dan transaksi untuk pendidikan anak-anak kelak akan lebih mudah.

masa depan dengan BNI
ilustrasi by @DuniaBiza

Pertengahan Januari saya pun membulatkan tekad. Tabungan pendidikan untuk anak-anak tidak boleh ditunda. BNI sudah jadi pilihannya. Dengan yakin saya pun datang ke kantor cabang BNI dan membuka rekening di sana.

Rupanya agar bisa membuka rekening tabungan pendidikan, terlebih dahulu saya harus membuka rekening induk. Beruntung customer service yang melayani menjelaskan dengan rinci. Saya jadi lebih mudah mengerti. Tanpa ragu, saya pun membuka rekening BNI Taplus dan resmi terdaftar sebagai nasabah Bank BNI.

Setelah menjadi nasabah BNI Taplus, saya menjadi betah dan nyaman menggunakannya. Dengan tambahan layanan internet banking, saya merasakan banyak kemudahan. Membeli token listrik, membayar tagihan televisi berlangganan, dan beli pulsa bisa dilakukan lewat handphone saja.

Untuk transfer pun tak perlu lagi repot ke ATM. Fitur BNI Internet Banking yang tersedia lebih lengkap dan user friendly. Semudah bertransaksi hanya dalam satu genggaman.

Senang akhirnya punya Taplus BNI
Senang akhirnya punya Taplus BNI

Rekening yang semula dibuat untuk melancarkan urusan tabungan pendidikan pun menjadi tabungan utama. Segala transaksi perbankan kini saya alihkan ke BNI. Termasuk urusan pembayaran fee menulis, honor kerjasama atau transfer hadiah lomba.

Dan hal yang lebih penting, dengan menjadi nasabah BNI saya senang karena turut berkontribusi membangun negeri. Menjadi bagian dari gerakan bersama dan cita-cita BNI mewujudkan masyarakat dan bangsa yang berdikari.

Referensi 1

Referensi 2

 

 

70 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *